NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:55.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Arkan membawa Rafa ke toko gelato favorit mereka, memastikan Rafa mendapatkan mint choco kesukaannya. Ia juga tidak lupa memikirkan Dara. Mengingat Dara masih kesulitan menerima makanan, Arkan memilih membeli semangkuk bubur ayam hangat yang hambar dan mudah dicerna, serta beberapa potong buah segar yang ia harap bisa masuk ke perut Dara.

Ketika mereka tiba di pintu apartemen, Arkan memasukkan kunci sambil menoleh ke Rafa.

"Ingat janji, Jagoan. Rafa masuk duluan, sapa Bunda, tunjukkan bintang dari Bu Guru, dan kasih Bunda gelato ini, ya," bisik Arkan, menyerahkan kotak kecil berisi sorbet lemon.

"Siap, Pa!" Rafa mengangguk antusias, sudah tidak sabar bertemu Bundanya.

Di ruang tamu, Dara sedang duduk di sofa, memegang cangkir teh, tampak berbicara pelan dengan seorang wanita yang umurnya mungkin setengah abad.

Wanita itu tersenyum ramah kepada Arkan dan Rafa.

"Pak Arkan, sudah pulang," sapa wanita itu. "Saya Rina, Pak. Mulai hari ini saya yang akan bantu-bantu di sini."

Arkan mengangguk, terkesan dengan kesan pertama. "Terima kasih, mbak Rina. Dika bilang juga mbak mulai hari ini. Terima kasih banyak."

"Sama-sama, Pak. Saya permisi ke dapur dulu, Pak. Tadi saya lagi bikinkan teh jahe untuk Bu Dara," ujar Rina sopan, lalu berjalan menuju dapur.

Rafa, tanpa membuang waktu, berlari ke arah Dara. "Bunda! Rafa pulang!"

Dara langsung tersenyum hangat, senyum pertama yang benar-benar tulus sejak dua hari terakhir. Ia memeluk Rafa erat.

"Astaga, Anakku sudah pulang," kata Dara, mencium pipi Rafa.

"Bunda, ini!" Rafa menyodorkan kotak sorbet lemon dingin. "Papa yang belikan. Buat Bunda. Kata Papa ini biar mualnya hilang!"

Dara menatap kotak gelato itu, lalu beralih menatap Arkan yang kini berdiri di depannya. Ada rasa bersalah dan terima kasih yang campur aduk di matanya.

"Mas, kamu nggak perlu repot-repot," kata Dara pelan.

Arkan meletakkan kantong berisi bubur dan buah di meja kopi. "Itu bukan repot. Itu bubur dan buah, kamu harus makan. Dan Rafa, mana bintang dari Bu Guru?"

Rafa langsung bersemangat menunjukkan stiker bintang emas di lengannya. Dara memuji putranya, dan suasana tegang di antara Arkan dan Dara sedikit mencair berkat kehadiran Rafa.

“Rafa, ganti baju dulu ya, Sayang,” ujar Arkan lembut sambil menepuk punggung kecil putranya. “Habis itu cuci tangan, baru kita makan siang.”

“Baik, Pa!” Rafa langsung berlari ke kamarnya dengan riang, masih menunjukkan stiker bintangnya seolah itu sebuah medali juara dunia.

Arkan kemudian menoleh ke arah Mbak Rina yang baru kembali dari dapur membawa teh jahe.

“Mbak Rina,” panggil Arkan sopan.

“Iya, Pak?”

“Tolong siapkan makan siang ya. Buburnya dipanasin sedikit saja, jangan terlalu panas. Dan buahnya boleh disajikan di piring kecil.

Mbak Rina tersenyum hangat. “Baik, Pak. Saya siapkan sekarang.”

Setelah itu, Arkan mengalihkan pandangannya ke Dara. Wanita itu masih duduk di sofa, kedua tangannya memegang gelas teh yang kini sudah dingin. Senyumnya pada Rafa tadi seakan menghilang, digantikan kesunyian dan gugup yang tidak bisa disembunyikan.

“Mbak Rina, nanti kalau sudah siap, panggil saya ya,” tambah Arkan.

“Iya, Pak.”

Arkan mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Dara. “Ayo,” ucapnya pelan tapi tegas.

Dara mengerjap. “Ke… ke mana?”

“Kamar.”

Nada suaranya lembut, tapi tidak memberi ruang untuk penolakan.

“Kita harus bicara.”

Dara menelan ludah. Jantungnya berdegup lebih cepat.

“A… apa perlu sekarang, Mas? Makan siang dulu—”

“Dara,” potong Arkan, suaranya masih tenang tapi penuh tekanan halus. “Ini penting.”

Setelah beberapa detik, Dara akhirnya bangkit.

Mereka berjalan masuk ke kamar, meninggalkan ruang tamu. Arkan duduk di sofa dan meminta dara untuk duduk di sampingnya.

Arkan menatap Dara lama sebelum ia bicara.

“Ada yang harus Mas jelasin,” katanya pelan, namun tegas. “Dan Mas juga mau kamu jujur,” lanjut Arkan. “Tentang apa yang bikin kamu berubah beberapa hari ini.”

"Aku lihat rekaman CCTV di security apartemen. Ada yang datang kemarin kan, Ra. Nadine yang datang. Dan dia bicara macam-macam, kan?" ucap Arkan.

