Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 34 Meminta Izin
"Mama?"
Nyonya Arista mendongak, kedua matanya yang terbingkai kaca mata- terlihat berbinar saat melihat siapa yang memanggilnya. Namun binar di kedua matanya surut, saat melihat seorang gadis di belakang tubuh tegap putranya.
Tapi Nyonya Arista merubah raut wajahnya secepat mungkin. Wanita setengah baya itu bangkit, melepaskan kaca matanya sebelum mendekat pada putra sambungnya.
"Janu mencari Mama, ada yang mau Janu omongin sama Mama!"
Nyonya Arista mengukir senyuman tipis, tangannya terulur untuk mengusap kepala Januar dengan sayang.
"Janu mau ngomong apa sama Mama? mau di sini atau di-,"
"Disini aja! sama Mia juga!" Januar menyela cepat.
Tangan pria itu sibuk memutar rubik nya berulang kali. Matanya tidak berani menatap Nyonya Arista, namun tekad didalam hatinya tidak dapat mengurungkan niat baiknya.
"Kenapa? bukannya Janu mau ngomong sama Mama, kenapa Pengasuh Mia tetap di sini? biarkan Pengasuh kamu keluar du-,"
"Itu karena Mia calon istri Janu. Jadi Mia harus selalu ada di dekat Janu! Janu juga enggak mau jauh jauh dari Mia!" Januar berbicara pelan, namun terkesan tidak ingin di bantah.
Nyonya Arista terdiam, kedua matanya yang tadinya berbinar- kini terlihat dingin dan datar. Tatapan dingin Nyonya Arista terarah pada Mia, membuat gadis itu menghela napas pelan.
Mia sudah yakin, kalau Nyonya Rajendra akan menatapnya seperti itu.
"Janu belum minum vitamin kan? ayo Mama temenin Janu minum obat sama vitaminnya!" Nyonya Arista meraih lengan putranya, berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. Namun sepertinya itu tidak berhasil sama sekali.
Januar menolak, pria beralis tebal itu menjauhkan tangannya- saat Nyonya Arista akan meraihnya.
"Janu udah minum obat sama vitamin, Mia yang bantu Janu tadi. Sekarang Janu cuma mau ngomong sama Mama, Janu mau nikah sama Mia!"
Nyonya Arista terlihat memejamkan kedua mata, napasnya yang sempat terasa sesak- perlahan kembali teratur.
'Jangan sampai Januar kecewa pada mu, Arista!' sugesti di dalam kepala Sang Nyonya Rajendra kembali hadir.
Nyonya Arista begitu khawatir dan takut kalau sampai Januar membencinya. Nyonya Arista tidak akan membiarkan anak sambungnya yang sudah dia anggap seperti anak kandung sendiri itu- menaruh rasa benci serta kecewa padanya.
Januar adalah anak baik dan penurut, tidak seperti Julian- putra kandungnya yang sangat pembangkang. Dulu Ginanjar, mendiang suaminya terlalu memanjakan Julian- bahkan saat Julian meminta apa pun Ginanjar akan memberikannya.
Maka dari itu, Julian lebih menurut pada ucapan mendiang suaminya, dari pada ibu kandungnya sendiri. Ginanjar memperlakukan Julian layaknya darah dagingnya sendiri, disaat mantan suami pertamanya membuang mereka berdua- Ginanjar dan Januar hadir mengulurkan tangan untuk dia dan Julian.
Di saat Ginanjar tiada, Julian sangat kehilangan. Dia kehilangan sosok Ayah yang sangat dia kagumi, walaupun Julian mengetahui kalau Ginanjar bukan Ayah kandungnya saat dia berusia 17 tahun- Julian tidak peduli.
Julian pun sering merasa cemburu pada Januar, karena Sang Mama lebih memperhatikan adik tirinya itu. Namun jujur dari dalam hatinya, pria itu sangat menyayangi Januar- walaupun sering mengucapkan kata kata umpatan dan kasar. Karena menurut Julian, hanya Januar dan Ginanjar yang peduli padanya dan Arista Mamanya.
"Janu? apa Janu tahu apa artinya calon istri?" Nyonya Arista melembut, bahkan tersenyum tipis pada putra bungsunya.
Sang Nyonya Rajendra menghela napas dalam, saat melihat Januar mengangguk mantap. Sudut matanya bergulir pada Mia yang sedari tadi diam tak bersuara.
"Janu pasti enggak serius kan? Janu pasti udah bosen main, ayo Mama antar Janu ti-,"
"Janu enggak mau main Ma! Janu mau nikah sama Mia. Janu mau Mama nikahin Janu sama Mia, biar Janu bisa terus sama Mia. Janu enggak mau Mia pergi dari rumah ini kalau udah waktunya. Janu mohon Ma, Janu janji enggak nakal lagi- asal Mama mau kabul'in permintaan Janu,"
Januar terlihat sungguh sungguh, walaupun berkata pelan dan terbata, namun sarat akan banyak arti. Nyonya Arista masih terdiam, tatapannya terus saja tertuju pada Mia- entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Yang jelas wajah datar tanpa ekspresi Sang Nyonya tidak baik.
**MIA POLOS BANGET 😍😍
SEE YOU NEXT TOMORROW
BABAYYY MUUUAAACCHH😘😘**
perkara pertanyaan dari april (calon istri) yg buat jun salah paham karena mia ga jelasin detail.. masalah ny jadi melebar 😆😂😂
dari kulitnya, wajah, hidung, mata apalagi bibirnya..