NovelToon NovelToon
Setelah Menikah

Setelah Menikah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Poligami / Cintamanis
Popularitas:6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lunoxs

Kiran adalah seorang gadis berusia 34 tahun yang sudah menyandang gelar perawan tua dihadapkan pada 2 pilihan, menikah dengan Aslan yang sudah memiliki istri atau tetap menjadi simpanan mantan kekasihnya yang sudah lebih dulu menikah.

Antara cinta dan hidupnya sendiri, mana yang akan Kiran perjuangkan?

✍🏻 revisi typo dan pemberian judul bab 💕

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34

Jam 8 malam.

Di ruangan bernuansa putih itu nampak sepi, hanya terdengar bunyi teratur mesin penanda detak jantung,

Kiran terbaring tak sadarkan diri dengan beberapa luka di tubuhnya.

Aslan terdiam, hatinya bak diiris sembilu, hatinya pedih sekali melihat keadaan sang istri.

Apalagi saat dokter mengatakan jika Kiran tak hanya mengalami patah tulang kaki, tapi juga mengalami keguguran.

Ya Allah. Batin Aslan.

Hanya dua kata itulah yang selalu ia ucap didalam hati, mencoba mencari ketenangan.

"Sayang, sadarlah, semuanya akan baik-baik saja," lirihnya sambil terus menggenggam tangan Kiran, tak sanggup membayangkan bagaimana sedihnya saat sang istri sadar nanti, dan mengetahui bahwa anak mereka sudah tidak ada.

Sementara di ruangan yang lain, Alfath dinyatakan koma, karena pada saat kecelakaan itu terjadi ia masih berada didalam mobil yang menabrak 3 mobil lainnya.

Di luar ruangan Kiran, Fahmi mengepalkan tangannya kuat. Fakta bahwa Kiran mengalami kecelakaan bersama Alfath benar-benar membuatnya sakit hati, marah sekaligus malu.

Terlepas dari kesedihannya atas keadaan sang adik, kini pun Fahmi bingung bagaimana cara menghadapi keluarga besan.

"Ke-kenapa mbak Kiran bisa mengalami kecelakaan itu bersama mantan kekasihnya?" ucap Maya memecah keheningan, dengan gugup ia bertanya, sebuah pertanyaan yang entah ditujukan pada siapa.

Tika dan Fahmi bergeming, sementara Yuli dan Iwan menunjukkan wajah kecewanya. Tak bisa dipungkiri, hati kecil mereka begitu kecewa atas tindakan yang dilakukan oleh sang menantu, Kiran. Menemui pria lain tanpa seizin sang suami, terlebih pria itu adalah mantan kekasihnya.

Telapak tangan Maya basah dengan keringat dingin, meski begitu gugup dan takut tapi sekaranglah saat yang tepat untuk ia menyingkirkan Kiran.

Tanpa susah payah membuat rencana, Kiran dengan sendirinya membuat kesalahan.

"Umi, apa benar mbak Kiran keguguran?" tanya Maya lagi, susah payah ia menormalkan suaranya agar tak bergetar.

"Maafkan aku Umi, ta-tapi mas Aslan pun tidak tahu tentang kehamilan itu, jangan-jangan_"

"Jaga bicaramu May!" bentak Fahmi yang sudah kehabisan kesabaran.

Fahmi tahu, Maya menuduh sang adik berselingkuh dengan Alfath bahkan sampai memiliki anak.

Tuduhan yang begitu keji.

Fitnah. Tika pun memegang lengan sang suami agar tidak lepas kendali.

"Kiran bukan wanita seperti itu, harusnya disaat seperti ini kita mendoakan Kiran. Bukannya menuduh tanpa bukti, itu fitnah namanya," ucap Tika, namun sepertinya sia-sia saja ucapannya itu, saat dilihatnya Yuli dan Iwan malah memalingkan wajah.

Tika dan Fahmi mencelos.

Tak bisa berkata apa-apalagi.

Ceklek!

Pintu ruangan Kiran di buka, Aslan keluar dengan tergesa.

