Yu Ming sebagai putra Kaisar Langit yang memilki kekuatan setingkat Dewa Agung, karena kesalahannya yang hampir merusak keseimbangan tiga alam. Dia akhirnya menjalani takdir terlahir kembali di alam manusia yang penuh penderitaan dan cobaan hidup.
Bagaimana kelanjutan kisah kehidupan Yu Ming dan orang orang yang menyayangi dan mencintainya, semua akan hadir dalam cerita LEGENDA PUTRA KAISAR LANGIT 2.
Silahkan para pembaca mengikutinya di sini.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MING2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAHAN THIAN CIEN SEN NI
Yu Ming menanggapi serangan cepat tersebut dengan jurus
"Naga Emas 8 Mata Angin.!"
Yu Ming bergerak cepat, seperti ada 8 bayangan menangkis semua serangan energi pedang Ji Lian Hua, dengan golok Naga Emas nya.
Hal ini memaksa Ji Lian Hua menggunakan pedang sejatinya, bergerak menikam kearah pusat keberadaan Yu Ming.
"Singggg...!"
"Jlebbbb...!"
Pedang ditangan Ji Lian Hua, tepat menembus sambungan tulang belikat dan tulang bahu Yu Ming.
Pedang Ji Lian Hua terjepit diantara sambungan kedua tulang tersebut, sulit ditarik kembali.
Ji Lian Hua sedikit kaget, saat menyadari pedangnya sulit ditarik kembali.
Saat dia mencoba menyalurkan energi internal ke pedangnya, hendak mencabut paksa.
Menghancurkan sambungan tulang Yu Ming.
Di saat itu juga, Golok Naga Emas yang di pegang di tangan kanan, yang sambungan bahu nya, tertusuk pedang Ji Lian Hua, berpindah ketangan kiri.
Yu Ming menggenggam gagang goloknya seperti orang sedang menggenggam stir motor.
Mata Golok menghadap terbalik kebawah
Dengan cepat, golok di kelebat kan menyerang kearah leher Ji Lian Hua secara tak terduga.
Ji Lian Hua dalam kaget terpaksa membatalkan niatnya menghancurkan paksa sambungan bahu Yu Ming.
Ji Lian Hua memilih lebih dulu menarik kepala dan lehernya kebelakang, menghindari kibasan Golok Naga Emas yang mengincar lehernya.
Tapi secara tak terduga golok di dalam genggaman tangan Yu Ming berputar.
Kemudian oleh Yu Ming, di gerakkan dengan cara ditarik mundur.
Sehingga mata golok yang tajam, kini mengincar telapak tangan dan pergelangan tangan Ji Lian Hua, yang sedang menggenggam pedang langit, yang kini melekat di sambungan bahu Yu Ming.
Ji Lian Hua hanya di beri dua pilihan, satu membiarkan pergelangan tangan dan jarinya terbabat putus.
Lalu menghantamkan taelapak.tangan kirinya menyerang Yu Ming.
Atau melepaskan pedangnya, lalu melompat mundur menjauh.
Pilihan pertama meski pada akhirnya menang, Yu Ming tewas, ditangannya.
Tapi dia akan menjadi seorang cacat, yang selamanya tidak bisa bermain pedang lagi.
Pilihan kedua, dia berhasil menyelamatkan diri, dari kecacatan, tapi dia akan kehilangan pedangnya.
Dalam pertarungan kehilangan pedang, sama saja dia menyerah kalah ke Yu Ming.
Kedua duanya adalah pilihan sulit, sesaat Ji Lian Hua tidak punya banyak waktu berpikir sejauh itu.
Secara reflek, dia memilih melepaskan pedangnya, dan melayang mundur menjauhi Yu Ming.
Siapa sangka saat dia melayang mundur, Yu Ming nekad maju mengejarnya lebih dulu.
Kalah start, saat mendarat, sekali ini mata golok Yu Ming telah menempel di lehernya.
Sedikit saja Yu Ming melakukan sesuatu pada goloknya, leher Ji Lian Hua pasti putus, di babat golok Yu Ming.
Ji Lian Hua kini hanya bisa berdiri mematung, menatap kearah Yu Ming dengan tatapan mata sulit percaya.
Tapi sesaat kemudian Ji Lian Hua segera menjura kearah Yu Ming dan berkata,
"Aku mengaku kalah.."
Setelah mendengar ucapan Ji Lian Hua, Yu Ming langsung menarik kembali golok nya.
Yu Ming melangkah mundur dengan tubuh sempoyongan.
Setelah pertandingan sepenuhnya berakhir dan dia berhasil memenangkan pertandingan tersebut.
Baru kini rasa sakit di pundaknya terasa nyeri luar biasa.
Melihat kejadian tersebut Thian Cien Sen Ni, yang masih sulit terima kekalahan, dia langsung terbang kearah arena dan berteriak keras,
"Kembalikan pedang murid ku..!"
"Plakkkk..!"
Tapi sekali ini pergerakan nya tertahan oleh Wang Wu, yang memberikan tangkisan keras dari samping.
