NovelToon NovelToon
Muslimah Gen Z: Iman,Cinta, Dunia.

Muslimah Gen Z: Iman,Cinta, Dunia.

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Teen Angst / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Berondong
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: syah_naz

Namaku Syahnaz Fakhira az-Zahra, berusia delapan belas tahun.
Aku baru saja menyelesaikan pendidikan selama enam tahun di Pondok Pesantren Darfal — sebuah pondok perempuan di salah satu kota di Jawa yang dikenal dengan kedisiplinan dan kedalaman ilmunya.

Selama enam tahun di sana, aku belajar banyak hal; bukan hanya tentang ilmu agama, tetapi juga tentang kehidupan. Aku tumbuh menjadi seseorang yang berusaha menyeimbangkan antara iman dan ilmu, antara agama dan dunia.

Sejak dulu, impianku sederhana namun tinggi — melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar di Kairo, menuntut ilmu di tanah para ulama. Namun, takdir berkata lain.
Di tahun kelulusanku, ayah meninggal dunia karena serangan jantung. Dunia seolah runtuh dalam sekejap.
Aku sangat down, tertekan, dan rapuh.
Sejak kepergian ayah, keadaan ekonomi keluarga pun memburuk. Maka, aku memilih pulang ke rumah, menunda impian ke luar negeri, dan bertekad mencari pekerjaan agar bisa membiayai ibuku sekaligus untk kuliah.
lanjut? 🤭

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syah_naz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

saat es itu mulai mencair

Di depan pintu, Reyhan masih berdiri lama. Ucapan Syahnaz tadi terus terngiang di kepalanya, menampar sisi logika yang sempat dikuasai emosi.

Napasnya berat, tangan mengepal di sisi tubuh. Tapi perlahan genggamannya mengendur.

Dengan kesal ia mundur beberapa langkah, lalu menjatuhkan diri ke sofa ruang tamu.

Ruangan itu gelap, hanya cahaya rembulan yang menyelinap lewat celah tirai, memantul lembut di wajahnya yang masih tegang.

Reyhan menatap langit-langit dengan pandangan kosong, pikirannya masih bergelut antara marah dan logika—hingga akhirnya, lelah menekan emosi sendiri, ia tertidur begitu saja di atas sofa itu.

---

Pagi menyapa lembut melalui cahaya jingga yang menembus jendela. Syahnaz membuka mata perlahan, menguap kecil, lalu merentangkan tubuhnya sambil bergumam pelan,

“Hmm... udah pagi rupanya...”

Rambutnya masih acak-acakan khas bangun tidur, sebagian jatuh ke wajah. Ia berjalan ke luar kamar dengan langkah malas, sekadar ingin memastikan apakah Reyhan masih di rumah atau sudah pergi.

Namun ketika melirik ke arah ruang tamu, sofa itu sudah kosong. Dahi Syahnaz berkerut heran.

“Hilang ke mana orang ini?” gumamnya pelan.

Langkahnya membawanya ke dapur. Aroma gurih menyapa hidungnya — wangi nasi goreng yang baru matang.

“Hmm... wangi banget...” ucapnya tanpa sadar, matanya setengah terpejam menikmati aroma itu.

Tiba-tiba terdengar suara deheman pelan di belakangnya.

“Ehem...”

Syahnaz spontan menoleh — dan duk!

Dahi mereka saling berbenturan cukup keras.

“Aduhh!!” keduanya meringis bersamaan. Syahnaz refleks memegang kepalanya sambil melotot kesal.

“Akhh! Bikin kaget aja!” serunya.

Reyhan yang berdiri di depannya malah terkekeh kecil, menahan tawa.

“Ngapain nyengir, sih?” gumam Syahnaz sebal, memandangnya heran.

Reyhan menyilangkan tangan di dada, masih tersenyum geli.

“Hmm... ternyata kamu mirip singa jantan ya?”

“Maksudnya?” Syahnaz menatapnya dengan alis bertaut, belum mengerti arah pembicaraan.

“Selain rambutmu cokelat,” Reyhan menunjuk ke arah kepala Syahnaz, “itu juga... mekar, acak-acakan, kayak singa baru bangun tidur.”

Syahnaz terdiam sesaat, lalu refleks menyentuh rambutnya sendiri.

