Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Langit sore itu berwarna abu-abu tua.
Kabut laut menebal, menutupi matahari seperti kain kafan raksasa. Di atas geladak kapal Akademi, Tian Long berdiri di sisi kanan kapal, rambutnya berantakan ditiup angin asin. Sisa luka dari pertarungan dengan Yan Lie masih membekas di bahunya, namun matanya tetap jernih, menatap jauh ke ufuk laut.
Elder Ming berdiri tak jauh darinya, kedua tangannya di belakang punggung, sorot matanya tajam menembus kabut.
“Laut ini aneh,” gumamnya pelan. “Biasanya penuh roh air, tapi hari ini bahkan angin pun seperti takut berhembus.”
Tian Long hanya mengangguk tanpa bicara. Ada sesuatu di dadanya — sebuah getaran halus yang terasa seperti bisikan, tapi datang dari dalam darahnya sendiri.
Dari kedalaman tubuhnya, suara berat nan agung bergema:
“Kau merasakannya, Tian Long? Dunia mulai mengenalmu.”
“Guru…” Tian Long berbisik. “Ini bukan perasaan biasa. Seolah laut ini hidup dan sedang menatapku.”
“Bukan laut yang menatapmu,” jawab suara Long Zhen Tian. “Tapi makhluk yang tertarik pada darah naga yang mengalir dalam tubuhmu. Mereka mencium aromanya bahkan dari ribuan li jauhnya.”
Tian Long memejamkan mata, menenangkan napasnya. Namun di balik ketenangan itu, dadanya seperti terbakar — seolah dua kekuatan di dalam tubuhnya, kekuatan naga dan manusia, sedang berebut kendali.
Liu Yuer, yang sejak tadi diam di belakang, tiba-tiba memandang ke permukaan laut. “Elder Ming… airnya berubah warna.”
Semula biru pekat, kini laut di bawah mereka berkilau hijau tua — seperti lumut bercampur darah.
Gelombang berdenyut, lalu berhenti total.
Keheningan menggigit udara.
Dan saat itu juga—
Dhuuummm!
Sebuah suara bergema dari kedalaman.
Kapal bergetar, gelombang naik seperti gunung, mengguncang semua yang berdiri di atas dek.
“Pegangan!” seru Elder Ming, membentuk segel di udara. Cahaya keemasan muncul, membentuk dinding pelindung di sekitar kapal.
Dari bawah laut, bayangan-bayangan hitam mulai muncul. Puluhan, lalu ratusan.
Makhluk-makhluk itu bukan ikan, melainkan roh binatang buas yang kehilangan bentuk, setengah roh setengah daging. Ada yang bermata banyak, ada yang memiliki mulut di dada, ada pula yang tubuhnya seperti ular bercakar.
“Makhluk roh laut…” Elder Ming bergumam. “Tapi jumlahnya terlalu banyak!”
Srrrkkk!
Seekor makhluk bertaring meloncat ke dek. Elder Ming menebasnya dengan satu gerakan, namun tiga makhluk lagi muncul dari arah lain.
Cahaya spiritual beradu di udara.
Dhuar! Dhuar!
Darah hitam menetes di lantai kayu, menimbulkan asap ketika menyentuh permukaan.
Tian Long merasakan dadanya semakin panas.
Cahaya biru samar muncul di kulitnya.
“Jangan tahan!” suara Long Zhen Tian menggema dalam pikirannya. “Kekuatan naga tidak bisa dikurung di tengah badai qi seperti ini!”
Tian Long menatap ke langit, menarik napas panjang, lalu membiarkan energi naga mengalir.
Cahaya biru menyala dari seluruh tubuhnya, membentuk garis-garis seperti sisik naga yang hidup.
“Qinglong… Zhenya!” serunya.
Whuuuummm!
Gelombang energi menyapu seluruh kapal.
Ratusan makhluk laut langsung terhempas ke udara, tubuh mereka terurai menjadi kabut hitam sebelum jatuh kembali ke laut.
Namun justru itu yang memanggil sesuatu yang lebih besar dari kedalaman.
Permukaan laut terbelah.
Cahaya merah kehitaman muncul dari dasar laut. Dari pusaran air itu, perlahan naik sesuatu yang begitu besar hingga menutupi langit.
Seekor makhluk menyerupai naga laut — kulitnya bersisik besi, matanya merah menyala. Dari tubuhnya keluar kabut hitam yang menodai langit.
Elder Ming menatap ngeri. “Raja Laut Archaic…”
Makhluk itu mengangkat kepalanya, dan ketika ia berbicara, suaranya bergema di dalam pikiran mereka semua.
“Akhirnya… darah naga sejati bangkit lagi.”
Roh laut itu mengangkat tubuhnya setinggi gunung, lalu mengayunkan ekornya.
Dhuarrrr!
Gelombang setinggi menara akademi menghantam kapal, menghancurkan sebagian dek.
Elder Ming melompat ke udara, menahan serangan dengan Segel Bumi Sembilan Lapisan.
Pilar-pilar batu spiritual muncul dari laut, membentuk formasi segel besar.
Namun serangan musuh terlalu kuat.
Satu per satu pilar itu hancur seperti kaca.
