Mengejar Cintanya

Perlombaan dibagi beberapa tempat sesuai dengan pelajaran yang di tentukan,

"baik soal selanjutnya apa yang membuat......."

Perlombaan sudah mulai sekitar 5 jam lalu dan kini sedang berjalan semi final menentukan sekolah siapa yang akan memasuki babak final.

"pertanyaan ini memiliki nilai 30 poin, pertanyaan nya Siapakah........".

Semua peserta berlomba lomba mendapatkan poin saling berebut dan menjawab persoalan-persoalan yang di tanyakan.

"waktu hampir habis tersisa beberapa pertanyaan lagi". Kata MC.

"pertanyaan berikut soal rebutan siapa cepat dia dapat, ok bersiap".

"soalnya, Apa yang membedakan........".

Jantung kian berdetak seiring waktu yang semakin menipis dan angka perolehan menunjukan beda tipis meski SMA Rubi Unggul tapi belum tentu mereka menjadi pemenang nya.

TENG. Jam berhenti berputar alaram berbunyi tanda waktu "perlombaan telah selesai".

"Selamat untuk semua para pemenang, silahkan mempersiapkan diri untuk perlombaan selanjutnya".

"untuk yang maju ke babak final terdiri dari, SMA Rubi Unggul dua poin dari SMA merdeka dan satu lagi SMA merah putih yang menduduki peringkat tiga dan dua SMA lain nya".

"sekian dari kami, kami pamit undur diri". MC dan para juri meninggalkan tempat.

Mereka akan melanjutkan perlombaan di hari esok.

tok.. Tok..

Tasya membuka pintu.

"di tunggu di restoran, lantai 30". Kata Rafa.

"ok nanti kita ke sana". Lalu Tasya menutup pintu.

"di tunggu di resto lantai 30 katanya". Di angguki Qiara dan Naila.

Waktunya makan malam semua peserta makan bersama meski beda sekolah dan bersaing dalam perlombaan diluar itu mereka tetap rukun.

"gak bisa di biarin, kita harus juara satu".

Kecuali SMA merdeka yang dari dulu selalu merasa harus unggul dari SMA Rubi dari aspek manapun itu. Wajar kan tidak semua orang suka.

"ah masa sih, perasaan kakak lebih hebat deh tadi, aku cuma apa yang terlintas di otak aja". Kata Qiara.

"gak lah kamu juga hebat ko Qia".

Qiara Naila dan Tasya sedang berbincang asik di meja mereka, saling melempar lelucon dan saling memuji tentang perlombaan hari ini.

Aris hanya memperhatikan dari meja miliknya tanpa ingin mengganggu.

"hai boleh gabung gak". Terdengar suara merdu dari samping membuat mereka menoleh.

Dengan ramah mempersilahkan, tempat umum juga kan.

"kenalin aku Viola kalian bisa panggil aku Vi aku dari SMA merdeka, tadi kita juga sempat bersaing". Mereka mengangguk meng ia kan, mereka pun saling berkenalan.

dan berbincang ringan.

"sebenarnya aku pengen tanya sama kalian". Vi terlihat ragu.

"tanya aja kak". ternyata Vi ini kelas 12.

"Kalian kenal Max". Vi memilin bajunya.

ia terlihat gugup.

"kenapa, apa kamu terlihat masalah dengan dia". Tanya Qiara kembali.

Naila dan Tasya saling melempar pandangan merasa penasaran dan negeri-negeri gimana gitu, mendengar namanya saja membuat bulu kuduk berdiri.

"enggak bukan kayak gitu". Qiara mengerutkan alisnya.

"Sebenarnya aku pernah di tolong dia, waktu aku lagi kesulitan". Katanya men jeda.

"waktu itu aku di kejar preman, karna tidak sengaja aku melempar botol salah satu dari mereka terkena botol itu, lalu mereka tidak terima dan mengejar ku, untungnya waktu itu ada max yang menolongku, kalo tidak ada aku tidak tahu apa yang akan terjadi". Sampai sini mereka mengerti.

"Setelah itu tanpa sadar aku jadi selalu membayangkan nya waktu menolongku bahkan sampai bermimpi tentang dia, rasanya dia itu seperti pahlawan". Mereka ternganga, tapi Qiara malah cekikikan.

