Xiao Shuxiang adalah kultivator Aliran Hitam yang dijuluki Bintang Penghancur. Karena cara bertarungnya yang brutal, dia menjadi ditakuti oleh kultivator Ketiga Aliran. Alhasil pertarungan dahsyat yang membuat Benua Timur diselimuti kegelapan dan hujan darah selama 40 hari menjadi tidak terelakkan.
Mayat kultivator yang berasal dari ratusan sekte tiga aliran memenuhi seluruh tempat di Benua Timur, bahkan lautan menjadi merah karenanya.
Xiao Shuxiang sendiri terluka parah. Dia yang tidak terima dengan akhir riwayatnya mengeluarkan ‘Jurus Kebangkitan Kembali’. Jurus yang hanya bisa digunakan setelah mengorbankan ratusan ribu nyawa manusia.
Kisah petualangan baru Xiao Shuxiang dimulai. Sebagai Kultivator Aliran Hitam, memporak-porandakan dunia adalah impiannya.
Lalu bagaimana dengan reinkarnasi ini? Mungkinkah roda takdir kini berpihak pada sisi kegelapan?
Keberuntungan yang diberikan langit pada sosok seperti Xiao Shuxiang----Apa mungkin dunia akan baik-baik saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 - Gu Ta Sian [Revisi]
Gu Ta Sian adalah kultivator aliran putih dari Sekte Bambu Perak, salah satu sekte menengah yang ada di Benua Timur. Dia berusia 42 tahun dengan praktik di Forging Qi tingkat 11, atau disebut Master Foundation.
Master Foundation sendiri terdiri dari 4 tingkatan, yaitu tingkatan Perunggu, Perak, Emas dan Legenda.
Tingkatan Perunggu dan Perak, masing-masing terdiri dari tiga tahapan, yaitu Tahap Awal, Pertengahan dan Akhir.
Sementara untuk tingkatan Emas terdiri dari Tahap Emas Kuning, Emas Putih, Emas Merah, dan Emas Hitam.
Yang terakhir adalah Master Foundation tingkat Legenda. Tingkatan ini merupakan tingkat terakhir dari Master Foundation, tidak banyak kultivator yang bisa sampai ke tahap ini.
Bahkan untuk bisa masuk ke dalam salah satu tingkatan yang ada di atas, membutuhkan Qi yang begitu banyak dan juga usaha yang begitu keras.
Gu Ta Sian sendiri berada pada tingkatan Master Foundation tingkat Perunggu tahap Pertengahan. Dia merupakan salah satu murid senior dari Sekte Bambu Perak.
Dia menjalankan misi dari sektenya, yaitu mengejar dan membunuh Perampok Bersaudara. Sekaligus, dirinya diminta membawa dua orang murid Sekte Bambu Perak untuk mengikuti Turnamen Kultivator Muda.
Jarak antara Sekte Bambu Perak dan Desa Peristirahatan cukup jauh, sebab Sekte Bambu Perak berdiri di tempat dengan Qi yang cukup banyak. Jika dari perhitungan Xiao Shuxiang yang mengibaratkan kepadatan Qi itu seperti angka 1 (terendah) hingga 10 (tertinggi), maka Sekte Bambu Perak ada di angka empat sampai lima.
Perjalanan Gu Ta Sian dan kedua juniornya untuk mengejar Perampok Bersaudara cukup menyulitkan. Kedua perampok ini hanya bisa diketahui saat perampokan dan pembunuhan telah terjadi. Perampok Bersaudara tidak pernah melepaskan seorang pun yang menjadi target mereka.
Perampok Bersaudara akan membunuh para target mereka tanpa ada yang dilepaskan. Dan walaupun sedang berbaik hati melepaskan seseorang, maka Perampok Bersaudara akan membutakan mata orang tersebut. Itulah cara mereka menjadi terkenal dan ditakuti.
Yang menyulitkan lagi adalah Perampok Bersaudara selalu berpindah-pindah tempat. Namun dari semua perjalanannya, Gu Ta Sian akhirnya menyadari satu hal yaitu Perampok Bersaudara melakukan aksinya hanya di dalam hutan sekaligus di tempat dengan kepadatan Qi yang sedikit. Dan hutan setelah Desa Peristirahatan-lah yang menjadi tujuan Gu Ta Sian dan kedua juniornya.
