Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 — Kebangkitan yang Terlarang
Lian Yue terhuyung, punggungnya menempel pada dinding kayu yang dingin. Napasnya tercekat di tenggorokan, dan setiap helaannya terasa seperti menelan serpihan es. Di luar jendela kertas yang tembus pandang, cahaya Purnama sedang berada pada puncaknya, mengirimkan pancaran perak dingin yang menusuk hingga ke tulang.
Malam itu bukanlah malam biasa.
Jantungnya berdebar liar, bukan karena ketakutan, melainkan karena rasa sakit yang aneh, yang bukan datang dari otot atau tulang, melainkan dari kedalaman Lautan Qi di perutnya. Ia baru berusia tujuh belas tahun, sebentar lagi akan mencapai usia dewasa spiritual. Namun, rasa sakit ini muncul setahun lebih awal.
“Tidak… belum waktunya,” gumam Lian Yue, mencengkeram jubah tidurnya hingga buku-buku jarinya memutih.
Setiap denyut menyakitkan itu seolah-olah ada sesuatu yang sedang berusaha merobek tubuhnya dari dalam, mencari jalan keluar. Itu adalah rasa sakit yang familier bagi para cultivator, rasa sakit pra-kebangkitan Spirit Beast. Tapi prosesnya seharusnya lembut, terjadi saat Ritual Ikatan Tubuh, dan pasti tidak se-ekstrem ini.
Lian Yue dilahirkan di Lembah Purnama, tempat yang sunyi dan terpencil, jauh dari keramaian Sekte-sekte besar di Negeri Qingya. Ayahnya, Lian Shuyuan, selalu memastikan ia menjalani kehidupan yang sederhana, melarangnya berlatih Qi terlalu keras atau menarik perhatian. Ayahnya tahu apa yang ada di dalam tubuh gadisnya: Rubah Ekor Perak.
Sebuah Spirit Beast yang sangat langka, konon memiliki garis keturunan yang bisa mengendalikan Qi Bulan.
Di luar, udara malam terasa begitu sunyi, seolah-olah seluruh dunia sedang menahan napas. Tapi di dalam diri Lian Yue, badai Qi sedang mengamuk. Dia merasakan energi Yin dari bulan menyedot kekuatan hidupnya, kemudian mendorongnya kembali dengan kekuatan ribuan kali lipat, berusaha menyatukannya dengan energi Spirit Beast yang selama ini tertidur.
Ia menjerit pelan, suaranya tertahan di bibirnya yang gemetar. Lian Yue jatuh berlutut, peluh membasahi dahinya meskipun hawa di ruangan itu dingin. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengikuti instruksi meditasi dasar yang diajarkan ayahnya, tetapi Qi-nya sama sekali tidak patuh.
Tiba-tiba, rasa sakit itu berubah menjadi sensasi terbakar yang manis—seperti madu yang mendidih di pembuluh darahnya.
Di belakang punggungnya, sebuah sensasi hangat mulai menyebar. Ia memejamkan mata, dan dalam kegelapan yang pekat, ia melihatnya: siluet Rubah berekor sembilan, berkilauan seperti perak yang baru ditempa, melolong tanpa suara.
Spirit Rubah Ekor Perak miliknya telah bangkit.
Dan itu terjadi satu tahun lebih awal, tanpa Ritual Ikatan Tubuh, tanpa pasangan sejati. Itu adalah fenomena yang tabu dan terlarang.
Lian Yue merasakan gelombang energi yang tak tertahankan. Itu bukan lagi Qi-nya sendiri; itu adalah kekuatan rubah, penuh gairah, liar, dan sangat sensitif. Rubah itu seolah berteriak, menuntut kebebasan dan… pasangan. Insting rubah kuno itu mendorongnya mencari keintiman, kehangatan Yang, untuk menstabilkan energi Yin yang membludak.
Tanpa ia sadari, lapisan tipis perak mulai memancar keluar dari kulitnya, menembus jubah dan jendela.
Wusssshhh!
