Kehilangan akibat peperangan dari pengkhianatan. Membuat Hui Wen juga tiada pada akhirnya. Tapi keinginan yang belum tercapai membawa keluarganya ke dalam kedamaian membuat Hui Wen justru terpanggil ke masa yang begitu jauh dibandingkan masa kelahirannya.
Hui Wen terbangun di raga seorang putri kaya yang ceroboh, b0doh dan suka foya-foya. Akankah Hui Wen dapat beradaptasi dengan cepat dan menjadikan keluarga itu seperti yang diinginkannya?
"Aku harus merubah pesona gadis ceroboh ini!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengikis Jarak
Xavier dan Lea tenggelam dalam permainan cinta mereka. Semuanya melebur menjadi satu, pintu ruangan itu meninggalkan sedikit celah memberikan cahaya untuk memperlihatkan bayangan aktivitas mereka. Tak lama, suara khas itu menggema mengisi seluruh ruangan, Lea merasakan tubuhnya tidak bertulang saat serangan kenikmatan dari Xavier yang terus-menerus menyerang nya.
Keduanya sibuk dengan pertempuran cinta mereka, tanpa tau ada yang berada dan mendengarkan aktivitas cinta mereka dengan perasaan marah dan tatapan sayu. "Xavier.... Xavier ku.... Ohhh!" Matanya yang sayu dengan gerakan tangan yang sedang bermain di tubuhnya sendiri memberikan r@ngsangan seolah dia yang sedang d1cumbu saat ini.
"Xavier!" Panggilnya yang tidak akan menembus ruangan. Matanya memicing sayu seolah menembus celah kecil itu.
"Hah! Hah!" Satu tangannya basah dengan tubuhnya yang gemetar. Dia bisa mendengarkan d3sahan Lea dan juga kata-kata Xavier yang diambang kenikmatan. Kakinya yang masih gemetar berusaha melangkah menjauh dari sana.
"Seharusnya aku.... Aku yang ada disana, bukan Lea... Bukan..." Napasnya tersengal-sengal dengan tangan yang berhasil menutup pintu. Dia membuka nakas dan mengambil sebuah lembaran foto.
"Kau sungguh tampan! Mempesona dan membuat ku basah.... Kau sungguh seperti dewa, Xavier, sejak aku melihatmu, aku sangat mencintaimu. Aku tergila-gila padamu, tapi.... Karena Lea! Dia.... Merebut mu!" Tatapannya berubah benci dengan amarah di dadanya, tapi tak lama bibirnya tersenyum dengan tatapan damba ke foto itu. Tangannya mengelus lembut rupa di foto dan juga badan yang terlihat disana.
"Xavier, aku sangat menginginkan mu.... sangat!"
************************
Meja yang berisi berkas dan juga laptop tampak acak-acakan. Xavier tersenyum kecil melihatnya, matanya langsung menoleh pada wanita yang menjadi bagian hidupnya. Lea, dia sudah tertidur pulas. Dengan napas yang teratur, tidak seperti sebelumnya. Mereka baru saja menyelesaikan pertempuran mereka. Senyum puas tercetak di wajahnya. Matanya belum bisa terlelap, saat dia merasakan lapar. Seharusnya dia makan dulu dan menerima spaghetti carbonara sang istri. Tapi dia tidak tahan untuk menyatu dengan tubuh yang selalu ia cintai itu.
Xavier memperbaiki selimut istrinya tak lupa mengecup pipi Lea sebelum pergi ke dapur. Dia memakai jubah mandi yang menutupi tubuhnya.
Setiap langkah, hanya terdengar kesunyian. Lampu yang menyala hanya memberikan cahaya tipis-tipis. Air langsung mengisi tenggorokannya, Xavier.... Dia memikirkan apa yang dikatakan oleh istrinya. Mengenai putri sulungnya Sera, dia akui Sera tidak berulah lagi seperti sebelumnya. Dan ya, seperti keajaiban! Ada perasaan senang yang membuncah di dadanya, perubahan sikap putrinya.