Saat berjalan di tengah hutan, salah satu junior Gu Ta Sian berseru, dia menunjuk asap yang seakan keluar dari dedaunan. Ketiganya lalu mempercepat langkah, mereka kemudian tersentak saat samar-samar mencium aroma darah.
Gu Ta Sian semakin mempercepat langkahnya.
Semakin dekat ke sumber asap tersebut, makin pekat aroma darah yang dia cium. Dirinya kemudian dikejutkan dengan suara jeritan yang begitu keras, hal ini membuat perasaannya tidak enak. Gu Ta Sian terus mempercepat langkahnya dan meninggalkan kedua juniornya.
Saat dia sampai di tempat kejadian, matanya melebar melihat apa yang ada di depannya. Kereta pedagang terbakar, banyak mayat dan potongan tubuh berceceran.
Dada Gu Ta Sian sesak, dia... terlambat.
Tapi setidaknya dia masih bisa melihat pedagang lain yang hidup. Di tempat ini juga ada orang tua dengan tambalan pada pakaiannya, orang itu terlihat berdiri dengan raut wajah khawatir.
Pandangan mata Gu Ta Sian lalu tertuju pada pria besar berotot yang menjerit sambil berguling-gulingan di tanah, sementara ada seorang pria yang berdiri sambil mengeluarkan aura pembunuh.
Orang lain yang Gu Ta Sian lihat adalah anak kecil berusia tujuh tahun yang terbatuk darah sambil memegang erat sebuah pedang dengan kedua tangannya.
Dia sebenarnya terkejut dan juga penasaran, namun segera dia menghapus rasa penasarannya dan bergerak cepat menyelamatkan anak kecil yang hampir terbelah dua karena cambuk yang terarah padanya.
Gu Ta Sian kagum melihat anak yang masih sangat muda namun sangat berani melawan penjahat yang begitu ditakuti. Di samping rasa kekagumannya, dia terkejut saat membaca tingkat praktik anak kecil yang ditolongnya ini.
"Dantian cacat?! Praktiknya belum sampai di Forging Qi tingkat satu...! Itu artinya dia tidak bertarung menggunakan Qi...!?"
Gu Ta Sian tidak bisa berkata apa-apa, anak didekatnya ini sangat mengejutkan. "Aku ingin tahu tentang anak ini, namun sebelum itu.. akan mengatasi perampok ini dulu."
Tatapan mata Gu Ta Sian mengarah kepada Gong Ru, dia pun mulai bertarung dengan salah satu Perampok Bersaudara.
*
*
Xiao Shuxiang saat ini berdiri di dekat tubuh Gong Peng yang terbaring di tanah sambil menjerit, dirinya memandang pria berotot itu sambil tersenyum.
Dia pun menggenggam erat pedangnya dengan kedua tangan. Perlahan, pedang itu terangkat ke atas walau Xiao Shuxiang meringis karena merasakan sakit di pundak kirinya yang terluka.
Dia sedikit kesulitan untuk melakukan tebasan kepada Gong Peng. Pria besar ini terus saja berguling-gulingan di tanah dan itu membuatnya agak kesal.
"Tsk, kau harus diam kalau mau ditolong. Bagaimana bisa aku menebas lehermu kalau kau terus berguling seperti ini...?!" Xiao Shuxiang tidak mungkin menahan terus pedang pendekar Walet Pelindung dengan kondisinya sekarang, apalagi jika harus melakukan tebasan sekuat tenaga.
"Pedang ini berat. Sebaiknya kulakukan dengan cepat!"
Saat dia akan menebas Gong Peng, tiba-tiba sebuah tangan menarik kerah belakangnya. Tangan itu tak lain adalah tangan junior dari Gu Ta Sian, Zong Ming.
Zong Ming adalah anak laki-laki berusia 14 tahun, berada di Forging Qi tingkat tiga, sama dengan Xiao Lu. Meski begitu, dia jauh lebih kuat. Ini jelas karena Zong Ming hidup di tempat dengan Qi yang lumayan banyak dan melihat darah serta potongan tubuh seperti ini sudah biasa baginya.
Bahkan, dia juga sering menjalankan misi berburu demonic beast, mengikuti seniornya mengejar dan membunuh perampok yang membuat resah masyarakat.