Cahaya perak itu melonjak ke angkasa, seperti suar spiritual. Di Lembah Purnama yang biasanya damai, cahaya itu bersinar terang, menarik perhatian setiap cultivator di radius seratus mil.
Di kamar sebelah, Lian Shuyuan, yang sedang bermeditasi, langsung membuka mata. Jantungnya mencelos, detaknya melompat ke tenggorokan.
“Lian Yue!”
Dia tahu. Dia tahu malam ini akan tiba, tapi ia berdoa agar takdir memberinya waktu setidaknya setahun lagi.
Ia buru-buru berlari ke kamar Lian Yue, napasnya tersengal. Pintu kayu terbuka. Di tengah ruangan, putrinya tergeletak, dikelilingi oleh halo perak yang begitu terang hingga menyilaukan mata. Di punggung gadis itu, tato Spirit Beast Rubah Ekor Perak kini bersinar dengan intensitas yang mematikan.
“Warisan Purnama… itu sudah aktif,” bisik Shuyuan, rasa takut yang dingin mencengkeramnya.
Ia tahu arti cahaya perak itu. Spirit Beast yang bangkit sebelum usia 18 adalah bukti nyata bahwa pemiliknya membawa Warisan Purnama. Kekuatan yang mampu mengendalikan Qi bulan, yang dicari-cari oleh sekte dan istana untuk kekuasaan tak terbatas.
Tapi itu juga kutukan. Kutukan yang memaksa Ritual Ikatan Tubuh dilakukan secepatnya, jika tidak, energi Yin yang kelebihan akan membakar hidup sang pemilik.
“Ayah… ini sakit,” rintih Lian Yue, suaranya lemah. “Panas sekali. Aku… aku butuh—”
Ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Insting spirit beast-nya yang baru bangkit menuntut apa yang dibutuhkannya: energi Yang yang kuat dan stabil. Pasangan.
Lian Shuyuan tidak punya waktu untuk menjelaskan. Di kejauhan, ia mendengar suara gemuruh yang mendekat—suara derap kaki Spirit Beast yang berlari kencang, disertai hembusan Qi dari ratusan cultivator yang bergerak cepat.
Mereka melihat cahayanya. Para pemburu Sekte sudah datang.
“Dengarkan aku, Yue! Tidak ada waktu!” Shuyuan mencengkeram bahu putrinya, matanya menatap tajam, penuh keputusasaan. “Warisanmu telah bangkit. Sekte Cahaya Putih, Sekte Serigala Merah, dan para penjaga istana… mereka semua akan datang. Mereka tidak ingin membantumu, mereka ingin mengambil, menguras, atau menjadikanmu alat.”
Ia menyerahkan sebuah jimat giok kecil, berkilauan samar. “Ambil ini. Jangan pernah lepaskan! Aku akan menahan mereka di gerbang depan. Kau harus lari, lari ke Hutan Roh Kuno. Jangan pernah melihat ke belakang.”
Lian Yue menggeleng, air mata mulai menggenang. “Aku tidak mau meninggalkan Ayah!”
“Kau harus, anakku! Ini takdirmu. Rubah perakmu… ia adalah kuncinya. Dengarkan baik-baik: jangan biarkan siapapun menyentuhmu. Sentuhan mereka akan mempercepat Ritual Ikatan Tubuh yang belum waktunya. Dan jika itu terjadi dengan orang yang salah, kekuatanmu akan terkunci selamanya.”
Ia memeluk putrinya erat-erat, ciuman terakhir yang terasa begitu berat. “Lari. Bertahanlah sampai kau menemukan pasangan yang ditakdirkan, yang energinya bisa menstabilkanmu tanpa paksaan. Ingat: Qi bulanmu akan menarik naga. Carilah Naga.”
Kalimat terakhir itu, yang selalu ia ucapkan sejak Lian Yue masih kecil, kini terasa seperti mantra yang mengerikan.
Lian Shuyuan segera mendorong Lian Yue ke lorong belakang. Begitu putrinya menghilang, ia menghela napas, meraih pedang cultivation-nya yang tua, dan berjalan tegar ke gerbang depan. Ia harus membeli waktu.