"Mas, aku akan ke kantor polisi, penyelidik mengatakan ini semua murni kecelakaan. Barang-barang Kiran yang dijadikan barang bukti sudah boleh ku ambil," jelas Aslan pada sang kakak ipar.

Tika dan Fahmi langsung mengangguk dengan cepat.

"Pergilah, aku akan menjaga Kiran." jawab Fahmi.

Setelah mendengar itu, Aslan langsung bergegas pergi.

Ia melangkah dengan lebar dan tergesa, menyusuri lorong rumah sakit dan menuju parkiran.

Dengan perasaan yang tak menentu, ia melaju menuju kantor polisi.

Jika boleh jujur, bukan hanya kesedihan yang menyelimuti hatinya, namun juga kecemburuan yang tak terbendung.

Adanya Alfath saat kecelakaan itu terjadi benar-benar membuatnya marah dan kecewa.

Tak berselang lama, Aslan sampai di kantor polisi. Buru-buru ia menemui sang penyelidik yang tadi menelponnya.

Hingga akhirnya ia sampai di sebuah ruangan, ruangan yang tidak terlalu besar dengan sebuah meja ditengah-tengahnya. Berderet beberapa barang Kiran dan Alfath diatas meja itu.

"Silahkah Pak, ini adalah barang-barang Ibu Kiran," ucap sang penyelidik, tangannya menunjuk sisi kanan dari meja.

Aslan mendekat dan memperhatikan dengan lekat, namun matanya langsung tertuju pada sebuah buku berwarna merah muda yang sudah lusuh.

Diambilah buku itu, dibukanya secara perlahan hingga menemukan sebuah foto hasil USG, kandungan Kiran.

Air mata Aslan luruh begitu saja.

Ia bahkan tidak mengetahui tentang kehadiran anaknya ini. Ia merasa bersalah, rasa bersalah yang sangat dalam. Baik pada sang anak ataupun pada sang istri.

"Maafkan ayah sayang," lirihnya sambil terus memandangi foto itu, foto yang belum nampak jelas, karena usia kehamilan Kiran baru memasuki usia minggu ke 6.

Ceklek!

Pintu ruangan itu terbuka, buru-buru Aslan menghapus air matanya dan menoleh, dilihatnya seorang wanita dengan mata yang sembab masuk ke dalam ruangan ini.

"Ibu Dinda?" tanya sang penyidik dan wanita itu mengangguk.

"Ini barang-barang suami Anda Bu, dan beliau adalah suami ibu Kiran, Pak Aslan," jelasnya lagi dan Dinda hanya mengangguk, seraya berjalan mendekati meja di mana barang-barang suaminya berada.

Setelah itu, sang penyidik pamit meninggalkan kedua orang itu disini.

Aslan memilih tak peduli keberadaan Dinda disana, ia lalu membereskan barang-barang sang istri untuk dibawanya pulang. Hingga tak sengaja ponsel Kiran tersentuh dan menyala.

Nampaklah foto sang suami yang sedang terlelap menjadi wallpaper. Aslan bergeming, tangannya lalu bergerak untuk membuka ponsel itu dan memasukkan tanggal pernikahan mereka sebagai password.

Yang pertama kali dilihatnya saat ponsel itu terbuka adalah layar pesan antara sang istri dengan nomor baru yang diyakininya adalah Alfath.

Diperhatikannya pesan itu dengan lekat, mencoba membaca diantara layar yang sudah pecah-pecah.

08228975****

Ran, aku dan Dinda ingin menemuimu, bisakah kita bertemu?

Kiran:

Ada perlu apa?

08228975****:

Sebelum Dinda melahirkan, dia ingin hubungan kita bertiga membaik. Apakah kamu sibuk? sebenarnya aku dan Dinda saat ini berada tak jauh dari kantormu. Jika kamu bersedia, kami akan menjemputmu.

Kiran:

Baiklah.

Selesai membaca, Aslan menoleh ke arah Dinda. Tanpa banyak kata ia langsung bertanya, "Dimana Anda saat kecelakaan itu terjadi?" tanyanya dengan suara yang dingin.

