NovelToon NovelToon
MALAM TELAH TIBA

MALAM TELAH TIBA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Bullying dan Balas Dendam / Game
Popularitas:372
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Provokator

“Jangan nyalahin diri sendiri, sampai permainannya berakhir, orang-orang akan terus mati”

Khalil menatap Merah yang menepuk pundak Arsya, gadis yang baru saja melindungi salah satu tubuh temannya dengan kain putih.

Khalil tahu betul bagaimana perasaan rapuh Arsya, ditambah dengan makian Hagian yang entah sudah sejauh lama. Tapi yang pria itu tahu, Arsya adalah gadis yang kuat, harusnya dia kebal dengan sececeh makian tidak perlu yang keluar dari mulut Hagian.

“Kalau udah gini, pasti Hagian bakal minta semua orang pilih Arsya”

Saat tubuhnya hendak meninggalkan ruang pendingin. Khalil sudah lebih dulu di hadang, didorongnya pada sudut dinding, lantas di cekam kuat oleh Fattah.

“Astaga, lo lagi” decaknya kesal.

“Dengerin gue, kalo lo bilang sama semua orang, lo bakal mati”

“Aish, gue nggak peduli bakal mati disini atau enggak! Sekiranya bukan gue yang bilang!” Khalil mendorong tubuh Fattah.

Disela suara yang bersahutan didalam ruang pendingin. Fattah melengos, meninggalkan pijakannya dengan wajah kesal.

“Wah dasar bocah gila” desis Khalil sambil merapihkan seragamnya.

Pada sebuah ruangan, semua orang tersisa bertarung dengan isi kepala mereka. Berpikir untuk menentukan siapa yang mereka yakini sebagai mafia.

“Nggak usah nambahin masalah, bilang sama gue siapa mafianya?!” Kali ini suara Hagian benar-benar menuntut. Kedua manik yang memerah bisa Khalil yakini, pria itu benar-benar sudah muak.

“Menurut lo, mereka nggak akan pilih lo kalo lo mafianya?”

Hagian menoleh, “wah dasar bajingan ini”

“Diamlah, lo cuman memperkeruh keadaan”

“Kalau gitu kenapa dokter dan polisi nggak bilang aja, biar kerja sama sama kita” lantang Jihan di balas decakan kesal Khalil.

Si bodoh yang sok ngerti. Jihan bahkan tidak mengerti kalau dokter dan polisi juga bagian dari incaran polisi, kenapa dia tidak berpikir sejauh itu?

“Gue rasa mereka nggak akan bilang” timpal Farhan.

"Kenapa kalian nggak mau kerja sama?! Khalil?!” Hagian menatap Khalil yang sekarang sudah jadi pusat perhatian lagi. Namun hanya dibalas tatap balik tanpa kata.

“Lo polisi kan? Atau dokter?”

Khalil memutar bola matanya malas, “gue warga, tolol”

“Beneran?” Wira kali ini bersuara, dibalas lirikan sejenak dari Khalil yang sudah muak sekali berada di dekat Hagian dan para kacungnya ini.

“Bilang aja, kita bakal lindungin lo dari mafia” Hagian menepuk pundak Khalil.

“Bajingan brengsek ini mau mengelabuhi gue apa gimana sih? Tapi untung aja dia mikir diantara dua itu, jadi gue nggak terlalu panik dulu lah minimal”

“Iya, Khal” timpal Jihan dibalas anggukan Wira.

“Orang gila, gue nih warga. Kalau nggak percaya tanya sama Endru”

“Iya, dia warga” Endru yang berada tak jauh dari mereka mulai mengangguk, meyakinkan semua orang yang ada di ruangan. Lagian bagaimana bisa Endru tidak percaya dengan Khalil? Mereka adalah teman yang cukup dekat dan saat pengumuman identitas, Endru ada di samping Khalil.

“Lagian gimana cara kalian lindungin polisi kalau kalian tidur di malam hari? Apa kalian mafianya?”

“Ya jelas bukan!”

Khalil menghela napas, “kalau nggak mau tertuduh mending kalian diem”

“Aish bahkan disituasi seperti ini lo masih bisa tenang ya, Khal? Oh atau ketua kelas mafianya?”

Dion terdiam, membuat semua orang menatap ke arahnya dan Hagian secara bergantian.

“Hanya warga yang mati cuman karena lo nggak ngijinin kita miliih, lo sengaja karena lo mafianya”

“Apa maksud lo? Lo nggak dengerin pengumumannya kalau yang mati nggak cuman warga tapi mafia juga”

Hagian menghela napas panjang. Bahkan disituasi yang harus saling tuduh pun, Yuna masih saja membela Dion yang notabennya memang dia sukai.

“Oh ingat pengumuman tadi, kita hampir bisa yakin siapa dokternya”

Semua pasang mata menatap Endru, saat pria itu terfokus dengan Olive dan Nathan.

"Bukan gue” ujar Nathan dan Olive yang hampir bersamaan. Disela semua orang mulai menatap mereka dengan curiga. Banyak kemungkinan terjadi. Ketika Nathan mati dan hanya Olive adalah kekasihnya, besar kemungkinan gadis itu adalah dokter yang menghidupkan Nathan kembali.

“Ya terus? Siapa yang nyelametin Nathan kalo bukan lo” Ujar Melanie.

"Bukan gue!"

“Gue juga nggak tahu,”

“Udah, dokter atau polisi nggak bakal ngaku selagi mafia masih berkeliaran” kali ini Khalil menyela.

Setengah dari mereka mengangguk setuju. Sementara Melanie dan Endru, agaknya masih bertanya-tanya seputar kepemilikan identitas sepasang kekasih itu.

“Kemarin Sinta bilang Yuna adalah mafianya kemarin, apa lo pilih Sinta karena dia mergokin lo?”