Sekian detik kemudian —

“YA ALLAH! Aku belum pakai kerudung!!” batinnya menjerit. Wajahnya langsung memanas, campuran malu dan panik. Dengan cepat ia berbalik dan berlari ke kamarnya, menutup pintu rapat-rapat.

Reyhan tertawa kecil, puas melihat reaksi spontan adiknya itu.

Di balik pintu, Syahnaz menepuk keningnya sendiri.

“Duh Syahnaz! Bisa-bisanya jalan santai tanpa kerudung di depan orang!”

Lalu ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

“Tenang, Syahnaz... dia itu kakakmu, mahrommu... nggak apa-apa... tapi... duh! Rambut singa katanya!” ujarnya pelan sambil merapikan rambutnya lalu menaruh kerudung diatas kepalanya, pipinya masih merah karena malu.

Sementara di luar, Reyhan hanya tersenyum tipis dan berbisik kecil,

“lucu banget tuh bocil. Ada ada aja kelakuannya "

____

Sementara didalam kamar....

Syahnaz berdiri di depan cermin besar di meja riasnya, wajahnya masih terlihat kesal.

“Orang cantik begini, bisa-bisanya disamain sama singa…” gerutunya sambil mengambil sisir dan mulai merapikan rambutnya.

Rambut cokelat keemasan miliknya tampak lembut, sedikit bergelombang dengan kilau alami yang memantul terkena cahaya pagi. Ia menyisirnya perlahan sampai rapi, lalu menguncirnya tinggi seperti ekor kuda.

“Huhh!” desahnya pelan, menatap pantulan dirinya di cermin.

“Tuh kan... cakep.”

Namun tak lama, ia tersenyum kecil sambil menggeleng.

“Maa syaa Allaah, Syahnaz... jangan lupa maa syaa Allaah-nya,” ucapnya pelan menegur diri sendiri, lalu berjalan ke kamar mandi untuk mandi.

Beberapa menit kemudian, dari luar kamar terdengar suara Reyhan mengetuk pintu.

“Syahnaz?!” panggilnya sambil mengetuk pelan.

Tak ada jawaban.

Reyhan pun mencondongkan tubuh, membuka pintu kamar sedikit.

“Syahnaz, kakak masuk yaa...” ucapnya pelan sambil melangkah hati-hati.

Kamar itu rapi, hanya terdengar suara air dari kamar mandi.

“Lama banget ni bocil…” gumamnya kecil, separuh jengkel, separuh geli.

Reyhan mengetuk pintu kamar mandi,

“Syahnaz! Kakak pulang ya?! Kamu kelamaan mandinya!” serunya.

Dari dalam, terdengar suara gumaman samar tanda Syahnaz mengiyakan.

Reyhan tersenyum tipis.

“Itu tadi kakak bikin nasi goreng udang di atas meja. Tinggal dimakan aja. Cepetan mandinya, keburu dingin.”

Tak ada jawaban. Reyhan menghela napas pelan, menatap pintu itu sesaat, lalu bersandar di dinding.

Ia tahu adiknya masih sedikit kesal karena olokannya tadi. Maka ia pun tersenyum kecil dan berkata lembut,

“By the way... kamu cantik, Syahnaz. Nggak kayak singa. Rambutmu juga cantik... kakak tadi cuma bercanda.”

Ia terkekeh kecil, suaranya terdengar tulus.

“Hm, kalau gitu kakak pulang dulu, ya. Assalamu’alaikum.”

Lalu ia melangkah pergi, menutup pintu perlahan di belakangnya.

Sementara dari dalam kamar mandi, Syahnaz yang mendengar setiap kata itu hanya terdiam, menatap cermin kecil di depannya, lalu tersenyum samar.

“Wa’alaikumussalam... makasih, kak...” gumamnya didalam hati dengan tersenyum melihat bahwa Reyhan mulai bisa mencair kepada nya.

...----------------...

Setelah semua urusan beres, Syahnaz bergegas menuju kampus untuk mendaftar ulang, membawa map berisi ijazah dan berkas-berkas lengkap.

Di depan gerbang kampus UIN Jakarta, ia berhenti sejenak, menatap bangunan besar itu dengan napas yang ditarik panjang.

“Bismillaahirrahmaanirrahiim... Kamu pasti bisa, Syahnaz. Ada doa Ummi yang selalu menyertaimu, dan doa orang-orang yang tulus mendoakanmu,” ucapnya pelan sambil menepuk dadanya, memberi semangat pada diri sendiri sebelum melangkah masuk.

