"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Kanaya
Alvaro menatap sang mama dengan kening mengkerut, ini pertama kalinya Kanaya menuntutnya untuk menikah lagi
"Selama ini Lucky gak suka kalau Al Deket sama perempuan, sama Chika yang cuma sekretaris aja dia tantrum!"
"Ya mama kan nanya, kalau Lucky suka sama wanitanya apa kamu mau?" Tanya Kanaya lagi, entah kenapa ia merasa perlu menanyakannya pada putranya itu
"Entahlah mah, Al gak kepikiran untuk menikah lagi. Al cukup dengan Lucky dan mama saja" Ujar Alvaro tanpa menatap kearah wanita yang telah melahirkannya itu
"Tapi kan sayang.."
"Sekarang dimana Lucky? Tumben gak nyambut Daddy nya pulang?" Alvaro celingukan, pria tampan dengan sejuta pesona itu mencari keberadaan putra semata wayangnya
"Lagi dikamarnya, mungkin tidur siang" Jawab Kanaya lalu kembali pada majalahnya
"Udah sore kok belum bangun? Gak bisa dibiarin ini, nanti keterusan!"
Alvaro melangkah meninggalkan sang mama, tujuannya adalah kamar Lucky. Ia akan membangunkan putranya itu karena waktu tidurnya sudah kelewatan
"Astaga, gimana kalau Sekar ada dikamar Lucky?" Gumam Kanaya
Alvaro masuk tanpa mengetuk pintu, diatas kasur terbaring seseorang dengan terbungkus selimut tebal hingga ujung kepalanya
Alvaro mendekat, tanpa ragu ia ikut berbaring disamping putranya dan memeluk tubuhnya yang terbungkus selimut
Sementara itu, Sekar merasa jika ada yang menindih. Terasa berat serta terdengar samar suara memanggil nama Lucky
Dirinya ketiduran, tubuhnya memang sedikit demam sejak semalam. Karena merasa dingin, ia tutupi sekujur tubuhnya dengan selimut
Sekar mencoba menyibak selimut hingga kepalanya keluar dari selimut tebal itu, matanya terbelalak saat dihadapannya seorang pria tampan tengah menatapnya
Aaaakkkhhhh
Baik Sekar maupun Alvaro sama terkejutnya. Sekar mendorong paksa tubuh kekar Alvaro hingga terjerembab membuat pria tampan itu meringis
"Kamu siapa?" Sekar ikut turun, bahkan ia reflek memeriksa keadaan tubuhnya. Dirinya baru bernapas lega saat pakaiannya masih lengkap sama seperti sebelumnya
"Harusnya saya yang bertanya, kamu siapa? Ngapain dikamar anak saya?"
Alvaro berdiri sembari mengusap tubuh bagian belakangnya yang terasa sangat sakit
"Ayahnya Lucky? Terus Lucky mana?" Sekar bertanya dengan suara pelan, terlebih tatapan pria dihadapannya seolah hendak membunuh
"Mana saya tau"
"Terus kenapa masnya tiba-tiba peluk saya? Itu pelecehan yaa!" Dengan susah payah Sekar mengumpulkan keberaniannya, menatap lekat wajah tampan pria dihadapannya
"Tunggu dulu!"
Sekar terbelalak, nyalinya menciut saat tatapan pria itu menghunus tajam. Seolah siap mengoyakkan tubuh mungilnya
"Kamu perempuan aneh yang di mall waktu itu kan?"
Sekar menelan salivanya susah payah, tubuhnya terpojok, jarak antara dirinya dan pria dingin itu hanya beberapa Senti saja. Bahkan Sekar dapat mencium aroma maskulin dari tubuhnya yang terlihat kekar
"S-saya, saya"
Entah kenapa berada di jarak sedekat ini dengan seorang pria selain Adrian membuatnya gugup. Bahkan kini telapak tangannya sudah berkeringat
"Saya apa? Cepat katakan!"
"Al" Kanaya yang mendengar suara teriakan bergegas ke kamar cucunya "Kamu ngapain? Mau mesum ya?"
Kanaya mendekat, membuat jarak antara Alvaro dan Sekar yang terlalu dekat, terlebih wajah Sekar yang sudah pucat. Jelas wanita itu ketakutan
"Ngapain juga aku mesum sama dia! Badannya pendek kecil gitu. Kayak bocah!"
