menceritakan seorang guru yang ingin hidup sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M syamsur Rizal (Rizal), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
meninggal kan julia
"Andre… aku benar-benar nggak sangka… Lena… apa dia tahu siapa kau sebenarnya?" Ucap Julia dengan nada selembut bisikan, penuh rasa takut melukai. Ia merasa bersalah karena telah menyembunyikan kebenaran dari sahabatnya.
"Dia nggak tahu. Dan aku harap kau merahasiakan ini. Identitasku akan kuungkapkan di acara vila nomor satu Yunsi nanti," ucap Andre dengan nada datar. Ia tak ingin melibatkan Lena dalam masalah ini.
Mata Julia melebar. Ia terkejut mendengar rencana Andre.
Tiba-tiba, dengan tubuh yang masih goyah, ia berdiri tegap lalu memberi hormat keras. Ia merasa bersalah karena telah meremehkan Andre.
"Siap! Laksanakan!" Ucap Julia dengan suara menggetarkan udara, namun sorot matanya memohon. Ia ingin menebus kesalahannya.
Lalu ia menelan ludah keras. Ia merasa gugup karena harus meminta sesuatu pada orang yang telah ia sakiti.
"Tapi… aku punya satu permintaan…" Ucap Julia dengan nada ragu.
Andre menatapnya dalam-dalam. Ia bisa melihat penyesalan di mata Julia.
"Apa?" Ucap Andre singkat.
Julia meremas jemarinya, bibirnya bergetar. Ia merasa malu karena harus meminta sesuatu pada orang yang telah ia remehkan.
"Guru Besar Andre… bisakah… kau terima aku sebagai muridmu juga? Aku… aku berjanji akan patuh. Apa pun perintahmu, aku lakukan. Aku mohon… semua perlakuanku yang kasar sebelumnya… aku benar-benar minta maaf…" Ucap Julia dengan air mata mengambang. Nafasnya bergetar keras. Ia merasa putus asa karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar dari Andre.
Andre hanya menghela napas sambil menggeleng, senyumnya tipis namun mantap. Ia merasa kasihan pada Julia, namun ia tak bisa mengabulkan permintaannya.
Julia langsung panik. Ia merasa takut kehilangan kesempatan untuk belajar dari Andre.
"Bagaimana kalau aku berlutut?! Bagaimana kalau aku bersujud?! Aku rela! Aku benar-benar ingin belajar darimu!" Ucap Julia dengan nada putus asa. Ia merasa tak punya harga diri lagi.
Ia langsung hendak berlutut, namun Andre menahan bahunya dengan cepat. Ia tak ingin Julia merendahkan dirinya sendiri.
"Apa yang kau lakukan?! Kau sahabat Lena. Mana mungkin aku terima kau sebagai murid? Itu akan merusak segalanya. Sudah… pulanglah," ucap Andre dengan nada tegas. Ia tak ingin melibatkan Julia dalam masalah ini.
Andre berbalik dan melangkah pergi. Langkahnya tenang, tetapi meninggalkan badai dalam hati Julia. Ia merasa hancur karena telah ditolak oleh Andre.
"Andre! Tunggu! Andreee!" Teriak Julia dengan nada putus asa. Ia merasa kehilangan segalanya.
Di sebuah restoran Larsa yang mewah, Sella dan ibunya duduk dengan anggun, menunggu kedatangan seseorang yang sangat penting bagi mereka. Cahaya lampu kristal memantul di wajah mereka yang berseri-seri, memancarkan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Mereka merasa puas karena telah berhasil memperdaya Andre.
"Aduh, akhirnya rumah kita jadi luas juga, ya, Bu. Besok aku akan jemput ayahmu dari rumah lama, biar kita semua bisa tinggal di rumah besar itu," ucap Ibu Sella dengan nada riang, membayangkan kehidupan mewah yang sudah di depan mata. Ia merasa bangga karena telah berhasil memanfaatkan Andre.
"Iya, Bu. Ini baru langkah awal. Aku udah kasih tau Alex soal ini, dia pasti seneng banget. Bentar lagi juga sampe kok," Sella menimpali sambil tersenyum penuh arti. Ia memainkan cincin berlian di jarinya, hadiah dari Alex beberapa waktu lalu. Ia merasa senang karena telah berhasil menjerat Alex dalam perangkapnya.
Sella dan ibunya pun mengobrol panjang lebar, membahas rencana-rencana mereka untuk menikmati kekayaan yang telah mereka dapatkan dengan memperalat Andre dan Jimy. Mereka tertawa cekikikan, merasa bangga atas kelicikan mereka. Mereka merasa tak bersalah karena telah menyakiti orang lain.