Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Panggilan Pemotretan
Lensi tengah asyik memilih buku komik Conan. Lensi memang menyukai komik dengan jenis kecerdasan tokohnya yang seorang detektif muda. Dia sudah mengoleksi komik itu sejak dirinya masih SD. Namun karena komik itu berseri, jadi dia tidak bisa membeli sekaligus dan harus menunggu sampai seri berikutnya terbit. Dan saat ini dia ingin pergi ke toko buku yang ada di mall untuk membeli komik Conan seri terbaru.
Saat sedang asyik memilih komik, suara ponselnya tiba-tiba berdering. Lensipun segera menggeser tanda panah hijau untuk menerima panggilan itu.
"Ya bos?" tanya Lensi sembari mencari komik yang dia inginkan.
"Besok jangan lupa ada jadwal pemotretan ya Chi?" ujar seorang pria yang tak lain manager dari agensi yang menaunginya sebagai model busana muslim.
"Siap bos." Jawab Lensi.
"Jam 10 di studio C,"
"Siap bos." Jawab Lensi.
Lensi dan Manager itu mengakhiri percakapan mereka, setelah mereka selesai membahas jadwal pemotretan yang akan dilakukan Lensi keesokan harinya.
Lensi memang mempunyai pekerjaan secara diam-diam dari keluarganya. Sebagai lulusan designer, dia ingin mengaplikasikan ilmunya dibidang fashion dan terjun langsung menjadi seorang model busana. Dia memutuskan menjadi seorang model busana muslim, karena dirinya yang tomboy memang tidak suka dengan pakaian wanita yang terbuka.
Tring
Tring
Tring
Lensi sengaja menghubungi Okta sahabatnya, agar menemaninya di pemotretan besok.
"Ya Dew?" tanya Okta diseberang telpon dengan suara serak.
"Astajimmm...loe yang benar aja. Anak perawan baru bangun jam segini. Itupun gue yang bangunin. Sono bangun woy, bantuin emak loe ngadon donat. Orang susah belagu amat loe pakai bangunnya siang,"
"Iye orang kaya tapi kere. Belagu amat omongan loe, pakai bilang gue orang suseh. Ada apaan sih? ganggu putri tidur mencari pangeran kodok aje?" tanya Okta.
"Pangeran kodok pale lu? pangeran kodok juga pilih-pilih kalau mau ciuman ama anak perawan. Perawan kayak elu nggak cocok di cium, cocoknya diceburin di empang buaya." Jawab Lensi.
"Sadis amat mulut lu Dew. Abis kena sembur ular sendok ye? ada apaan sih? masih ngantuk nih gue," tanya Okta.
"Besok jam 10 jadwal pemotretan gue. Mau duit kagak loe? kalau mau loe temenin gue," tanya Lensi.
"Ya mau dong. Loe jemput gue yak? jalan sendiri takut mogok dijalan gue. Tahu sendiri laki gue sering mogok,"
"Iye. Dasar teman semprul. Yang bosnya siapa, yang gaji dia siapa. Malah gue juga yang jadi kacungnya," cebik Lensi, sementara Okta jadi terkekeh mendengar ucapan Lensi.
Setelah mengakhiri panggilan itu, Lensi bergegas mencari komik seri yang dia mau. Setelah bertemu, diapun berniat pergi ke kasir untuk membayar komik itu. Namun naas, saat berbalik dirinya malah menabrak seseorang.
Brukkkkkk
"Astagfirullah...ya Allah, maafin saya mbak. Saya nggak sengaja," ujar seorang gadis cantik berhijab.
"Sssttttt"
Lensi meringis kesakitan. Karena ternyata gadis itu mengenai lengannya yang terluka. Lensi mendongakkan kepalanya, karena air matanya jadi meleleh karena itu lebih sakit, dari saat mendapatkan luka itu pertama kali.
"Eh? apa sesakit itu? kenapa gadis ini sampai menangis?" batin Fatimah.
"Maaf mbak. Sakit banget ya? mbaknya sampai nangis gitu. Beneran deh, saya nggak sengaja," ujar Fatimah.
"Nggak apa. Saya juga salah karena nggak lihat jalan. Ini kamu tadi sempat mengenai luka di lengan saya, jadi sedikit sakit." Jawab Lensi.
"Astagfirullah. Maaf mbak, saya tidak tahu. Kita ke klinik aja yuk mbak? biar kita obatin lukanya," Fatimah merasa bersalah.