Tian Long berlari di antara reruntuhan dek, menangkis makhluk-makhluk kecil yang berusaha menerkam Liu Yuer.
Slash!
Pedangnya berayun cepat, membelah makhluk itu menjadi dua.
Namun serangan tak berhenti.
Makhluk lain menggigit lengannya, darah memancar ke udara.
“Arghh!” Tian Long meraung, namun tetap menebas tanpa ragu.
Suara benturan pedang dan taring beradu memenuhi udara.
Klang! Kraak! Dhuar!
Cipratan darah bercampur air laut menutupi seluruh geladak.
“Liu Yuer, mundur!” teriaknya.
Liu Yuer berusaha menarik dirinya ke belakang, namun gelombang kedua datang.
Makhluk-makhluk kecil menyerbu bagaikan banjir hitam.
Elder Ming turun dari udara, menepakkan telapak tangannya ke laut.
Bummm!
Gelombang spiritual meledak, menghancurkan ratusan makhluk sekaligus, tapi wajahnya pucat. “Mereka tidak berhenti datang…”
Di tengah kekacauan itu, naga laut raksasa kembali membuka mulutnya.
Bola cahaya merah terbentuk di tenggorokannya — energi murni yang bisa menghancurkan gunung.
“Tian Long!” suara Long Zhen Tian menggema. “Kau tak bisa bertahan dengan kekuatan manusia! Gunakan darah naga— biarkan aku menyalurkannya!”
“Kalau aku melepaskannya, laut ini bisa hancur, Guru!”
“Kalau tidak kau lepaskan, kalian semua akan mati!”
Tian Long menatap ke depan, lalu menekan kedua telapak tangannya di dada.
Energi biru menyala, membentuk segel naga yang bersinar terang.
“Qinglong Heng Tian!” "Naga Langit, Bangkitlah!" Teriak Tian Long
Bummmm!
Langit pecah.
Cahaya biru menembus awan. Seekor naga roh raksasa muncul dari tubuh Tian Long, meraung keras.
Suara raungan itu mengguncang seluruh laut.
Ombak berhenti. Udara terbelah.
Naga itu meluncur ke depan, membentur bola energi merah milik Raja Laut.
Dhuarrrrrr!!!
Ledakan besar terjadi.
Laut mendidih. Kapal terhempas.
Cahaya biru dan merah bertarung di udara seperti dua matahari yang saling menelan.
Elder Ming menahan Liu Yuer di balik penghalang spiritualnya, tapi getaran itu terlalu besar.
Pilar pertahanan retak, lalu pecah.
Kraakkkk!
Satu pecahan gelombang menghantam sisi kapal, dan Tian Long terlempar ke laut bersama ledakan besar.
“Tian Long!!!” teriak Elder Ming sekuat tenaga.
Namun hanya pusaran air yang menjawab.
................... .........................
Fajar menyingsing pelan di atas Laut Utara.
Kabut pagi melayang di permukaan air, menutupi sisa-sisa kehancuran yang mengambang di antara ombak.
Di kejauhan, kapal penyelamat Akademi mendekat perlahan, layar putihnya tercabik angin asin yang dingin.
Di antara serpihan kayu yang hangus dan potongan giok pelindung yang pecah, tampak dua tubuh terbaring tak sadarkan diri.
Elder Ming, jubahnya compang-camping dan terbakar sebagian, masih menggenggam gelang pengunci qi di tangan kirinya.
Di sampingnya, Liu Yuer terbaring dengan rambut kusut basah, wajahnya pucat namun dadanya masih naik-turun perlahan.
Namun tak ada tanda-tanda Tian Long.
Berita itu menyebar secepat api di padang kering.
Dalam hitungan jam, setiap ruang latihan dan aula meditasi di Akademi Naga Langit bergema oleh bisikan yang sama:
“Tian Long hilang di Laut Utara!”
“Ada yang bilang ia dimangsa roh laut!”
“Tidak, tubuhnya meledak karena darah naganya tak terkendali!”
“Mustahil, aku mendengar naga cahaya muncul dari langit malam sebelumnya, itu pasti dia!”
Semakin banyak yang membicarakannya, semakin kabur kebenarannya.
Sore harinya, di puncak Menara Putih.
Angin dari laut berhembus lembut, membawa aroma garam dan sisa qi yang samar.
Elder Hua berdiri di tepi balkon batu giok, jubahnya berkibar pelan.
Di matanya yang tenang, terpantul lautan luas berwarna kelam.
Gelombang di kejauhan tampak seolah berputar di satu titik, menciptakan pusaran cahaya biru yang muncul dan lenyap perlahan.
Ia menatapnya tanpa berkedip, lalu berbisik nyaris tak terdengar:
“Apakah ini… pertanda kelahiran kembali naga sejati?”
Sesaat, kilatan cahaya melintas di langit timur, sebuah garis biru yang menembus awan sebelum lenyap ke cakrawala.
Elder Hua menunduk sedikit, wajahnya sulit terbaca.
Angin laut berhembus kencang, meniup kabut hingga membentuk siluet naga di cakrawala samar, megah, dan seolah memandangi benua dari kejauhan.