Lian Yue berlari.
Kaki telanjangnya terasa kebas karena menginjak tanah dingin, tapi sensasi terbakar di dalam dirinya jauh lebih parah. Ia menahan isak tangis, matanya fokus pada satu-satunya jalan keluar: celah sempit di antara dua pohon beringin raksasa menuju kegelapan Hutan Roh Kuno.
Ia bisa mendengar suara ledakan di belakangnya. Sekte-sekte itu tidak main-main. Mereka langsung menyerang. Ayahnya sedang bertarung sendirian. Rasa bersalah menusuknya, tapi ia tahu ia harus hidup—demi warisan ini, demi janji pada ayahnya.
Qi rubah di dalam dirinya masih liar, menuntut pemenuhan. Setiap langkah yang ia ambil seolah memancarkan aroma manis yang hanya bisa dicium oleh Spirit Beast lainnya, atau para cultivator tingkat tinggi yang terlatih. Itu adalah aroma yang mengundang bahaya dan nafsu.
Ketika ia mencapai pinggir hutan, ia berhenti sejenak, melihat ke belakang. Langit di atas rumahnya kini dipenuhi percikan api dan kilatan cahaya Qi.
“Ayah…”
Ia harus segera masuk.
Begitu ia menjejakkan kaki ke Hutan Roh Kuno, kegelapan langsung menelannya, namun ia merasa sedikit terlindungi. Pohon-pohon setua ribuan tahun menjulang tinggi, menutupi Purnama, hanya menyisakan celah-celah kecil yang memungkinkan cahaya perak menembus.
Lian Yue terus berlari tanpa tujuan, jimat giok di genggamannya terasa dingin dan menenangkan. Ia berlari hingga kakinya lecet dan paru-parunya serasa mau meledak. Ia akhirnya terjatuh di akar pohon besar, terengah-engah.
Ia mencoba menarik Qi bulan untuk memulihkan energinya, tapi alih-alih meredakan, Qi bulan itu malah menyulut hasrat terlarang di dalam dirinya.
“Aku harus menguncinya,” pikirnya putus asa.
Ia menutup mata dan mencoba menenangkan Rubah Ekor Perak, yang kini sudah menjadi entitas sadar di alam spiritualnya. Namun rubah itu menolak, menendang-nendang batinnya, menyalurkan insting alami untuk mencari pasangan.
Tiba-tiba, ia mendengar suara. Bukan suara pertempuran, melainkan suara desisan yang berat, disusul bau besi dan tembaga yang samar-samar.
Beberapa sosok berbaju hitam muncul dari balik semak-semak. Mereka tidak memakai lambang Sekte, mereka adalah pemburu, mata-mata, atau mungkin, bawahan Lord Hei Wenzhan, pemimpin organisasi gelap yang terkenal kejam.
Wajah pria yang memimpin kelompok itu menyeringai, giginya terlihat kuning di bawah cahaya redup. Matanya bersinar tamak, menatap Lian Yue dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Lihat apa yang kita temukan. Rubah kecil yang indah, terlepas dari kandangnya,” desisnya. Ia melangkah mendekat, matanya terpaku pada cahaya perak samar yang masih memancar dari kulit Lian Yue.
“Energi Yin yang sangat murni. Warisan Purnama… Tuan Besar akan sangat senang,” lanjutnya, menjulurkan tangan yang panjang dan kotor. “Jangan takut, nona kecil. Kami akan melakukan Ritual Ikatan Tubuh yang singkat untukmu. Setelah itu, energimu akan menjadi milik kami.”
Lian Yue panik. Seluruh tubuhnya menegang. Ia tahu apa yang dimaksud dengan ‘ritual’ oleh orang-orang licik ini. Itu adalah pemaksaan, pencurian energi spiritualnya.
Ia bangkit, tubuhnya gemetar, dan tanpa berpikir, ia melepaskan gelombang Qi pertamanya—Qi rubah yang baru bangkit.
Wuoooosh!
Gelombang perak itu melesat. Itu kuat, sangat kuat, tapi liar dan tanpa arah. Qi itu hanya mengenai pohon di belakang para pemburu, meledakkannya menjadi serpihan kayu.