"Nggak usah. Sekarang sudah nggak sakit lagi kok." Jawab Lensi sembari tersenyum.
"Oh ya. Kenalkan, saya Fatimah," ujar Fatimah sembari mengulurkan tangannya.
"Echi," Lensi menjabat tangan gadis yang berparas teduh itu.
"Saya duluan ya?" sambung Lensi sembari mengacungkan buku komikmya.
"Suka baca komik ya?" tanya Fatimah yang juga ikut menuju kasir.
"Cuma Conan saja. Suka dengan pemecahan kasus-kasusnya." Jawab Lensi.
Lensi kemudian melirik kearah buku-buku yang dibeli Fatimah. Tentu saja buku yang dia beli sangat bertolak belakang dengan kegemarannya. Dapat Lensi lihat Fatimah saat ini tengah membeli buku hadist bukhari muslim, dan juga buku hadist Qudsi. Sepertinya gadis itu tengah mendalami dalil-dalil berdasarkan hadist nabi.
"Ya. Conan si bocah cerdas," ujar Fatimah.
"Penulisnya yang cerdas membuat komik sekeren itu," ucap Lensi.
"Betul." Jawab Fatimah sembari tersenyum.
"Sepertinya kamu sedang mendalami tentang hadist-hadist itu," tunjuk Lensi dengan bibirnya.
"Ah...hanya sekedar mencari ilmu. Kadang ucapan tanpa ilmu jadi kosong, terlebih tanpa dalil yang jelas." Jawab Fatimah.
Mendengar ucapan Fatimah, Lensi jadi terkekeh sendiri.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Fatimah yang sedikit demi sedikit maju, karena antrian kasir makin lama makin berkurang.
"Lucu saja. Disaat kamu sibuk mencari ilmu akhirat, aku malah sibuk memikirkan kasus Conan." Jawab Lensi.
"Ya tidak apa. Setiap orang punya kegemaran masing-masing. Aku juga suka baca novel di aplikasi mangatoon," ucap Fatimah.
"Oh ya?"
"Emm. Lumayan saat mau hilangin suntuk." Jawab Fatimah.
Lensi meletakkan buku di meja kasir, karena gilirannya sudah tiba. Setelah selesai, diapun berpamitan dengan Fatimah lebih dulu. Lensi kemudian beralih ke supermarket, untuk membeli berbagai jenis camilan untuk menemaninya sembari membaca komik. Setelah selesai, diapun segera pulang.
"Dia beli camilan sebanyak itu uang dari mana ya? bukanny uang saku dia sudah mama sabotase?" ucap Vega.
"Mungkin nyuri. Atau jual diri, atau malak sama preman. Dia kan suka bergaul dengan orang seperti itu." Jawab Marini.
Lensi sama sekali tidak menghiraukan bisik-bisik yang dilakukan oleh Vega dan ibu tirinya itu. Gadis itu bergegas naik keatas, dia tidak sabar ingin membaca komik yang baru dia beli itu.
*****
"Buruan. Ntar telat kita," ujar Lensi yang masih nangkring diatas motor sportnya.
"Mau kemane kalian pade?" tanya nyak Rogaya.
"Biasa nyak. Mau nemenin artis pemotretan.Kali aje ketiban rejeki jadi ikutan ngisi sampul majalah." Jawab Okta sembari naik keatas motor Lensi.
"Kagak cocok. Neng Echi mah cantik, elu mah buluk. Paling banter jadi tukang gulung kabel," ujar Rogaya.
"Ya ampun nyak. Kejem amat ama anak sendiri, pakai dikatain buluk." Jawab Okta.
"Pokoknye cepat kerja, biar bisa gantiin celengen nyak ama adik lu yang elu embat. Hadeh...punya anak perawan satu-satunye minta ampun dah. Kalau bisa, elu nyak balikin kedalam perut,"
"Bagaimane caranye? udah ah...jangan risau. Tahunye besok kagak usah ngadon donat lagi. Hari ini pasti dapat duit. Iya kan Dew?" tanya Okta.
"Iye anak durhake." Jawab Lensi.
"Kite pegi dulu ya nyak?" sambung Lensi.
"Iye ati-ati." Jawab Rogaya.
Rogaya ibu tunggal dari du orang anaknya. Suaminya pergi kepincut janda sejak Okta berusia 10 tahun. Mungkin itulah sebabnya Okta bersikap seperti laki-laki, mungkin karena ingin melindungi ibunya yang hanya tukang penjual donat keliling.
males ah klu rebut rebut