Yuna membelalakkan matanya setelah semuanya kembali fokus dengan tuduhan berikutnya. Semuanya terdengar make sance bahkan disaat pikiran Khalil yang berkecambuk.

“Gue milih dia karena dia milih gue dulu! Jangan asal nuduh gitu dong”

Mempercayai Yuna itu seperti mempercayai teori bumi datar. Sulit sekali untuk di mengerti teorinya. Pasalnya gadis itu memang sudah dikenal sebagai gadis keras kepala yang ingin menang sendiri. Jadi jikapun dia mafia atau bukan, dia akan tetap kekeh mengatakan, bahwa dia bukan mafia.

“Jangan-jangan lo sendiri? Dari tadi lo nuduh semua orang tanpa bukti, tapi lupa kalau bisa aja lo yang mafia?!”

Melanie ikut beranjak setelah Yuna mendekatinya, “Lisa sama lo bertengkar kan kemarin?”

“Kita emang bertengkar, tapi mana mungkin gue bunuh dia cuman karena itu?!”

“Lo jilat dia didepan seolah olah lo pelayannya, tapi dibelakang lo injek-injek dia. Lo nggak terima, jadi lo bunuh dia”

“Enggak, bukan gitu?!” Belanya sambil menatap semua orang yang mulai percaya dengan ucapan Yuna. Khalil yang menatap bagaimana ekspresi keduanya, tidak ada yang bisa dicurigai lebih dari warga. Keduanya tampak asli, Yuna dengan sikap sarkastiknya dan Melanie yang ketakutan dengan tuduhan tak berdasar sang lawan.

"Pantes aja Lisa jadiin Melanie kayak pelayan dia ya?” Wira menambah bumbu.

“Kita berteman dan itu nggak bener!”

“Wah kalian ini banyak bicara, serahkan mafianya atau kalian akan mati?” Hagian memecah ketegangan, membuat semua orang diam termasuk Melanie yang sedang berusaha mengontrol perasannya sendiri.

"Gi, kenapa lo lakuin itu?”

“Apa maksud lo?” Hagian memelankan suaranya, menatap Fattah yang mulai ikut campur.

“Kenapa lo ngembunyiin HP lo, lo sengaja nggak bilang sama kita karena lo pengen kita semua mati?”

Hagian tersenyum miring, “gue kayaknya udah pernah bilang ya? Jadi nggak perlu gue ulangi lagi, brengesek!”

Khalil menghela napas. Benar, tidak ada yang perlu di percayai dan tidak ada yang perlu di ulangi lagi.

“Ya kalo lo nggak percaya, kenapa maksa kita percaya?”

“Bajingan brengsek ini emang nggak bisa diajak ngomong pake bahasa manusia! Lo pikir gue nggak tahu kalo lo yang bunuh Lisa?!” Hagian tersentak. Membuat tatap kejut dari semua orang.

Khalil hanya diam, bersedekap dada sambil menikmati aksi heroik Hagian yang baru kali ini dia dukung. Walau dengan emosi yang meluap-luap, Khalil yakin semua juga akan percaya dengan apa yang Hagian katakan.

“Apa?”

“Lo sempet nembak dia tapi dia tolak, lo ngerasa tercela karena itu semua kesebar ke internet!”

“Itu cuman bercanda, apaan sih lo?”

“Jangan bohong, lo berlutut dan semua orang tahu! Mel, bilang sama dia kalo lo ngerekam itu?!” Hagian kali ini menatap Melanie yang masih ketakutan, namun menganggul pelan sebagai penyampaian Hagian itu tidak salah.

"Itu semua nggak ada hubungannya?!”

“Semua ada hubungannya karena lo mafianya?! Lo ngerasa harga diri lo di injak-injak! Oh, lo juga mau bunuh Khalil karena curiga sama lo”

Khalil mendelik. Dari mana dia tahu?

“Enggak, guys! Dia yang mulai duluan, jadi gue juga,”

“Lo ngelakuin itu?” Agil kali ini memecah suasana. Menatap Fattah tidak percaya, namun hanya dibalas gelengan yang berulang.

"Enggak, dia yang nuduh gue duluan”

“Astaga, lagi?!” Khalil menyentak, “gue cuman tanya soal Lisa dan lo malah emosi, makin yakin aja gue kalo lo mafianya?!”

“Fat, lo mafianya?” Lirih Endru.

“Gue nggak bakal emosi kalo dia nggak mulai duluan, lagian siapa yang mau di tunuh?!”

“Berhentilah membela diri dan menunduh Khalil tentang hal yang nggak dia lakuin?!” Sadam berseru paling lantang, membuat Fattah dan Khalil membeku di tempat.

Dengan tangan yang bergetar, Sadam memutar rekaman video yang dia ambil dari kamera milik Fattah. Membuat tatap kejut dan tidak percaya dari semua orang yang ada di sana. Bahkan Hagian dan Khalil masih berusaha menerjemahkan keadaan.

Hagian Memilih Fattah.

Pria itu beranjak, disusul kedua temannya yang juga baru saja menekan foto Fattah di layar ponsel mereka.

Jihan Memilih Fattah.

Wira Memilih Fattah.

“Tidak, jangan pilih gue?!”

Khalil menghela napas panjang setelah sahutan suara mulai menggema beraturan. Sambil menatap tubuh Fattah yang berjongkok dihadapannya.

“Gue menepati janji, kalau sekiranya bukan gue yang bakal mengungkap kebusukan lo, Fat”

“Khal, jangan”

Khalil Memilih Fattah.

Agil Memilih Fattah.

Sadam Memilih Fatah.

“Mer, lo nggak mau milih Hagian? Gue yakin Fattah nggak sejahat itu?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!