NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ratu Iblis Alexia

Reinkarnasi Ratu Iblis Alexia

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Masa Depan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Watashi Monarch

Genre : Action, Adventure, Fantasi, Reinkarnasi
Status : Season 1 — Ongoing

Kekacauan besar melanda seluruh benua selatan hingga menyebabkan peperangan. Semua ras yang ada di dunia bersatu teguh demi melawan iblis yang ingin menguasai dunia ini. Oleh karena itu, terjadilah perang yang panjang.

Pertarungan antara Ratu Iblis dan Pahlawan pun terjadi dan tidak dapat dihindari. Pertarungan mereka bertahan selama tujuh jam hingga Pahlawan berhasil dikalahkan.

Meski berhasil dikalahkan, namun tetap pahlawan yang menggenggam kemenangan. Itu karena Ratu Iblis telah mengalami hal yang sangat buruk, yaitu pengkhianatan.

Ratu Iblis mati dibunuh oleh bawahannya sendiri, apalagi dia adalah salah satu dari 4 Order yang dia percayai. Dia mati dan meninggalkan penyesalan yang dalam. Namun, kematian itu ternyata bukanlah akhir dari perjalanannya.

Dia bereinkarnasi ke masa depan dan menjadi manusia!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Watashi Monarch, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 - Munculnya Gadis Api

Di ruang bawah tanah...

Aurora tampak sangat pucat, dan tangannya juga penuh dengan luka tusukan. Matanya yang biru kian memudar semakin dia merasakan rasa sakit di lengan dan sekujur tubuhnya. Pandangannya pun kosong seperti tanpa jiwa.

"Apa darahnya cocok dengan eksperimen kita?"

"Tidak hanya cocok, namun kita mendapatkan hasil yang sempurna!" balasnya dengan bersemangat. "Hanya saja, kita butuh lebih banyak darah untuk evolusi selanjutnya."

Mereka kemudian menoleh ke arah Aurora yang sekarat.

"Aku tidak peduli jika dia harus mati, tapi kita harus tetap berhasil membuat obat yang dapat mengubah dunia ini!"

"Kau benar, kita tidak bisa berhenti di sini!"

Mereka tertawa lebar sambil melanjutkan pekerjaannya.

Aurora mendengar mereka tanpa bisa berbuat apa-apa.

Seluruh tubuhnya terasa sakit hingga ada beberapa yang mati rasa. Untuk menggerakkan satu jari saja dia bahkan kesulitan. Matanya sangat berat dan suaranya pun habis.

Sudah berapa lama waktu berlalu?

Aurora ingin bertanya, tetapi tidak ada seorangpun yang bisa menjawabnya. Dia terbaring lemas di tanah hingga tikus-tikus kecil berlari dan datang tuk menghampirinya.

Karena darahnya sering diambil, Aurora kini kekurangan nutrisi untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat. Orang yang menculiknya hanya memberinya bubur basi sisa kemarin yang tidak layak untuk dimakan oleh manusia.

Bukan hanya lengannya yang sakit karena terus disuntik dengan jarum, tapi perutnya juga mual dan mau muntah.

Itulah sebabnya Aurora tampak lemas dan tidak berdaya.

'A-apa ini akhirnya ...?' pikirnya dengan pandangan sayu.

Air matanya perlahan mengalir dan menetes di tanah.

'Padahal aku sudah berbaikan dengan Alexia, tapi kenapa akhirnya jadi seperti ini? Mengapa hal ini terjadi padaku?'

Aurora tidak tahu harus menyalahkan takdir atau orang yang menculiknya, tapi dia tahu kalau semua ini terjadi karena kesalahannya sudah menjadi orang yang lemah.

"Hei, bangun! Jangan mati dulu!" kata salah satu pria di hadapannya sambil beberapa kali menepuk pipi Aurora.

"Biarkan saja, lebih baik kita ambil darahnya lagi sebelum dia mati seperti yang lain." sahut pria lain di sampingnya seraya mengeluarkan beberapa jarum suntik di sakunya.

'Alexia ...' batin Aurora dengan putus asa. 'Maafkan aku ...'

Air matanya mengalir dan menetes di tanah, kemudian...

Duarr!

Dinding tiba-tiba saja meledak dan banyak kobaran api di sekitarnya. Seorang wanita berjalan melewati dinding itu dan mengibaskan tangan saat debu masuk ke mulutnya.

"Tempat macam apa ini?" ujarnya dengan nada sinis.

"Terlalu banyak persimpangan sampai aku tersesat. Apa orang yang membuat tempat ini sedang bosan atau ...?"

Wanita itu pun berhenti bicara saat memalingkan wajah.

Di depan matanya, ia melihat dua orang pria berjas putih sedang berdiri di depan seseorang. Seorang gadis yang tergeletak di tanah dan penuh dengan luka. Kondisinya tidak dapat dijelaskan dan terlihat sangat mengenaskan.

Kepala wanita itu berputar ke arah lain dan menemukan bangkai monster. Melihat banyak darah di tabung yang tersambung dengan monster itu, wanita itu pun terdiam.

Bukan hanya satu orang, tapi dia melihat banyak orang yang sudah menjadi mayat. Dengan kata lain, mereka sudah mati sebelum wanita itu mengetahui tempat ini.

"Siapa kau?! Kenapa penyusup bisa masuk ke sini?!"

"Ke mana saja orang-orang bodoh itu?! Disuruh menjaga pintu saja tidak bisa, mereka benar-benar tidak berguna!"

Wanita itu melihat ke arah gadis berambut emas itu lagi dan membuka mulutnya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi kalimat itu tidak mau keluar dan membuatnya kesal.

'Ini salahku karena bermain-main dengan keadaan!'