"Berbahaya berada di sini," Zong Ming menarik Xiao Shuxiang ke tempat di mana Yang Shu dan saudara sepergurannya, Ying Liu berada.
"Tu-Tunggu dulu! Aku belum memenggal kepalanya...! Aku harus menolongnya...!" Xiao Shuxiang berusaha melepaskan tangan kiri Zong Ming di kerahnya.
"Jangan khawatir, Liu'Er yang akan melakukannya." Zong Ming memberi tanda berupa tatapan mata kepada Ying Liu yang sedang berdiri di samping Yang Shu.
Gadis itu mengangguk, dia segera ke arah Gong Peng untuk melakukan serangan terakhir yang membuat dada Xiao Shuxiang sakit.
"Jangaaan!! Biar aku saja yang la-!!" Xiao Shuxiang seketika mematung saat Ying Liu membunuh Gong Peng dengan menebas lehernya.
Gadis itu seakan tidak terbebani sedikit pun, ini bisa dilihat dari raut wajahnya yang tenang dan seolah sudah biasa menebas leher saja.
!!
Gong Ru begitu sangat terkejut ketika adiknya tidak lagi menjerit karena telah tewas, konsentrasinya yang sejak awal sudah terpecah kini semakin buruk karena melihat kepala adiknya yang sudah tidak berada di tubuhnya lagi.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Gu Ta Sian. Dengan sekali gerakan, dia berhasil memberi serangan mematikan kepada Gong Ru.
Perampok itu pun tewas dengan luka sayatan di leher, tubuh dan sebuah tusukan dalam pada jantungnya.
Xiao Shuxiang yang masih mematung akibat tindakan Ying Liu, perlahan menutup matanya. Dia mengatupkan bibirnya dan mengepalkan erat tangan kirinya tanpa menghiraukan luka di pundaknya.
"Aku yang harusnya melakukan serangan terakhir! Aku yang harusnya menebas kepala perampok itu...! Kenapaa...?!"
Xiao Shuxiang sudah menantikan saat-saat di mana dirinya melakukan pembunuhan. Tangannya sudah terlalu gatal untuk memenggal kepala, tetapi...
"Kenapaaa..?! Kenaapaaa..!!"
Xiao Shuxiang sedikit terisak, ini membuat Zong Ming tersentak. Dia baru menyadari bahwa anak berusia tujuh tahun di dekatnya ini sedang terluka.
"Kau jangan menangis, tidak apa-apa.. Kakak cantik di sana akan mengobati lukamu, jadi jangan menangis..." Zong Ming berkata begitu lembut sambil mengusap kepala Xiao Shuxiang.
Dia sepertinya menganggap bahwa Xiao Shuxiang menangis karena luka pada pundaknya, Zong Ming tidak menyadari bahwa sebenarnya anak laki-laki itu menangisi hal lainnya.
Meski Yang Shu sudah terbebas dari aura pembunuh Gong Ru, namun nyatanya kaki Yang Shu masih sulit untuk digerakkan. Apalagi saat dia melihat ada anak gadis yang seumuran dengan cucunya, Xiao Lu.. begitu mudahnya menebas leher seseorang tanpa ragu.
Gu Ta Sian yang telah menyarungkan pedangnya kemudian berjalan ke arah pedagang yang masih terduduk di tanah dengan wajah ketakutan.
"Kalian baik-baik saja? Tidak perlu takut, aku tidak akan menyakiti kalian."
"Tuan, Tuan terima kasih..!"
"Terima kasih, Tuan..!"
Para pedagang mengucapkan banyak terima kasih sambil menangis karena tidak menyangka nyawa mereka masih bisa dipertahankan.
Gu Ta Sian kemudian memeriksa para pedagang dan kusir yang pingsan akibat efek dari aura pembunuh Gong Ru. Syukurlah luka mereka tidak parah.
"Aku ingin meminta bantuan untuk menaikkan yang pingsan ke atas kereta. Kereta itu masih bisa digunakan, oh---Apa tidak keberatan jika aku yang membawa barang dagangan kalian?"
"Kami sama sekali tidak keberatan Pendekar."
Gu Ta Sian tersenyum sambil mengangguk, dia kemudian menghampiri kereta yang masih utuh dengan barang dagangan serta kudanya.
Dia mengibaskan tangan kanannya, bersamaan dengan hal itu dagangan yang ada di dalam kereta menghilang.
***