Setelah proses wawancara selesai, siang itu ia keluar dari gedung dengan wajah lega. Tapi langkahnya terhenti ketika dari kejauhan seseorang berlari kecil menghampirinya—seragam SMA-nya tidak rapi, dasinya longgar, dan rambutnya agak acak-acakan.

“Huuhh...” napasnya masih tersengal, menyeka keringat di dahinya.

“Rakha?!” seru Syahnaz kaget.

“Hai...” sapa Rakha dengan napas belum teratur, mencoba tersenyum.

“Ngapain kamu di sini? Bolos lagi, hah?!” ucap Syahnaz dengan nada setengah tinggi, tak bisa menutupi kekesalannya.

Rakha hanya terkekeh santai. “Lagi males sekolah,” ucapnya ringan dengan senyum tengil khasnya.

Lalu dari saku bajunya, ia mengeluarkan sebatang rokok dan hendak menyalakannya.

“Heh! Jangan!!” seru Syahnaz spontan, menepis rokok itu hingga jatuh ke tanah.

Rakha terkejut, menatap Syahnaz yang kini memasang wajah marah.

“Ngapain kamu kayak gitu segala, hah?! Bukannya sekolah malah ngerokok!” ucap Syahnaz tajam.

Tanpa pikir panjang, ia merogoh saku Rakha dan mengambil seluruh bungkus rokoknya.

“Eh! Mau dibawa ke mana punya gue?!” protes Rakha, setengah berlari mengejar Syahnaz.

Syahnaz berhenti di dekat pohon, menatap bak sampah di depannya, lalu tersenyum kecil.

Dengan tenang ia melempar bungkus rokok itu ke dalamnya.

“Tidakkkk!!!” seru Rakha dramatis, tapi sudah terlambat.

Rokoknya kini berakhir di dasar tong sampah.

Ia menunduk pasrah, sementara Syahnaz mendekat dan bersedekap, menatapnya tegas.

“Kenapa kamu bisa ngerokok kayak gitu, hah?” tanyanya dalam nada lembut tapi menusuk.

Rakha menunduk sesaat, lalu mendongak perlahan. Tatapan matanya berubah lebih lembut namun penuh kenakalan. Ia mendekat dan berbisik di telinga Syahnaz,

“Gabut.”

“Ihh, aku kira apa… ternyata gabut doang,” gerutu Syahnaz, mendengus kesal karena menyangka Rakha bakal mengatakan sesuatu yang serius.

Rakha malah tertawa puas, melihat wajah kesal Syahnaz.

“Oke, oke, gue jawab beneran nih.” Ia bersandar santai di tiang dekat situ.

“Gue ngerokok... karena gue suka. Enak.”

Tatapan mata nakalnya menggodanya, bibirnya terangkat setengah senyum.

“Gue suka, canduu...” ucapnya lagi, nada suaranya dibuat santai tapi jelas menggoda.

Syahnaz hanya bisa mendengus keras sambil menatapnya dengan tatapan “ni bocah ngeselin banget”.

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Goresan_Pena421
Kerenn, novel yang lain sudah duluan menyala, tetaplah berkarya Thor. untuk desain visual bisa juga pakai bantuan AI kalau-kalau kaka Authornya mau desain sendiri. semangat selalu salam berkarya. desain covernya sangat menarik.
Goresan_Pena421: sama-sama kka.
total 2 replies
Goresan_Pena421
☺️ kak kalau mau desain Visualnya juga bisa kak, buat pakai aplikasi Bing jadi nanti Kaka kasih pomprt atau kata perintah yang mau Kaka hasilkan untuk visualnya, atau pakai Ai seperti gpt, Gemini, Cici, atau meta ai wa juga bisa, kalau Kaka mau mencoba desain Visualnya. ini cuma berbagi Saja kak bukan menggurui. semangat menulis kak. 💪
Goresan_Pena421: ☺️ sukses selalu karyanya KA
total 2 replies
Goresan_Pena421
☺️ Bravo Thor, semangat menulisnya.
untuk desain Visualnya bagus membuat para pembaca bisa masuk ke alurnya.

Salam literasi.
Goresan_Pena421
wah keren si udh bisa wisuda di umur semuda itu....
sambil baca sambil mikir berarti lulus SMAnya umur 17th.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!