Dia mengertakkan gigi sambil mengepalkan tangannya, kesal pada dirinya sendiri karena menganggap masalah ini terlalu mudah. Karena tindakannya ini, seorang gadis biasa yang tidak tahu apa-apa telah menjadi korbannya.

"Aku sudah gagal menjadi seorang ksatria." gumamnya.

"Hei, di sini ada penyusup! Cepat datang ke—"

Suara pedang ditarik dari sarung membuatnya berhenti bicara dan menoleh ke arah wanita asing di depan sana.

"Meski aku telah gagal, setidaknya aku harus membawa gadis biasa itu kembali dan menyelamatkan nyawanya!"

Wanita itu langsung menatap tajam ke arah dua pria itu.

"Atas nama keluarga Sphenix," wanita itu tiba-tiba bicara sambil mengangkat pedangnya ke atas. "Aku, Silvia Von Sphenix, sekarang menjatuhkan hukuman kepada kalian berdua! Tak ada dari kalian yang bisa kabur dari cahaya!"

"W-wanita itu adalah putri pertama keluarga Sphenix?!"

Kedua pria itu panik dan bingung harus berbuat apa.

Keluarga Sphenix adalah salah satu dari 5 keluarga besar di kerajaan Eldant. Mereka menduduki peringkat pertama dalam hal kekuatan elemen api. Simbol keluarga mereka adalah pedang yang dipegang oleh kaki burung Phoenix.

Kepala keluarga Sphenix juga merupakan salah satu dari 5 Swordmaster terkuat di benua selatan. Selain itu, dia juga dianggap sebagai yang terkuat sebelum Raven Iris Swan. Kabarnya ia mendapat julukan, «Pedang Raja Api».

Wanita itu, Silvia melompat dan melesat ke arah mereka.

"Tebus semua dosa kalian di dalam neraka!"

Kedua pria berjubah putih itu panik, tapi mereka tak bisa melakukan apapun karena tidak punya kemampuan dan kekuatan untuk bertarung. Apalagi, mereka hanya dokter.

"Matilah kita!"

Itulah yang mereka pikirkan pada momen krusial itu.

Tapi sebelum pedangnya sampai di atas kepala mereka, seseorang berjubah hitam tiba-tiba muncul dan berdiri di depan kedua pria itu. Dia menyilangkan pedangnya dan menahan pedang Silvia yang bermaksud membunuhnya.

Trangg!

Silvia terkejut, dan dia buru-buru melompat ke belakang.

Mereka lalu saling bertatap mata dalam ketegangan.

"Siapa kau? Kenapa kau menghalangiku?" tanya Silvia.

"Kau tidak boleh membunuh mereka berdua." kata sosok berjubah itu dan mengangkat pedangnya. "Kami masih membutuhkan hasil eksperimen yang mereka kerjakan."

"Apa kau tidak takut pada kekuatan keluarga Sphenix?"

Sosok berjubah tertawa tipis dan berkata, "Mengapa aku harus takut pada burung yang hanya bermain di sarang?"

Setelah mendengar jawabannya, Silvia semakin marah.

Silvia menodongkan pedang ke arahnya dan berkata,

"Jadi kau satu kelompok dengan mereka." Silvia mundur selangkah dan memasang kuda-kuda. "Kalau begitu, aku tidak keberatan untuk membunuh satu orang jahat lagi!"

Setelah mengatakan itu, Silvia menendang tanah sambil mengayunkan pedang. Sosok berjubah menangkisnya lagi, namun kali ini dia memberikan sedikit perlawanan.

"Gerakanmu bahkan mudah sekali untuk dibaca." ujarnya.

Duakk!

Sosok berjubah berhasil menendang perut Silvia hingga dia terhempas jauh ke belakang. Dindingnya hancur, dan ini adalah pertama kalinya dia dikalahkan oleh orang lain.

Silvia batuk darah dan berusaha untuk berdiri lagi.

"Pengguna Aura tingkat 5, ya ..." katanya, sedikit terkejut.

Sosok berjubah terdiam setelah mendengarnya.

"Pantas saja kau dapat dengan mudah menangkis dan menahan seranganku. Ini sedikit merepotkan." lanjutnya.

'Melawan pengguna Aura tingkat 5 sama saja mencari kematian. Aku yang baru saja membangkitkan Aura dan mempelajarinya, tidak mungkin bisa mengalahkannya!'

Silvia sadar bahwa kekuatannya masih belum cukup, tapi dia masih punya satu cara untuk membalikkan keadaan.

Dia mengibaskan pedangnya ke belakang dan menarik nafas. Setelah itu, Silvia mengangkat pedangnya ke atas.

【 Ignis Sword Technique, 2nd Form : Red Wings 】

Whoossh

Sepasang sayap merah muncul di punggung Silvia dan membakar sekitarnya. Sosok berjubah dan dua pria itu takjub sekaligus panik merasakan panas dari sayapnya.

"Terimalah kematian kalian sekarang juga."

【 Ignis Sword Technique, 2nd Final Form : Sky Feather 】

Bulu pada sepasang sayap itu lepas dan mengarah pada mereka. Silvia kemudian melakukan ayunan vertikal, dan semua bulu itu pun melesat dengan cepat seperti hujan.

Blamm!

Ledakan demi ledakan terjadi dan mengguncang tanah.

Silvia menatap debu asap dengan raut wajah datar. Dan karena termakan oleh emosi, Silvia melupakan sesuatu.

"Ah, sial! Aku lupa kalau gadis itu masih berada di sana!"

Dia tidak bisa menarik kembali serangannya, jadi Silvia hanya bisa berharap bahwa gadis itu tidak terluka parah.

1
PORREN46R
spirit seperti roh gitu kan kak?
Cheonma: Sebenarnya sama aja sih,
total 1 replies
anggita
ikut ng👍like, iklan saja.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!