Dia berharap, putrinya tidak lagi terjun ke pergaulan buruk. Dia memberikan kasih sayang dengan porsi berbeda untuk ketiga anaknya. Tapi, kenapa dengan Sera, apakah karena masa pubertas yang membuat putrinya berubah? Tapi kenapa Lexa tidak? Pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikirannya. Perjodohan yang terjalin, juga salah satu cara untuk memberikan yang terbaik bagi Sera. Alex, pria itu adalah pria yang pas dengan sikap dewasa yang akan membimbing Sera hingga menjadi wanita dewasa yang lembut dan anggun seperti Lea.
"Sera putriku ..... Daddy sangat menyayangi mu. Dan Daddy senang dengan perubahan mu." Hanya saja, Xavier gengsi mengatakannya. Sejak jarak yang tercipta diantara mereka, membuat Xavier hanya memperlihatkan sikap keras nya. Mendengar putrinya terluka, dia merasa khawatir tapi dia tahan untuk tidak memperlihatkan nya.
Perutnya yang terasa lapar seolah ditahan sejenak memikirkan putrinya. Sera, namanya berawalan huruf yang berbeda dari kedua anaknya yang lain. Adalah sebuah hal istimewa yang menjadi alasannya, dan Xavier tersenyum mengingat itu.
"Aku akan mengantar nya ujian besok dan menjemput nya." Ujar Xavier sambil mengambil bungkusan spaghetti dan mulai memasak nya.
Api mulai menyala siap untuk memanaskan air. Sesekali Xavier bersenandung, ditengah aksi memasak itu, sepasang mata memperhatikan nya. Xavier menoleh, dia merasakan itu. Dia mematikan api dan menyajikan spaghetti yang selesai dimasak. Kakinya melangkah menuju sumber yang ia yakini sosok itu berada, dan....
"Daddy!" Xavier mengurungkan niatnya saat melihat Xander yang bersembunyi dibalik lemari minuman.
"Apa yang kau lakukan? Mengintip Daddy?"
"Aku hanya lihat Daddy masak! Tumben sekali, aku jadi lapar. Aku minta ya Daddy!" Dengan puppy eyes, Xander mengeluarkan jurus jitu nya.
"Buat sendiri! Ini untuk Daddy!" Jelas Xavier.
"Daddy pelit sekali! Aku minta sedikit."
"Kau sudah besar, sudah sepantasnya menikah. Masak sendiri!"
"Daddy habis mandi ya?" Tanya Xander melihat penampilan sang Daddy.
"Hmmm, aku tau.... Daddy tahan diri sedikit. Mommy bisa kelelahan!" Jelas Xander mengetahui apa yang terjadi antara kedua orang tuanya.
"Bisanya bicara saja sekarang. Kau akan tau nanti, minggir! Daddy lapar!" Xavier membawa sepiring spaghetti dan memakan nya.
"Daddy pelit!" Cibir Xander. Tapi Xavier tidak peduli, dia sudah hafal watak putranya itu.
"Daddy, aku besok bawa mobil....."
"Bawa yang biasa saja." Sela Xavier cepat.
"Kenapa?" Tanya Xander tidak terima.
"Besok Daddy mau pakai."
"Biasanya Daddy pakai yang lain juga. Kenapa sekarang tidak boleh?"
"Daddy mau pergi mengantarkan adikmu."
"Biasanya pakai mobil biasa kan?" Xander masih tidak terima.
"Daddy mau berkencan dengan mommy mu. Berhentilah bertanya! Makan ini!" Xavier langsung menyumpal mulut putranya dengan spaghetti dan segera pergi.
"Berkencan? Dengan Lea?" Merlin mendengar nya, dan dia semakin geram mendengar itu. Dia sedang berurusan dengan anak s1alan itu dan segera juga harus dengan ibunya.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🥰 🙏
semoga ketahuan n di gagalin