NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Penolakan

Rumah sakit terlihat lebih tenang pagi itu. Matahari belum naik tinggi, namun cahaya lembutnya sudah merembes masuk melalui tirai tipis. Dalam ruangan rawat Seraphina, Orion duduk seperti biasa di kursi dekat ranjang. Entah sudah beberapa lama dia tidak tidur. Matanya sembab dan merah, rambutnya kusut, tetapi ia tetap tidak mau meninggalkan sisi gadis itu.

Sera tertidur gelisah. Terkadang tubuhnya tersentak kecil, bibirnya bergerak seakan sedang memohon sesuatu dalam mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. Orion memandangi wajahnya dengan hati terluka. Betapa banyak ketakutan yang dialaminya, bahkan saat tertidur pun, dia masih merasakan ketakutan.

Pintu ruangan itu terbuka. Alina masuk sambil membawa bubur yang ia beli di kantin rumah sakit. Ia menghela napas berat saat melihat makanan masih utuh di atas meja.

“Kau belum makan lagi, Tuan?” tanya Alina sambil menaruh bubur di atas meja.

Orion menggeleng. “Saya tidak lapar.”

“Kau harus makan, Tuan. Kalau kau tumbang, Sera pasti akan bersedih?”

Pria itu tidak membalas. Hanya menatap Sera lagi, seolah hal lain di dunia ini tidak berarti apa-apa.

Alina menghela napas. “Tuan… orang tuamu akan datang siang ini.”

Akhirnya Orion menoleh. “Untuk lihat Sera?”

“Ya. Dan… mereka ingin bicara dengnmu.”

Orion menghela napas berat, ia tahu pasti pembicaraan itu tidak akan menyenangkan. Kejadian kemarin kembali terlintas di benaknya.

Flashback

Orion duduk dengan gelisah, sementara dokter kejiwaan tampak fokus memeriksa kondisi Sera. Wanita berusia empat puluh tahunan itu berbicara dengan sangat lembut saat mencoba mendekati Sera.

“Seraphina… saya hanya ingin mengobrol sedikit, boleh?”

Sera hanya diam saja, hal itu membuat sang dokter berani mendekat. Namun saat psikiater itu duduk terlalu dekat, Sera langsung panik. Tubuhnya menegang, matanya membesar, dan ia menggeleng keras.

“Jangan… jangan dekat! Jangan sentuh aku!”

Psikiater itu mundur pelan, memberi ruang. Orion berdiri di antara mereka, melindungi Sera dengan tubuhnya.

“Tidak apa, Sera. Dokter cuma mau bicara. Dia tidak akan menyentuhmu.”

Sera menatap Orion dengan takut, seolah hanya suara pria itulah yang dapat membawanya kembali ke dunia nyata.

“Kalau nggak ada kamu… mereka akan… mereka akan…” Sera menutup wajahnya, menangis tanpa suara.

Psikiater mencatat sesuatu. “Respons ketakutannya masih sangat kuat. Ini trauma dalam level yang serius, bisa termasuk gangguan stres pascatrauma berat. Kondisinya membuat ia sulit mengenali mana orang yang aman, kecuali kamu.”

Orion mengangguk, meski wajahnya tampak sangat sedih mendengarnya.

Dokter melanjutkan pelan, “Ia butuh waktu yang panjang, serta perawatan intensif. Ada kemungkinan dia mengalami episode psikotik ringan saat ketakutannya memuncak. Itu normal bagi korban penyekapan berat.”

Penjelasan dokter membuat Orion sangat terpukul dan semakin merasa bersalah kepada gadis itu.

FLASHBACK OFF

Suara ketukan pintu membuat Orion tersadar dari lamunannya. Alexander dan Isadora memasuki ruangan dengan gaya elegan mereka.

“Bagaimana kondisi Seraphina sekarang?” tanya ibunya.

Sebelum Orion menjawab pertanyaan ibunya, Sera tiba-tiba terbangun dan tersentak ketakutan. Melihat dua orang asing masuk, tubuhnya kembali menggigil. Ia memeluk dirinya, mundur ke sudut tempat tidur.

“Orion… siapa mereka…? Jangan dekat… jangan dekat…” suaranya pecah.

Orion langsung menghampiri Sera dan menenangkan. “Sera, itu orangtuaku. Mereka tidak akan menyakitimu. Lihat aku—kamu aman.”

Namun ketakutan itu sudah terlanjur membanjiri pikiran Sera. Ia menutup telinganya, menangis, memohon-mohon tanpa arah.