Para pemburu itu tertawa. “Lihat? Tidak ada kontrol. Dia bahkan tidak tahu cara memegang pedangnya. Ambil dia!”
Mereka menyerbu, gerakannya cepat dan profesional. Lian Yue mundur, tapi ia tidak sebanding dengan tiga cultivator berpengalaman. Kakinya tersandung akar.
Ia menutup mata, pasrah. Tangan kasar itu hampir menyentuhnya—ia bisa merasakan napas bau tembakau si pemimpin kelompok itu di wajahnya.
Tiba-tiba, udara terasa berat. Sangat berat.
Bukan karena Qi bulan yang dingin, melainkan Qi Yang yang panas, padat, dan menindas. Rasanya seperti sebuah gunung berapi baru saja bangkit di dekatnya.
Para pemburu itu berhenti bergerak, wajah mereka yang tadinya penuh kesenangan kini membeku dalam ketakutan.
“Siapa di sana?!” teriak si pemimpin dengan suara bergetar.
Hening. Hanya suara mendesis yang semakin keras, seperti api yang membakar udara.
Lian Yue memberanikan diri membuka mata.
Di atas cabang pohon besar di belakang para pemburu, sebuah siluet duduk dengan santai. Pakaiannya serba hitam, jubah panjangnya yang tebal seolah menyerap semua cahaya bulan. Wajahnya tersembunyi dalam bayangan, tapi ia bisa melihat mata pria itu.
Mata yang berkilauan seperti emas cair di dalam kegelapan. Dingin, tanpa emosi, dan mematikan.
Pria itu bergerak. Bukan melompat, tapi melayang turun, gerakannya sehalus sutra, namun auranya sekuat baja.
Saat kakinya menyentuh tanah, sebuah Spirit Beast raksasa di belakangnya mengeluarkan suara geraman rendah. Hanya suara itu saja sudah membuat tanah bergetar, dan Qi para pemburu langsung ambruk.
Spirit Beast itu… adalah seekor Naga Hitam.
Shen Ryuko, Pewaris Sekte Naga Hitam, telah tiba.
“Aku tidak suka sampah bermain di wilayah Sekte-ku,” ucap suara itu. Nadanya datar, dingin, seolah sedang mendiskusikan cuaca. Namun, suara itu membawa otoritas tak terbantahkan yang membuat Lian Yue merinding.
Para pemburu itu langsung berbalik, wajah mereka pucat pasi. Mereka mencoba melarikan diri, tapi Naga Hitam itu terlalu cepat.
Dalam sekejap, Ryuko bergerak. Tidak ada kilatan pedang, tidak ada mantra yang rumit. Hanya gerakan tangan yang elegan, melepaskan gelombang Qi Naga Hitam yang murni.
BLAAAR!
Suara itu memekakkan telinga. Para pemburu itu bahkan tidak sempat berteriak; mereka terlempar ke udara seperti boneka kain, menghantam pohon-pohon dengan keras sebelum jatuh tak bergerak.
Semua terjadi kurang dari lima tarikan napas.
Keheningan kembali melanda hutan. Lian Yue tertegun, melihat pemandangan di depannya dengan mata terbelalak. Dia adalah pembunuh, ya, tapi dia baru saja menyelamatkan hidupnya.
Pria berbaju hitam itu berbalik, dan kini, Lian Yue bisa melihat wajahnya dengan jelas. Wajahnya tampan, dengan pahatan tegas, rahang yang keras, dan bibir yang tipis. Dia memang seperti Naga—bangga, kejam, dan sangat berbahaya.
Ryuko berjalan perlahan, mendekati Lian Yue yang masih terduduk di tanah. Aroma rempah-rempah yang tajam, dingin, dan maskulin menyelimuti udara.
Lian Yue mencoba mundur, insting rubahnya tiba-tiba menjadi sangat gelisah. Rubah itu tidak takut pada Naga, tapi justru… tertarik.
