Talia Rata, harus menerima kenyataan pahitnya yang menganggap pernikahan akan berakhir dengan kebahagiaan, justru yang didapatkan sebuah rasa sakit.
Siapa sangka, lelaki yang diharapkan akan memberinya cinta yang sempurna, telah menjualnya kepada orang yang bisa memberi kompensasi untuknya.
Tidak disangka juga, rupanya lelaki yang telah membelinya adalah lelaki yang dibencinya di masa lalu.
Akankah Talia akan luluh dipelukan Ricardo?atau, justru semakin membencinya.
Penasaran akan kisah mereka berdua?
yuk simak jalan ceritanya, hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada belas kasih
Sang ibu langsung meraih tangan milik putranya yang berda_rah.
"Lihat ini, tangan kamu terluka." Ucap sang ibu sambil menunjukkan pada putranya.
Ricard masih diam, sama sekali tidak merespon.
"Begitu cintanya kah kamu dengan perempuan yang bernama Talia? sampai sampai kamu sakiti diri kamu sendiri."
Ricard langsung mengambil posisi duduk di tepi tempat tidurnya, dan ibunya ikutan duduk di sebelah putranya sambil mengobati lukanya dengan obat seadanya di dalam kamar.
"Aku sendiri tidak tahu, Ma. Entah perasaan macam apa ini, aku begitu bodoh mencintai perempuan yang keras kepala seperti Talia." Jawab Ricard sambil menghela napasnya.
Ibunya tersenyum mendengarnya.
"Mungkin memang kalian berdua saling menyukai, tapi terhalang oleh ego kalian masing-masing. Sekarang yang paling penting yaitu, secepatnya kamu menguak kebenarannya. Hanya dengan menunjukkan bukti yang akurat, Mama sangat yakin jika Talia akan menyesalinya atas tuduhan yang ditunjukkan padamu." Kata sang ibu.
"Ya Ma, semoga saja setelah menunjukkan bukti yang akurat, Talia tidak lagi menuduh keluarga kita sebagai akar dari pemb_unuhan kedua orang tuanya." Ucap Ricard dengan lesu.
"Begitu istimewanya kah, sampai kamu tidak bisa melupakan cinta pertamamu?" tanya ibunya.
"Mama ngomong apaan sih, gak lah."
"Gak salah, 'kan? Mama tidak melarang kamu untuk memilih perempuan yang sukai. Maafkan Mama dan Papa yang dulu sudah memaksa kamu untuk menikah dengan La kita. Semua karena balas budi, demi masa depan kamu." Kata sang ibu dan merangkul putranya.
"Ya Ma, tidak apa-apa." Jawab Ricard sambil memegangi tangannya yang terluka.
"Ya udah, lebih baik kamu istirahat saja. Soal kaca itu, nanti Mama akan suruh Pak Karto buat beresin yang pecah pecah itu. Ya sudah, Mama tinggal dulu." Ucap ibunya, Ricard mengangguk.
Setelah ibunya keluar dari kamar, Ricard memilih untuk beristirahat. Namun sebelumnya, Ricard pergi ke kamar mandi, baru istirahat.
Sedangkan ibunya yang baru saja menuruni anak tangga, terdengar sesuatu di ruang tamu.
Cepat-cepat, langsung melihatnya.
"Lalita, kamu sama siapa?" tanya ibunya Ricard yang melihat Talia tengah menarik kopernya.
"Mam, Lalita tidak mau cerai sama Ricard. Pokoknya Talia akan tetap menemani Ricard sampai kapanpun, apapun alasannya." Jawab Lalita tengah memohon.
"Ya, tapi kan, bukankah kamu sudah mempunyai lelaki pilihan?"
"Tidak, Ma. Itu semua hanya teman saja, dan tidak ada hubungan apapun dengan lelaki yang bernama Erlan. Lita menyesalinya, Ma. Juga, tidak akan mengulanginya lagi. Lalita janji untuk siap mengandung anaknya Ricard, Ma." Jawab Lalita memohon.
"Tidak bisa, aku sudah tidak bisa menerima kamu lagi. Perempuan yang sudah berkhianat, selamanya akan tetap berkhianat. Perceraian tetap perceraian, jangan harap aku akan menerimamu lagi. Sekarang juga lebih baik kamu pergi dari hadapanku, keluar dari rumah ini." Sahut Ricard ikut menimpali.
Ayah Ricard dan juga kakeknya langsung menghampiri ke ruang tamu.
"Ada apa ini?" tanya kakek Anderson.
Lalita langsung bersimpuh di kaki kakek Anderson.
"Lalita kesini mau meminta maaf, juga ingin meminta kepada Ricard untuk tidak menceraikan Lalita, Kek. Janji, Lalita siap mengandung anaknya, dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sudah Lalita perbuat." Jawab Lalita memohon.
Saat itu juga, Ricard langsung menarik tangan Lalita agar bangkit dari posisinya.
"Jangan gunakan drama murahan di hadapan kakekku, karena kami tidak butuh permohonan darimu. Sekarang juga, kau segera keluar. Proses perceraian kita sedang berlangsung, dan kamu tinggal menunggu keputusan. Jadi, cepat kau keluar dari rumah ini." Ucap Ricard mengusir Lalita, perempuan yang pernah menjadi istrinya.