"terus-terus". Ayo Qiara masih penasaran dengan ceritanya.

"setelah dapat informasi, ternyata dia murid sekolah kalian, beberapa kali aku ke sana, tapi dia gak ada". Jawab nya lesu.

"ya wajarlah orang dia ngejar-ngejar cewek lain". Tasya menendang kursi Naila.

"cewek lain, apa dia udah punya pacar". Qiara menatap Naila.

"enggak ko kak, setau kita dia belum punya pacar tenang aja, kejar terus kak jangan nyerah perjuangkan cintamu". Qiara memberi semangat.

"enggak kok engga" Viola melambaikan dua tangan nya menolak.

"aku gak cinta kok, beneran". katanya lagi.

'Ey yang benar saja Daria awal dia cerita terlihat jelas bahwa Viola menyukai max, apa dia belum sadar'. Batin mereka bertiga.

"kalo nomernya aku punya kakak mau". Tawar Qiara.

"mau banget kirimin ya". yang langsung di sambut antusias Viola.

Setelahnya mereka berbagi nomer dengan Viola.

"aku minta dulu bentar nanti kalo udah ada aku kirim ke kakak". Qiara mengetik pesan di ponselnya. Setelah dapat ia langsung mengirimnya.

"udah kak". Viola langsung memeriksa ponselnya.

sebenarnya Qiara tidak suka menyebarkan hal pribadi dengan orang lain.

maksudnya, 'nomor ponsel max kan bukan milikku, tanpa izin aku malah memberikan nya, tapi bisa jadi itu hal baik kan kedepan nya semoga aja dia orang baik'.

"kakak mau info lain gak". Tawar Qiara meng imingi.

"Info apa". Viola menatap Qiara kembali setelah meletakkan ponselnya.

"katanya kak max lagi di rawat, dia lagi sakit kak, tapi aku gak tau rumah sakitnya di mana". Naila dan Tasya saling lempar pandang lalu mengangkat dua bahu.

Meja sebagian telah sepi di tinggal para pengunjung, Mungkin mereka telah kembali ke kamar masing-masing.

"seneng banget aku bisa ngobrol bareng kalian kayak gini, makasih banyak, Lain kali kita kabar-kabar ya". Viola langsung pergi.

Namun tidak ada yang tau ia tidak langsung pergi ke kamarnya melainkan bertemu dengan beberapa anak sekolah nya.

malam pun berlalu.

esoknya perlombaan kembali di langsung kan, persaingan kembali sengit.

"semangat". Qiara mengangkat kepalan tangan.

Saling memberikan jawaban yang menurut mereka paling benar.

Sampai akhirnya semua piala juara satu di menangkan SMA Rubi.

juara dua dan tiga di menang kan SMA merdeka dan merah putih.

"Setelah kembali kerumah istirahat yang cukup". Perintah Bu Jasmin.

"siap Bu". Jawab serentak.

"untuk hari esok sampai akhir pekan kalian mendapatkan libur". Kata pak Robin.

tentu saja mereka senang, otak nya sudah di kuras.

Aris sudah siap dengan setelan nya.

"mau kemana". Tanya Qiara.

"ada urusan". Jawab nya singkat.

lihatlah jawaban nya sesimpel itu, dan lagi selama beberapa hari kemarin saat lomba Aris bahkan tidak menegurnya.

'tidak bisa di biarkan'. Qiara tidak mau situasi seperti ini terus berlanjut. Rasanya tidak nyaman.

Lagi-lagi Qiara harus mengalah.

"ikut, aku ganti baju bentar". Katanya berlalu menaiki undakan tangga.

"gak usah ikut, gak lama". teriak Aris menghentikan langkah Qiara.

"Gak lama juga pengen ikut". Katanya kekeh.

"lima menit". Aris melihat jam tangan, tapi Qiara tidak mengerti.

"Cepet di kasi waktu lima menit siap-siap". Dengan kecepatan super ia berlari menaiki tangga menuju kamar ya.

"jangan...". 'lari juga, bahaya Qia'.

hah sudah lah.