Sekar tersentak, selama ini suaminya selalu memujinya cantik. Ternyata benar jika cinta itu buta, ternyata Dimata laki-laki lain dirinya tak ubahnya seperti bocil dengan tubuh mungilnya
"Body shaming" lirih Sekar dan sialnya terdengar oleh pria yang merupakan ayah Lucky itu
"Kamu ngomongin saya?"
Sekar menggeleng cepat, sungguh pria dihadapannya ini begitu menakutkan
"Daddy.." seorang anak laki-laki berusia lima tahun menghampiri dengan sedikit berlari
"Hey jagoan! Dari mana aja? Daddy nyariin" Alvaro membawa sang putra dalam gendongannya
"Habis dari kamar mandi, Lucky kebelet!" Jawabnya "Oh iya, Daddy udah kenal sama Tante baik? Dia yang nolongin Lucky waktu itu dari kak Lola"
Alvaro membawa pandangannya pada wanita yang masih mematung dengan tubuh terpojok, wajahnya masih terlihat pucat
"Iya Daddy udah ketemu, tapi kok dia ada di kasur Lucky?"
"Lucky yang minta, Lucky mau di temenin tidur siang sama Tante baik!" Alvaro mengangguk saja mendengar jawaban dari putra semata wayangnya itu
Alvaro lalu menatap Kanaya yang berdiri di samping Sekar "Mama utang penjelasan sama aku"
"Mama akan jelasin, ayo turun dulu!" Kanaya mengajak sang putra untuk bicara diruang tengah
***
Alvaro duduk dikursi single sementara Kanaya duduk berdampingan dengan Sekar yang masih menunduk. Entah kenapa keberaniannya lenyap ketika berhadapan dengan pria tampan berbadan tegap itu
"Dia siapa?" Tanya Alvaro dengan suara teramat dingin
"Dia Sekar, kemarin siang mama gak sengaja nabrak dia dijalan"
Alvaro mengerutkan keningnya "Mama kecelakaan?"
"Iya"
"Terus dia gak pa-pa kan? Kenapa harus dibawa kerumah?"
"Dia tidak punya keluarga disini, Al. Mau keluar kota juga gak bisa karena dia lagi hamil muda" Jawab Kanaya
"Hamil?" Tanya Alvaro "Lalu suaminya?"
"Emm" Kanaya menatap kearah Sekar, takut wanita itu keberatan jika masalah pribadinya diungkap "Gak ada"
"Gak ada? Dia janda?"
"Al, tolong terima dia disini! Mama bertanggung jawab atas Sekar" Pinta Kanaya
"Ma, Aku cuma gak mau kita kena masalah. Aku tau mama sangat baik, tapi kita gak tau kan asal-usul wanita ini" Ujar Alvaro tegas
Sekar meremas Jemarinya, gugup rasanya menghadapi pria dingin seperti Alvaro ini "Maaf mas, jika mas keberatan saya tinggal disini, saya bisa pergi"
"Sekar"
"Gak masalah Tante, Sekar mau bilang makasih sama Tante karena udah melindungi Sekar, udah ngasih tempat tinggal juga" Sekar tersenyum kearah Kanaya
Wanita itu sangat baik, Sekar tidak ingin memberikan masalah bagi Kanaya
"Al, tolong sayang! Sekar gak punya siapa-siapa disini, biarkan dia tinggal di sini untuk sementara! Hanya sampai dokter mengizinkan Sekar untuk keluar kota"
Alvaro menarik napas dalam-dalam, sebenarnya dirinya juga tidak sampai hati melihat wajah wanita malang itu, terlebih dalam keadaan mengandung
"Yaudah, tapi setelah dia itu dia harus pergi dari sini! Al gak mau nanti suaminya nyari dan nuntut macem-macem sama keluarga kita"
Sekar mengangkat wajahnya, jika bisa, ingin rasanya ia pergi saja. Pulang ke panti atau kemanapun asalkan tidak bertemu lagi dengan Adrian
"Terima kasih sayang!"
"Maaf mas, maaf Tante. Tapi sebaiknya Sekar pergi saja. Benar kata mas Al, keluarga Tante bisa dalam masalah kalau nampung Sekar disini"
Sekar menunduk, tak berani menatap wajah dingin Alvaro yang sudah bak kulkas sepuluh pintu
"Enggak sayang, kamu tetap disini! Tante gak mau kamu sama bayi kamu kenapa-kenapa, di luaran sana bahaya sayang" Ucap Kanaya lembut
"Tapi Tante.."
"Mama saya benar, tidak baik jika kamu keluyuran malam-malam begini dengan kondisi tengah hamil seperti itu" ujar Alvaro
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...