Bagi Zain, Zara adalah tambang emasnya namun bagi Zara, Zain adalah malaikat pelindungnya. Hubungan mereka yang saling menguntungkan namun tersimpan banyak misteri berupa kebohongan dan pengkhianatan.
Permainan Zain akhirnya berakhir setelah Zara mengetahui bahwa pria yang mencintainya selama ini ternyata hanya seorang penipu yang mengincar hartanya saja namun tidak dengan Zain yang harus berjuang keras untuk meyakinkan Zara kalau dirinya telah berubah dan mencintai Zara dengan tulus.
"Apakah Zara akan menerima begitu saja ketulusan cinta Zain padanya? rahasia apakah yang membuat Zara menggugat cerai Zain? ikuti kisah cinta mereka berdua...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Berakhir
Kejadian lima menit sebelum Zain menemui istrinya Zara. Juno terus memaksa merapatkan tubuhnya sambil merangkul lengan Zara yang terus berusaha menepis tangan itu.
"Kenapa kamu menolakku Zara? Apakah kamu butuh bayaran agar bisa mencium mu seperti pria tajir yang ada di taman semalam?" sindir Juno.
"Sepertinya chef sudah salah paham hubungan kami. Tapi maaf aku tidak bisa menjelaskan kepada anda. Sebaiknya aku masuk sebelum setan memaksamu untuk berbuat jahat padaku," ucap Zara seraya bangkit menjauh dari Juno.
"Jangan munafik Zara...! Jika kamu butuh uang aku akan memberikan kepadamu. Kamu tinggal sebutkan angkanya...!" remeh Juno yang tidak tahu dia sedang berhadapan dengan siapa saat ini.
Zara tersenyum getir melihat sikap Juno yang berubah menjadi lelaki liar." Simpan saja uangmu itu chef. Mungkin kamu bisa gunakan untuk melamar gadis lajang yang sesuai dengan kriteriamu.
Maaf aku tidak bisa berlama-lama di sini denganmu karena jaman sekarang semua menjadi viral karena netizen memiliki cctv terbaik untuk menyebarkan setiap aksi tanpa peduli dengan kebenaran apalagi menjaga rahasia. Netizen adalah paparazi terbaik yang sulit dihakimi apalagi diadili," tutur Zara panjang lebar.
Zara membalikkan tubuhnya dan Juno menarik tangannya Zara dengan kasar sehingga tubuh gadis itu langsung masuk dalam pelukannya. Juno menjalankan aksi kejinya untuk mencoba mencium wajah Zara namun gadis ini berusaha meronta. Tepat di saat yang sama Zain datang dan langsung mencegah aksi sang chef senior itu.
"Lepaskan istriku bajingan...!" teriak Zain membuat Juno kaget. Zara segera berlari dalam pelukan suaminya.
"Honey...!" Zara terisak pilu dalam pelukan suaminya.
"Apakah kamu sedang bersandiwara padaku tentang gadis ini? Mana mungkin gadis ini istrimu sedangkan dia masih usia sekolah?" ledek Juno dan Zain melepaskan pelukannya pada tubuh Zara dan menghampiri Juno.
"Bukan urusanmu...! Dan aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan hubungan kami padamu. Jangan pernah menyentuh istriku atau karirmu akan berakhir di hotel ini...! Ayo kita pulang sayang...!" ajak Zain merangkul pundak istrinya meninggalkan tempat itu.
Namun Juno tidak tinggal diam, ia masih saja mengatai Zara dengan kalimat yang tidak pantas membuat Zain tidak tahan lagi untuk memberi pelajaran kepada chef senior itu.
Zain melakukan gerakan memutar lalu menendang rahang Juno hingga saat pria itu jatuh tersungkur dengan sudut bibir mengalir darah segar.
Brakkk...
"Ini untukmu bajingan....!" Zain melanjutkan langkahnya menuju mobil. Ia segera menghubungi manajer hotel untuk memecat Juno dengan mengirim bukti video yang sempat ia rekam atas tindakan keji chef Juno yang hampir melecehkan istrinya.
Sementara Zara masih gemetar ketakutan sambil duduk meringkuk di dalam mobil yang sedang bergerak menuju rumah mereka. Darah Zain mendidih mengingat kejadian yang dialami istrinya. Ia begitu takut mental istrinya akan terganggu.
Dalam perjalanan Zain menepikan mobilnya karena ia tidak tega melihat Zara masih terlihat syok.
Ia menarik tubuh gemetar itu lalu memeluknya erat.
"Sayang. Tenangkan dirimu. Dia akan mendapatkan hukumannya. Aku ingin sekali mematahkan lehernya kalau tidak ingat hukum," ucap Zain masih gregetan dengan Juno.
