Di hari pernikahan yang harusnya menjadi hari yang paling membahagiakan. Justru menjadi hari yang paling menyedihkan untuk Laudrea .
Mempelai pria yang sudah menjadi kekasihnya selama 2 tahun ini justru menghilang, seorang Daniel Mahotra itu melarikan diri dari pernikahannya.
Demi menjaga nama baik keluarga. Laudrea terpaksa harus menikah dengan putra pertama dari keluarga Mahotra itu.
Akan seperti apa pernikahan Laudrea dengan Firas Mahotra seorang pria yang dingin dan kaku itu menjadi suami Laudrea tanpa adanya rasa cinta?
~yuk ikuti kisah Laudrea & Firas~
Menikahi Kakak dari Calon Suamiku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.dinart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34.Cherin Brizella
"Rea, ini tidak seperti yang kau lihat!" Firas terkejut dan mendorong dengan kasar seorang wanita yang tiba tiba saja duduk dipangkuannya itu.
"Maaf, aku hanya mau mengantarkan berkas ini untuk ditanda tangani, permisi." Dengan raut muka yang sulit diartikan Rea berlalu pergi meninggalkan ruangan suaminya itu. Dalam hatinya terus bertanya - tanya tantang wanita yang sedang bersama Firas. Apa dia wanita yang pernah dekat dengannya atau gadis kecilnya? Entahlah yang pasti perasaannya saat ini menjadi gamang.
Cemburu? Entahlah. Dia sendiri tidak tau tentang perasaan yang dialaminya saat ini. Lagian Firas hanya bilang akan berusaha bukan berarti dia sudah menerimanya sebagai istrinya.
Firas bangun hendak menyusul Rea namun Cherin menarik tangannya.
"Maafkan aku kak, aku tidak bermaksud membuat istri kakak salah paham," sesal Cherin pada Firas.
Namun dalam hatinya tertawa puas karma rencananya telah berhasil. Ia memang sengaja melakukan semua itu untuk membuat Rea cemburu.
Saat Cherin mendengar kabar dari sang ibu jika Firas telah menikah karna menggantikan Daniel dan pernikahan itu terjadi dengan tanpa cinta membuat Cherin ingin datang melihatnya secara langsung.
Cherin yang selama ini tau bagaimana Firas menutup diri dan hatinya pada semua wanita manapun yang menyukainya.
Bahkan sering kali wanita itu mohon mohon padanya untuk dijadikan sebagai kekasihnya Firas tetap saja menolaknya mentah mentah. Dengan alasan mereka adalah saudara.
Tapi bagi Cherin mereka adalah saudara sepupu jauh yang sah sah saja bila mereka saling menyukai.
Tak terasa mereka sudah menghabiskan waktu hampir setengah hari. Cherin pun akhirnya memilih pamit dan meninggalkan ruangan Firas.
"Baiklah kak, aku pamit sampaikan maafku pada istrimu itu."
"Dia belum pernah bertemu denganmu. Mungkin dia mengira kau adalah orang lain."
Cherin berlalu pergi dan tersenyum penuh kemenangan.
Firas melihat jam tangan mewah yang melingkar dipergelangan tangannya waktu sudah menunjukan pukul 11.45 sebentar lag jam makan siang.
Ia bergegas meninggalkan ruangannya lalu menuju ruangan dimana istrinya berada.
Kosong
Dimana dia, apa sudah pergi makan siang? batinnya. Pikirannya kembali mengingat peristiwa penculikan beberapa waktu lalu.
Dengan cepat ia menyusul Rea ke Restoran yang berada tak jauh dari kantornya.
Di restoran Rea sedang asik menyantap makan siangnya.
"Laudrea! lu Laudrea kan?" tanya seorang pria yang berada diseberang meja Rea.
Rea mengerutkan keningnya seraya mengingat - ingat tentang siapa sosok lelaki tersebut.
"Ya ampun Rea, gua Erlan! Masa lu lupa sama gua?" ucap Erlan yang menyadari kebingungan Rea.
"Astaghfirullah, Erlan!" ucapnya dengan antusias.
"Hem, jadi gitu ya? Gua udah dilupain begitu saja hm?"
"Ya ela bukan lupa, cuma gak inget aja." Rea tidak terima dikira telah melupakan teman semasa kuliahnya.
Erlan adalah teman kuliah satu jurusannya yang dulu selalu bersama saat membuat tugas atau apapun yang berhubungan dengan kampus.
Namun setelah lulus kuliah mereka berpisah karna pekerjaan masing. Erlan sibuk mengurus pabrik ayahnya yaitu pabrik pembuatan jaket, sepatu dan tas yang terbuat kulit asli.
Sedangkan memutuskan untuk bekerja di perusahaan lain daripada harus terlibat dalam perusahaan peninggalan mendiang orang tuanya yang saat itu masih dikelola oleh sang paman.
"Sama saja tahu!" Erlan menonyor kening Rea menggunakan jari telunjuknya.