“Kau yang menyebabkan suar Qi tadi,” kata Ryuko, bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan. Mata emasnya meneliti Lian Yue, dari rambut hitamnya yang kusut hingga kaki telanjangnya yang kotor.
Lian Yue menelan ludah. Ia mencoba bicara, tapi suaranya tercekat. “Aku… aku tidak sengaja.”
“Spirit Beast Rubah Ekor Perak,” Ryuko menyimpulkan, nadanya masih datar. “Kebangkitan dini. Warisan Purnama.” Ia mengucapkan kata-kata itu dengan kecepatan seorang ahli yang sudah tahu segalanya.
Ryuko berlutut di depannya, gerakan yang seharusnya lembut namun terasa menindas.
Lian Yue terlalu takut untuk bergerak. Ia merasakan panasnya Qi Yang pria itu menyentuh kulitnya, dan demi Tuhan, itu terasa sangat nyaman hingga bagian sensitif Spirit Beast-nya merespons dengan sensasi menggelitik yang tak terkendali.
“Lian Yue.”
Ryuko memanggil namanya, meskipun ia yakin belum pernah memperkenalkan diri. Ia mengulurkan tangan.
Tangan itu besar, kuat, dan bersih. Lian Yue ragu, tapi Qi rubah di dalam dirinya menjerit: Sentuh dia!
Dengan keberanian yang didorong oleh keputusasaan, dan dorongan gairah aneh dari Spirit Beast-nya, Lian Yue mengangkat tangannya dan menyentuh telapak tangan Ryuko.
Saat kulit mereka bersentuhan—bukan sentuhan biasa, bukan sentuhan ramah.
ZHINGGG!
Sebuah ledakan spiritual terjadi. Bukan ledakan fisik, tapi ledakan Qi.
Qi Rubah perak Lian Yue, yang penuh Yin, dan Qi Naga Hitam Shen Ryuko, yang penuh Yang, langsung menyatu, berputar-putar liar seperti dua sungai yang baru bertemu. Rasa sakit yang tadi ia rasakan kini berubah menjadi kehangatan yang mendalam dan euforia yang memabukkan.
Lian Yue terkesiap, matanya membelalak. Ia melihatnya, di punggung tangan Ryuko, sebuah tanda yang samar, berkilauan seperti sisik naga kecil, baru saja muncul. Tanda yang sama terasa berdenyut di bawah tato rubahnya.
Reaksi itu… Reaksi itu adalah tanda bahwa mereka ditakdirkan.
Sebuah Ritual Ikatan Tubuh telah memercik, bahkan hanya dari sentuhan kulit.
Lian Yue merasakan kesadaran meninggalkannya, tubuhnya terlalu kewalahan oleh fusi Qi yang kuat dan tiba-tiba ini. Ia pingsan, jatuh ke depan, tepat ke pelukan Shen Ryuko.
Pewaris Sekte Naga Hitam itu, yang dikenal dingin dan tak tersentuh, kini membeku. Ia menatap gadis tak sadar yang ada di dekapannya, lalu menatap tanda baru di punggung tangannya.
Ia akhirnya menyadari fakta yang mengerikan:
Lian Yue, gadis buronan dengan Warisan Purnama, adalah pasangan jiwa yang ditakdirkan untuknya. Pasangan yang harus menjalani Ritual Ikatan Tubuh dengannya, untuk menyempurnakan kedua Spirit Beast mereka.
Ryuko mendengus, matanya yang keemasan kini mengandung campuran gairah dan bahaya. Ia menarik tubuh Lian Yue ke dekapannya, merasakan kehangatan Yin-nya yang menstabilkan Qi Yang-nya yang selalu berlebihan. Ia tahu, mulai malam ini, gadis ini adalah miliknya.
”Aku menyelamatkanmu, Rubah kecil. Tapi aku juga akan mengklaimmu.”
Ia membawa tubuh Lian Yue dan Spirit Naga Hitam-nya melesat ke udara, menuju puncak gunung hitam, menuju Sekte Naga Hitam yang dingin dan suram. Membawa sebuah takdir yang akan memicu perang di seluruh Negeri Qingya.