Dinda merasa tak nyaman, apalagi saat menoleh ia melihat mata Aslan yang begitu tajam.

"Ma-maaf, apa maksud Anda?" tanya Dinda takut-takut.

"Bukankah Anda dan suami Anda ingin menemui istri saya? lalu kenapa saat kecelakaan itu terjadi Anda tidak disana?" tanya Aslan yang sudah bersusah payah meredam emosi.

Karena Alfath dan Dindalah kini istrinya tak sadarkan diri di rumah sakit, bahkan sampai membuat mereka kehilangan sang anak.

Melihat Dinda yang hanya terdiam, akhirnya Aslan memberikan ponsel ditangannya itu pada Dinda.

Dinda hanya bisa menurut, ia mengambil ponsel itu dan mulai membaca.

"Karena kecelakaan itu, istriku keguguran, kami kehilangan anak kami dengan cara seperti ini," ucap Aslan dengan suara berat. Jika saja yang dihadapannya ini adalah Alfath pasti sudah dihajarnya habis-habisan.

Tangan Dinda bergetar, apalagi saat mendengar Kiran yang keguguran.

Air matanya luruh, perasaan bersalah itu tiba-tiba menyerang.

"Maafkan saya Pak, maafkan saya," ucap Dinda dengan derai mata.

Sebagai seorang wanita yang sedang hamil pula, ia tak kuasa membayangkam jika dirinyalah yang mengalami keguguran.

"Saya berseteru dengan suami saya dan melibatkan Kiran. Maafkan saya, maafkan saya karena saya tidak bisa mencegah kepergian mas Alfath saat itu," terangnya dengan sesenggukan.

Aslan terdiam.

Sementara Dinda terus bercerita tentang masalah rumah tangganya hingga membuat Alfath pergi.

Sejurus kemudian Aslan tahu jika Alfath ingin membawa sang istri meninggalkan dirinya, namun Kiran menolak dan terjadilah kecelakaan itu.

1
Rizkaa
Luar biasa
Ratna Dewi
Biasa
Ratna Dewi
Kecewa
Yunia Spm
siapa menabur... pasti akan menuai hasilnya
Yunia Spm
Luar biasa
Yunia Spm
karena dari awal pikiran maya udah negatif aja
galang aulia yuda_2
Lumayan
Akbar Razaq
Seperti tak ada jalan lain saja.Mmg harus ya jadi orang ke 3 dlm rumah tangga Aslan dan Maya.Kau pikir Maya tak sakit hati dasar kau tak peka.Otakmu di mana?
Pergilah kau bs merasakan dunia.luar sana.Asal kau pegang akidah kau akan baik baik saja tanpa harus jd duri dlm rumah tangga orang .Harga dirinu perlu di pertanyakan Kiran
Akbar Razaq
Rupanya Kiran mmg sdh sangat gat allll
Akbar Razaq
Benar kata Fahmi adiknya mmg jala ng sudah di tinggal nikah juga masih mau mau saja.Harga diri di mana?
Akbar Razaq
Nyalahi laki brengseknya wong dianya mau mau juga.
shu qi
malaam2 ngakakkkkk
shu qi
omG.. kalo posisiku spt maya.. tidak akan bs bertahan.. lebih baik pisah drpd di madu. berbagi suami tidak ada dlm kamus..
perih kali novel ini ..
guntur 1609
hati2 jangan sampai nanti dinda jadi pelakor anatara kirana dan widya
guntur 1609
keluarga yg saling pengertian dan harmonis
guntur 1609
kqu yg busuk sebenarnya maya
guntur 1609
kena kau kan maya. niat awal kau jelek..pasti akhirnyabtk mu juga jelek
guntur 1609
brti alfath yg brengs3k. dengan dalih perjodohan
guntur 1609
asal benar saja kau asil ya aslan
guntur 1609
tujuan awalnya saja gak bagus hanya karena anak. apalagi kiran fan aslan tdk saling cinta. maka ada kemungkinan kiran akan makin terpuruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!