"Ya maaf, emm by the way kamu ngapain disini?" Rea bertanya seraya menangkap jari telunjuk Erlan yang akhirnya kini berada dalam genggamannya.
"Gue kemari nemuin sepupu gua, mau gua ajak pulang tapi dianya gak mau, masih betah disini katanya." seraya tangan kirinya menarik bangku yang berada di samping Rea.
"Jadi kamu sekarang tinggal dimana Er?"
"Semenjak lulus kuliah gua tinggal di Singapura."
"O'ya, kamu kerja di sana?" tanyanya antusias.
"Ya ela Rea, gua kan kan emang asli singapura, lahir di sana besar di sana, cuma pas kuliah gua kesini."
"Hah, sejak kapan Singapura pindah ke Jawa Barat?" Rea tidak terima.
"Ya kan Singgaparna Garut, ambil mudah dan kerennya aja jadi Singapura betul tidak?"
"Haishh kau ini ada ada saja"
Hahaha...
Tertawa bersama.
"Jadi ini yang membuatmu meninggalkan suamimu di kantor!" ucap Firas yang baru saja tiba di Resto. Lalu menarik bangku yang berada didepan istrinya dan mendudukkan dirinya.
"Aku sudah sangat kelaparan, dan lagi pula aku tidak mau mengganggumu yang sedang asik di dalam ruangan," ucapnya dengan begitu santai.
"Jadi kau ingin membalasku begitu" tanya Firas.
Rea mendengus kesal pada lelaki yang disebut suaminya itu. Bukannya menjelaskan tentang wanita yang berada di ruangannya tapi malah menuduhnya membalas perbuatannya.
"Terserah apa katamu saja!" jawab Rea pasrah.
Firas menatap tajam pada sosok lelaki yang sedang duduk di samping istrinya itu.
Erlan yang mendapat tatapan tajam dari Firas hanya tersenyum lalu menunduk dan kembali menikmati makan siangnya.
"Jadi lu udah married? Kenapa gak ngundang gua Rea?" sesal Erlan.
"Maaf nikahnya dadakan soalnya." Rea berbicara sedikit berbisik.
Siapa lelaki ini kenapa dia begitu dekat dengannya. Apa dia termasuk salah satu mantannya selain Daniel? Batin Firas.
Pelayan datang mengantarkan makanan yang dipesan oleh Firas.
"O'ya. Kenalin ini suamiku," ucap Rea pada Erlan.
"Fir, Erlan ini teman kuliahku dulu."
Erlan menyodorkan tangannya untuk salaman. Namun Firas hanya meliriknya saja lalu kembali menikmati makanan yang sudah terhidang di atas meja.
Dengan terpaksa Erlan menarik kembali tangannya lalu menatap Rea.
Rea hanya menaikan bahunya.
"Rea, apa aku boleh mampir ke rumahmu?" tanya Erlan kemudian.
"Uhuk uhuk!" Firas tersedak makanan yang sedang dikunyahnya.
Mampir saja jika ingin kuhabisi saat belum sempat melangkahkan kaki di pintu rumahku. Batinnya.
"Pelan pelan Fir, tidak ada yang meminta makananmu jadi tenanglah," ucap Rea.
Sementara Erlan menahan tawa karna lelaki yang kini ada dihadapannya begitu dingin dan kaku.
Bisa - bisanya Laudrea menikah dengan pria dingin dan kaku sepertinya. Batin Erlan.
"Aku sudah selesai, ayo kita kembali ke kantor!" Firas menarik begitu saja tangan sang istri.
Sementara Erlan melongo melihat kelakuan suami seorang Laudrea yang menurutnya begitu aneh dan posesif.
"Laudrea!" seru Erlan seraya meletakan tangannya pada telinga yang menjadi kode untuk menelponnya.
Kemudian Laudrea menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk haruf O dengan sengaja sehingga membuat Firas menjadi semakin kesal saja.
Dan tanpa mereka sadari di sudut ruangan restoran tersebut nampak seorang lelaki yang sejak tadi memperhatikan ketiganya dengan tatapan penuh kemarahan.
Setelah kegagalannya menculik wanita pujaannya itu , Rama masih tetap berusaha mendekatinya. Bersikap seolah tidak pernah melakukan apapun. Karena menurutnya mereka semua tidak tahu jika percobaan penculikan saat itu dirinyalah yang melakukannya.
Berharap masih ada selah dalam hati wanita yang kini telah menyandang gelar menantu keluarga Mahotra. Semua itu tidak sama sekali membuatnya berhenti untuk terus mendapatkan wanita yang sangat dicintainya itu.
Aku harus bisa memilikimu Laudrea . Apapun dan bagaimanapun caranya pasti akan aku lakukan untuk mendapatkanmu. Kemarin aku memang gagal tapi aku akan pastikan jika rencanaku selanjutnya nanti tidak akan pernah gagal. Tekadnya dalam hati.
Cinta Rama yang begitu besar pada wanita yang bernama Laudrea itu telah membutakan mata hatinya dan kini berubah menjadi obsesi yang begitu tinggi.