Thian Cien Sen Ni terpental mundur terhuyung-huyung kebelakang, karena dia masih kalah tenaga dengan kakak seperguruan nya Wang Wu.
"Siao Semei tahan..!"
"Pedang murid mu, biar aku yang mengurusnya.!"
Ucap Wang Wu dengan wajah cemas.
Wang Wu tanpa menghiraukan respon dari Thian Cien Sen Ni , dia buru buru maju menotok beberapa jalan darah di sekitar pangkal bahu Yu Ming.
"Ming Er tahan sedikit, lemaskan tangan mu, jangan melawan."
Yu Ming mengangguk pelan, sambil berusaha menahan nyeri hebat di pangkal bahu nya.
Yu Ming mengigit bibir bawahnya sendiri sampai berdarah, saking dia menahan rasa sakit luar biasa di pangkal bahu nya itu.
Saat Wang Wu dengan gerakan sangat cepat, mencabut pedang langit keluar dari sambungan tulang bahu dan tulang belikatnya.
"Eghhh...!"
Keluh Yu Ming dengan mulut tertutup rapat, tapi keringat sebesar besar jagung, memenuhi wajah, leher, hingga punggung dan dada pun ikut mengeluarkan keringat dingin.
Sesaat setelah pedang tercabut, Yu Ming baru bisa menghela nafas lega.
"Terimakasih guru.."
Ucap Yu Ming pelan.
Wang Wu menggelengkan kepalanya, menatap Yu Ming dengan prihatin.
Diam diam, Wang Wu sangat terharu dan kagum dengan keberanian serta kecerdikan muridnya.
Di mana dia bisa memikirkan cara seperti itu, untuk mengalahkan lawan yang mustahil bisa dia kalahkan.
Sesaat kemudian Wang Wu tanpa menoleh, dia melemparkan pedang langit, untuk di kembalikan ke Ji Lian Hua.
Ji Lian Hua langsung menyambutnya, dia segera menjura dengan penuh hormat kearah Wang Wu dan berkata,
"Su Puo terimakasih."
Su Puo adalah panggilan untuk kakak seperguruan dari gurunya.
Wang Wu tidak menanggapinya, dia terlalu sibuk membantu menaburkan obat luka di bahu muridnya.
Di lain sisi Thian Cien Sen Ni sendiri setelah terdorong mundur oleh tangkisan kakak seperguruannya.
Wajahnya terlihat sedikit pucat, menahan emosi yang membakar hatinya.
Dengan nafas memburu dan tubuh mengigil menahan amarah, sambil menggertakkan gigi nya.
Thian Cien Sen Ni segera berkata,
"Ayo Hua Er, kita pergi dari sini.."
Yu Ming melihat nenek peot itu hampir pergi, dia segera berkata,
"Hei bibi guru, kamu mau pergi kemana..?!"
"Lupa ya dengan janji mu..?!"
"Atau kamu tidak punya malu,!? ingin menjilat kembali ludah yang sudah di muntahkan..?!"
Ucapan pedas Yu Ming seketika membuat wajah Thian Cien Sen Ni menghijau, dan terlihat penuh nafsu membunuh.
Dia menahan langkahnya, lalu membalikkan badannya, menatap kearah Yu Ming dengan tatapan mata penuh nafsu membunuh.
Lalu dengan suara dingin dan kaku dia berkata,
"Bajingan cilik, katakan saja apa mau mu..!?"
Yu Ming sambil tersenyum berkata,
"Tentu saja menuntut janji mu.."
"Kamu mungkin lupa, tapi aku tidak.."
"Tapi aku bisa memakluminya, karena orang bila sudah tua suka pikun dan pelupa.."
"Tidak apa apa,.. aku mengingatkan ulang juga.."
"Kalau tidak salah ingat, ucapan nya begini.."
"Bila dia punya kemampuan itu, biarlah aku menyembah kalian berdua.."
"Apapun permintaan kalian, aku pasti akan memenuhinya.."
"Bagaimana cukup adil bukan..?"
Ucap Yu Ming sengaja meniru niru suara Thian Cien Sen Ni , dengan suara di lembut lembutkan seperti suara banci.
Hal ini tentu saja membuat wajah Thian Cien Sen Ni semakin tidak enak di pandang.
Tubuhnya sampai mengigil menahan amarahnya, yang tak terlampiaskan, sepasang tinjunya terkepal hingga terdengar suara berkerotokan.
Tapi pertaruhan sudah di keluarkan, dia tak mungkin menghindarinya lagi.
gunakan akal yang ada di otak kecilmu itu toooood
aish...otooood..otood
bukannya bbrp paragraf di atas sudah dijelaskan, kota an sudah dikuasai????
kok ditargetkan lagi
GUOBLOG nih otoodnya
knp ndk sekalian sama jenis batu pondasi arenanya juga????????
bagaimana dengan ketua sekte, kaisar dan para ahli lainnya???
mungkin, sekali bertarung menghabiskan 10 bab
terlalu LEBAY