Elara, seorang ahli herbal desa dengan sihir kehidupan yang sederhana, tidak pernah menyangka takdirnya akan berakhir di Shadowfall—kerajaan kelabu yang dipimpin oleh raja monster. Sebagai "upeti" terakhir, Elara memiliki satu tugas mustahil: menyembuhkan Raja Kaelen dalam waktu satu bulan, atau mati di tangan sang raja sendiri.
Kaelen bukan sekadar raja yang dingin; ia adalah tawanan dari kutukan yang perlahan mengubah tubuhnya menjadi batu obsidian dan duri mematikan. Ia telah menutup hatinya, yakin bahwa sentuhannya hanya membawa kematian. Namun, kehadiran Elara yang keras kepala dan penuh cahaya mulai meretakkan dinding pertahanan Kaelen, mengungkap sisi heroik di balik wujud monsternya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1: Bayangan dari Masa Lalu
Musim semi di Shadowfall kini bukan lagi sebuah keajaiban, melainkan sebuah rutinitas yang indah. Burung-burung pipit berkicau di antara celah batu kastil yang kini ditumbuhi tanaman merambat berbunga ungu. Di halaman tengah, anak-anak para pelayan berlarian tanpa rasa takut—pemandangan yang mustahil terlihat dua tahun lalu.
Raja Kaelen Draven berdiri di balkon ruang kerjanya. Pakaiannya kini lebih ringan; kemeja linen putih dengan kancing perak, tanpa zirah berat yang dulu menghimpitnya. Lengan kanannya yang dulu berupa batu kini terlihat normal, meski ada bekas luka samar yang menyerupai guratan petir di sepanjang ototnya.
"Kau melamun lagi," suara lembut Elara memecah keheningan.
Kaelen berbalik dan tersenyum. Elara tampak anggun dengan gaun berwarna hijau lumut, rambutnya dikuncir sederhana dengan pita sutra. Di lehernya masih melingkar liontin Sun-Stone yang kini bersinar sangat tenang.
"Aku hanya berpikir," kata Kaelen, menarik Elara ke dalam pelukannya. "Dulu aku bersumpah untuk mati di atas takhta ini sendirian. Sekarang, aku tidak bisa membayangkan menghabiskan satu sore pun tanpa mendengar omelanmu tentang pupuk organik."
Elara tertawa kecil, menyandarkan kepalanya di dada Kaelen. "Itu bukan omelan, itu edukasi kerajaan."
Namun, kemesraan mereka terganggu oleh ketukan keras di pintu. Vorian masuk dengan langkah terburu-buru. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat tegang.
"Yang Mulia, ada tamu di gerbang utama," kata Vorian.
"Tamu? Kita tidak menjadwalkan kunjungan diplomatik hari ini," Kaelen mengerutkan kening.
"Mereka bukan dari kerajaan tetangga, Yang Mulia," Vorian menyerahkan sebuah gulungan perkamen yang terbuat dari kulit putih halus, dengan segel berbentuk matahari bersayap. "Mereka adalah Inkuisitor dari Dewan Tinggi Luxia. Mereka telah berlayar melintasi Samudra Kabut selama tiga bulan."
Senyum di wajah Elara memudar. Nama Luxia hanya pernah ia dengar dalam dongeng pengantar tidur neneknya—sebuah negeri di mana sihir cahaya begitu kuat hingga tidak ada malam hari di sana.
"Apa yang mereka inginkan?" tanya Elara, merasakan firasat buruk yang mendalam.
"Mereka mengklaim..." Vorian melirik Elara dengan ragu. "Mereka mengklaim bahwa Ratu Elara adalah putri yang hilang dari Ordo Cahaya, dan mereka datang untuk menjemput 'sumber kekuatan' mereka kembali ke rumah."
Udara di ruangan itu seketika mendingin. Kaelen melangkah maju, tangannya secara insting mencari gagang pedang yang kini tidak ia pakai.
"Menjemputnya?" geram Kaelen. "Elara adalah Ratu Shadowfall. Dia bukan milik siapa pun."
"Mereka membawa armada kapal perang di teluk bawah, Yang Mulia," tambah Vorian. "Mereka tidak meminta. Mereka menuntut."
Kaelen menatap Elara. Ia melihat ketakutan di mata istrinya, namun juga ada kilatan kekuatan yang kini lebih matang. Elara memegang liontinnya yang tiba-tiba berdenyut panas—reaksi terhadap kedatangan sihir sejenis di gerbang mereka.
"Biarkan mereka masuk," kata Elara pelan namun tegas. "Aku ingin melihat siapa yang berani mengklaim hidupku sebagai milik mereka."
Di Aula Agung, tiga sosok berjubah emas berdiri dengan angkuh. Pemimpin mereka adalah seorang wanita tua dengan mata yang putih bersih tanpa pupil, memegang tongkat emas yang memancarkan cahaya menyilaukan.
"Kaelen," suara wanita itu bergema tanpa ia membuka mulut. "Kau telah menggunakan 'Cahaya Suci' kami untuk menyembuhkan kutukan kotormu. Itu adalah pelanggaran hukum langit."
Kaelen duduk di Singgasana Obsidian, tangannya mencengkeram pegangan kursi. "Cahaya itu milik Elara. Dia lahir dengan kekuatan itu di desa kecil bernama Oakhaven. Bukan di kuil mewah kalian."
Wanita tua itu menoleh ke arah Elara, tatapannya seolah menembus jiwa. "Gadis kecil, kau hanyalah wadah. Kau adalah bagian dari Great Sun yang jatuh ke bumi. Tanpamu, Luxia akan tenggelam dalam kegelapan. Kau harus kembali untuk mengisi ulang Jantung Negeri kami."
"Aku tidak akan pergi," kata Elara. "Rakyatku ada di sini. Suamiku ada di sini."
Wanita itu tersenyum tipis, sebuah senyuman yang lebih menakutkan daripada kemarahan Vane. "Jika kau tidak datang sebagai penyelamat, maka kau akan kami ambil sebagai tahanan. Dan kerajaan kecil yang baru saja mulai tumbuh ini... akan kami bakar hingga menjadi abu hanya dengan satu kedipan matahari."
Tiba-tiba, lengan kanan Kaelen berdenyut hebat. Bekas luka yang menyerupai petir itu bersinar ungu gelap—warna sihir Void yang seharusnya sudah hilang.
Kaelen mengerang, memegangi lengannya. Duri kecil obsidian mencuat kembali dari pori-pori kulitnya.
"Kaelen!" Elara berteriak, hendak menghampirinya.
"Jangan dekati dia, Anak Cahaya!" teriak wanita tua itu. "Lihatlah! Monster itu tidak sembuh. Dia hanya menyembunyikan kegelapannya di dalam darahmu. Dia memakan sihirmu setiap detik!"
Kaelen menatap tangannya yang mulai membatu kembali. Matanya yang abu-abu berubah menjadi merah membara. Kekuatan gelap yang jauh lebih besar dari sebelumnya kini bangkit, bereaksi terhadap tekanan sihir cahaya dari para Inkuisitor.
"Keluar... dari istanaku," geram Kaelen, suaranya terdengar seperti dua batu yang bergesekan.
Guncangan gempa kecil meretakkan lantai marmer Aula Agung. Bayangan di ruangan itu mulai memanjang dan bergerak seperti makhluk hidup.
Season 2 telah dimulai, dan perang antara Cahaya yang Menindas melawan Kegelapan yang Melindungi pun pecah.
...****************...
...Bersambung.......
...Terima kasih telah membaca📖...
...Jangan lupa bantu like komen dan share❣️...
...****************...