"Maafkan aku..! Aku tidak bisa menjaga diriku. Alhamdulillah kamu datang tepat waktu. Terimakasih sudah menyelamatkan aku dari bajingan," ucap Zara terbata-bata.
"Husst...! tidak perlu berterimakasih kepadaku. Sudah tugasku melindungi istriku dari kejahatan apapun," ucap Zain mengelus punggung istrinya.
"Tapi bagaimana dengan pihak sekolah? apakah aku akan mendapatkan masalah?" tanya Zara kuatir.
"Kepala sekolah sudah tahu tentang pernikahan kita dan guru-guru memakluminya. Yang penting aku tidak menikahi gadis dibawah umur karena itu akan melanggar aturan sekolah dan juga aturan agama," jelas Zain membuat Zara merasa sangat tenang.
"Bawa aku pulang honey. Aku ingin istirahat," pinta Zara dan Zain. melajukan kembali mobilnya.
...----------------...
Enam bulan kemudian, Zara dinyatakan lulus oleh pihak sekolah dengan nilai terbaik. Tentu saja Zain sangat bangga dengan perjuangan istrinya tersebut. Mereka berdua sudah berencana akan melanjutkan pendidikan bersama di Australia.
Zain ingin mengambil jenjang strata 3 dan Zara tentu saja mengambil strata satu di dunia bisnis karena ingin meneruskan perusahaan keluarganya.
Namun ditengah acara perpisahan itu, Zara merasa kurang sehat. Wajah terlihat pucat dan perutnya terasa mual. Ia tidak berani mengadu pada suaminya karena acara sedang berlangsung.
"Ya Allah ada apa denganku? Kenapa sakitnya di momen yang tidak tepat seperti ini?" keluh Zara.
Tapi Zara seketika teringat kalau sudah dua bulan ini ia tidak mengalami haid. Ditambah lagi ia tidak mau lagi minum obat pencegah kehamilan. Ia ingin hamil dan ia sudah siap menjadi seorang ibu. Tidak mengapa kuliah sambil hamil. Itu sangat mengasyikan baginya. Itu yang dipikirkan Zara.
Kebetulan dia sudah menyiapkan beberapa tespek di rumah jadi dia bisa menggunakan alat itu kapan saja sekaligus ingin memberikan kejutan untuk suaminya.
Dua hari kemudian setelah beristirahat, Zara teringat akan niatnya. Ia segera mengambil tespek untuk melakukan tes kehamilan. Kebetulan zain sudah berangkat ke perusahaan jadi ia bebas melakukan aksi yang mendebarkan baginya.
"Sepertinya aku harus merekam momen berharga ini," ucap Zara saat sudah berada di kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia menunggu tespek itu menunjukkan hasilnya dan Zara sangat girang hingga ia memekik keras saat melihat garis dua yang timbul di tespek.
Ia buru-buru keluar dari kamar mandi untuk mensyukuri nikmat Allah padanya.
"Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya aku hamil," ucapnya girang sambil lompat jingkrak. Ia mengambil ponselnya dan melakukan rekam suara untuk memberitahukan kabar baik itu pada suaminya.
"Apakah cukup kirim rekam suara ini saja ataukah menemuinya langsung di kantor?" Zara mempertimbangkan niatnya hingga tidak sadar ponselnya jatuh dan langsung memutar suara rekaman lain. Zara mengambil ponselnya sambil mendengarkan ucapan suaminya di rekaman itu.
"Apakah wanita di dunia ini sama saja? hanya uang yang ada dipikiran mereka? Ah tidak, Zara tidak seperti itu. Tapi sayang Zara wanita cacat. Mana mungkin aku bertahan hidup dengan wanita seperti itu apa lagi harus memiliki anak dengannya, bukankah aku akan memiliki keturunan yang otaknya cacat sama seperti ibunya?" gumam Zain yang tidak sadar jika ucapannya telah terekam oleh ponsel Zara yang ketinggalan di mobilnya.
Tubuh Zara langsung mengigil. Ia begitu syok mendengar ucapan kejam suaminya pada dirinya. Zain yang selama ini dianggapnya malaikat tak bersayap tak lebih dari seorang penipu. Zara mengusap perutnya yang masih rata itu.
"Ya Allah dek, ternyata ayahmu tidak menyukai kehadiranmu diperut bunda karena bunda hanyalah wanita cacat baginya. Kita harus bagaimana yah dek? Apakah kita pergi saja dari ayah agar dia tidak melihatmu tumbuh? Apakah bunda harus menceraikan ayahmu agar kamu hanya milik bunda seorang?" batin Zara sambil meremas rambutnya frustrasi.
aq pembaca setia author
duh zara seharusnya berfikir jernih kl zain g suka n g sayang sama kamu. nggak mgkin dya mau berusaha mengobati operasi kamu
penasaran dg kehidupan zara selanjutnya