"Dia yang membuatmu meminta kita bercerai, kan?" desak Arkan.

Dara menunduk, air matanya mulai menetes. Ia mengangguk pelan. "Dia bilang... dia calon istrimu. Dia bilang Mama Ratna yang menjodohkan kalian, dan aku... aku cuma penghalang. Dia bilang setelah anak ini lahir, kita akan berpisah."

Arkan menutup matanya, menahan gejolak emosi. Ia menarik Dara ke dalam pelukan. Kali ini, Dara membalas pelukan itu, menangis pelan di bahu Arkan, melepaskan semua ketakutan yang ia tahan.

"Dengarkan aku, Sayang," bisik Arkan lembut, memeluknya semakin erat. "Semua yang dia katakan itu omong kosong. Kebohongan. Aku sudah menemui Mama tadi pagi, dan aku sudah menyelesaikan masalah ini."

"Mama memang pernah mencoba menjodohkan aku dengan banyak wanita, termasuk Nadine. Tapi aku selalu menolak, Dara. Aku tidak pernah punya niat untuk menikah dengannya. Aku menikah denganmu karena aku mencintaimu. Aku memilih kamu, memilih Rafa, dan memilih anak kita. Bukan dia."

Arkan dan Dara saling menatap, kelegaan yang luar biasa terasa di dada Dara karena Arkan akhirnya mengetahui kebenarannya. Arkan masih memeluk Dara erat, memastikan istrinya merasa aman setelah trauma yang dialaminya.

"Aku janji, Ra," Arkan berbisik, memejamkan mata. "Aku akan mengurus ini sepenuhnya. Kamu tidak perlu khawatir lagi tentang perjodohan atau Mama. Fokus kita sekarang cuma kesehatanmu dan bayi kita."

"Kamu percayakan sama aku"

Dara mengangguk, menyandarkan kepalanya di bahu Arkan, menikmati rasa aman yang sudah lama ia rindukan.

Tiba-tiba, suara ketukan keras dan beruntun memecah keheningan di ruang tamu, diikuti suara rengekan protes dari seorang bocah.

"Papa! Bunda! Kalian kenapa lama bangett dikamarnya? Rafa lapar! Gelato Rafa sudah habis!"

Rafa berdiri di depan pintu kamar, tangan kanannya memegang sendok gelato kosong, tangan kirinya menggedor-gedor pintu dengan kesal.

Arkan dan Dara sontak tertawa kecil. Mereka melepaskan pelukan, rasa tegang dan dramatis yang menyelimuti mereka lenyap seketika digantikan oleh interupsi lucu dari Rafa.

"Astaga, anak itu," gumam Arkan, mengusap wajahnya.

Arkan bangkit, berjalan ke pintu dan membukanya. Rafa langsung menerobos masuk dengan ekspresi cemberut yang menggemaskan.

"Papa lama! Bunda lama! Rafa udah lapar banget tau. Dari tadi Rafa tunggu di meja makan papa sama bunda ngga datang-datang" protes Rafa, menatap Arkan dan Dara bergantian.

Arkan berjongkok dan mencubit hidung Rafa pelan. "Iya, iya. Maaf, Kapten. Papa sama bunda tadi bicara dulu"

Rafa menoleh ke Dara. "Bunda sudah nggak sakit?"

"Sudah agak mendingan, Sayang, Tapi bunda udah nggak apa-apa kok. Rafa ngga usah khawatir lagi sama bunda" jawab Dara lembut

"katanya tadi lapar, ayok"

1
Rahmat
pk damar harus tegas sama ratna biar jera dan nadine harus di hukum
Lisa
Moga Nadine segera ditemukan utk mempertanggungjawabkan perbuatannya..
Dinar Almeera
Terimakasih banyak Author telah menciptakan sosok suami yang tegas dan berpihak pada istrinya, meskipun berawal dari sebuah kesalahan tapi mau berubah menjadi lebih baik cerita yang sangat berbeda 😍😍😍
Lisa
Si Nadine berulah lg..liat tuh pembalasan Arkan
anita
dara jgn sok2an jual mhal doong udah bgus arkan tnggung jwab
anita
kurang aapa lg arkan ganteng pinter masak prhatian kaya
anita
jgn trllu bnyk drama dara
anita
knp gk di rumah neneknya aja rafa...drpd sndirian di apartemen
anita
bhsanya jgn SAYA..SAYA..dong thor..krg pas kyaknya
anita
jgn aneh2 dara...jgn berpikiran mcam2 hiduplah dg sehat
anita
thor knp arkan harus duda ya...lajang kek...kan asyik
anita
kelamaan arkan
Lisa
Bahagia selalu y utk keluarga kecilnya Arkan..moga bu Ratna berubah sikapnya terhadap Dara..
Lisa
Sehat terus y Dara sampe HPL nya
anita
nikahi arkaan
anita
tuuu kaan arkan tanggung jwb dooong
anita
rafa mnta tante itu jadi mamamu
anita
tanggung jawab dooong jgn main asal celup aja
anita
duda critanya...cowok kita kali ini..lanjut thor
اختی وحی
paling males sma dara ,lemah bngt, hrsnya apapun itu ceritakan ke arkan cari tau kebenaranny
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!