Ibunya Orion menutup mulut dengan tangan, tampak sangat terkejut. Ayahnya mengernyit, mengamatinya dengan raut yang sulit dibaca.

Sera menolak melihat siapa pun kecuali Orion. Bahkan keberadaan satu laki-laki lain—meski itu ayah Orion sendiri—membuatnya mundur seperti hewan kecil yang disudutkan.

Akhirnya, perawat masuk dan meminta semua orang selain Orion keluar dulu untuk menenangkan pasien.

Alexander dan Isadora pun keluar ruangan. Namun begitu pintu menutup, ekspresi keduanya berubah total.

Ibunya menatap Orion dengan wajah pucat. “Nak… apa itu…? Kondisi mentalnya…”

“Dia trauma,” jawab Orion cepat. “Dia disekap berminggu-minggu. Wajar kalau—”

“Apa dia gila?” potong ayahnya, tajam.

Orion langsung memucat. “Jangan bilang begitu.”

“Apa aku salah?” tanya sang ayah. “Kamu lihat sendiri tadi. Dia menjerit-jerit, melempar barang, bahkan tidak bisa membedakan siapa yang aman. Itu bukan trauma ringan, Orion.”

“Itu trauma berat!” Orion membalas keras. “Dia butuh waktu, Papa. Jangan menghakiminya seperti itu!”

Ibunya menghela napas panjang. “Nak, dengarkan ibu. Kami bisa menerima calon menantu yang tidak cantik, yang miskin, bahkan yang punya masa lalu buruk. Tapi…”

Kalimatnya menggantung cukup lama.

“Tapi bukan menantu yang… tidak waras.”

Orion membeku. Hatinya sangat terluka mendengar ucapan ibunya.

“Apa maksud Mama…?” tanyanya dengan suara bergetar.

“Kami tidak bisa menyetujui pertunanganmu lagi.”

“Tidak,” Orion langsung menolak, napasnya terhenti. “Mam… Papa… ini bukan salah Sera. Dia korban. Dia—”

Alexander menepuk bahu Orion. “Justru karena dia korban, masa depannya tidak jelas. Dia tidak bisa hidup normal seperti dulu. Orion… hidupmu masih panjang. Kamu tidak perlu mengikatkan diri pada seseorang yang rusak jiwanya.”

Rusak? Kata itu menusuk dada Orion seperti panah yang dibakar api.

“Papa…” Orion bergetar. “Jangan bilang Sera rusak. Dia disakiti. Dia hancur karena orang jahat. Jangan salahkan korban.”

Ibunya menggeleng. “Keluarga kita punya tanggung jawab besar. Kamu tahu itu. Kami tidak bisa membawa seseorang yang… yang bahkan berteriak hanya karena melihat orang.”

“Dia sakit!” Orion akhirnya meninggikan suara. “Dan aku mau mendampingi dia sampai sembuh!”

Ayahnya menghela napas dalam-dalam. “Orion. Kami tidak akan mendukung hubungan ini. Lebih baik kau akhiri pertunangannya.”

Orion mundur selangkah. “Tidak. Aku tidak akan tinggalkan Sera.”

Isadora mengangkat alisnya. “Bahkan jika kami tidak merestui?”

Orion terdiam. Tangannya mengepal sampai buku-bukunya memutih.

“Aku tetap memilih Sera,” ujarnya.

"Kau pewaris tunggal Altair, Nak. Bagaimana mungkin seseorang pewaris Altair memiliki istri yang gila," ucap Isadora.

"Mama! Sera tidak gila! Dia hanya trauma …" ucap Orion tak terima dengan label gila yang diberikan ibunya.

"Kau masih bilang dia tidak gila? Kondisinya sangat buruk, Orion. Papa juga tau kalau Sera mengalami pelecehan seksual, kan?" ucap Alexander.

"Pa, itu bukan kesalahan, Sera!" tegas Orion.

"Alasan itu cukup untuk membatalkan perjanjian kita dengan keluarga Callenora!" ucap Isadora tanpa bisa dibantah.

"Mamaa! Aku tidak ingin menikahi gadis manapun kecuali, Seraphina!" sentak Orion.

"Jangan gila, Orion! Kau pewaris tunggal kami. Tidak akan kami biarkan kau menikahi perempuan gila!" ujar Isadora.

"Aku tidak peduli!" balas Orion tak mau kalah.

Alexander dan Isadora hanya saling pandang, lalu pergi tanpa sepatah kata pun.

Orion menutup wajah dengan kedua tangannya. Air matanya akhirnya jatuh—dia tidak menyangka kalau Seraphina akan di tolak oleh keluarganya.

🍁🍁🍁

Bersambung

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!