NovelToon NovelToon
Suami Setengah Pakai

Suami Setengah Pakai

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Aku terbiasa diberikan semua yang bekas oleh kakak. Tetapi bagaimana jika suaminya yang diberikan kepadaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Kemenangan Danu di ruang rapat dan rekonsiliasi heningnya dengan sang ayah adalah awal dari sebuah musim semi yang baru bagi keluarga Wijoyo. Kabut tebal berupa ambisi dan dendam masa lalu yang selama ini menyelimuti mansion megah itu perlahan sirna, digantikan oleh cahaya matahari pagi yang terasa hangat dan penuh harapan.

Danu tidak serta-merta mengambil alih perusahaan ayahnya. Sebaliknya, ia membentuk sebuah tim transisi yang solid, menempatkan orang-orang profesional yang ia percaya di posisi-posisi kunci. Visinya untuk membangun perusahaan yang lebih manusiawi dan berintegritas mulai diimplementasikan, langkah demi langkah. Dia tidak lagi bekerja hingga larut malam. Prioritasnya telah berubah. Setiap pukul lima sore, ia akan menutup laptopnya dan berkata pada asistennya, "Sisanya kita lanjutkan besok. Saya punya janji penting dengan istri dan calon anak saya."

Hubungannya dengan ayahnya juga memasuki babak baru yang canggung namun indah. Hermawan Wijoyo, sang taipan yang dulu begitu perkasa, kini lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi roda di teras, ditemani oleh seorang perawat. Dia masih kesulitan berbicara, tapi matanya... matanya kini berbicara banyak. Setiap kali Danu duduk di sampingnya, menceritakan perkembangan perusahaan atau sekadar membacakan berita, aku bisa melihat kilat kebanggaan dan penyesalan yang berbaur di sorot matanya yang menua.

Mereka tidak pernah secara terbuka membahas luka masa lalu. Tapi pengampunan terasa mengalir di antara mereka melalui gestur-gestur kecil. Melalui cara Danu membetulkan selimut ayahnya, atau cara ayahnya menepuk-nepuk lengan Danu dengan tangannya yang masih lemah saat Danu berhasil memenangkan sebuah tender penting. Mereka sedang belajar untuk menjadi ayah dan anak kembali.

Bulan kesembilan kehamilanku tiba bersamaan dengan musim hujan. Di luar, langit seringkali kelabu dan muram, tapi di dalam hati kami, pelangi telah merekah dengan indahnya. Kami memutuskan untuk tinggal di mansion itu hingga bayinya lahir. Ibu Danu tidak akan membiarkan kami pergi. Dia telah mengubah salah satu paviliun taman menjadi sebuah nursery yang lebih indah dari majalah interior mana pun, lengkap dengan dinding yang dilukis dengan gambar bintang-bintang dan binatang hutan yang lucu.

Kak Binar juga sering datang berkunjung di akhir pekan. Dia akan datang dengan membawa hadiah-hadiah aneh untuk calon keponakannya—mulai dari set kuas lukis ukuran bayi hingga ensiklopedia mini tentang dinosaurus.

"Anakmu harus jadi jenius, Rin!" katanya dengan antusias. "Aunty-nya akan pastikan itu."

Kami akan duduk bertiga di teras—aku, Kak Binar, dan Ibu Danu—menikmati teh sore sambil merajut baju bayi, bertukar cerita, dan tertawa. Pemandangan itu, yang setahun lalu terasa mustahil, kini menjadi kenyataan yang begitu alami. Kami telah menjadi sebuah keluarga yang utuh, yang disatukan bukan oleh ikatan darah semata, tapi oleh luka bersama yang telah berhasil kami sembuhkan.

Malam itu, saat hujan turun dengan derasnya, aku merasakan kontraksi pertamaku. Semuanya terjadi begitu cepat. Kepanikan yang manis menyelimuti seluruh rumah. Danu, yang biasanya begitu tenang, tampak sedikit panik saat ia membantuku masuk ke mobil. Ayah dan ibunya menyusul di mobil belakang. Bahkan Kak Binar, yang kebetulan sedang menginap, ikut serta dengan wajah cemas sekaligus bersemangat.

Di rumah sakit, saat aku berjuang di ruang bersalin, Danu tidak pernah melepaskan genggaman tanganku. Dia membisikkan kata-kata penyemangat, menyeka keringat di dahiku, dan menjadi batu karangku di tengah badai rasa sakit. Di matanya, aku tidak melihat ketakutan, hanya cinta dan kekaguman yang tak terbatas.

Dan kemudian, diiringi oleh suara tangisan pertama yang memecah keheningan fajar, putra kami lahir ke dunia.

Mereka meletakkannya di dadaku. Bayi mungil yang merah, berkerut, dan begitu sempurna. Aku menatap wajahnya, lalu menatap Danu yang menangis tanpa suara di sampingku. Di momen itu, semua rasa sakit, semua perjuangan, semua air mata dari tahun-tahun sebelumnya terasa terbayar lunas. Ini adalah hadiah kami. Pelangi kami setelah hujan yang begitu panjang.

Kami menamainya Banyu Biru Wijoyo. 'Banyu' yang berarti air, sebagai pengingat akan hujan yang telah kami lalui bersama. Dan 'Biru', sebagai simbol dari langit cerah yang kini terbentang di hadapan kami.

Kelahiran Banyu membawa gelombang kebahagiaan baru yang menyapu bersih sisa-sisa kesedihan. Kakeknya, Hermawan Wijoyo, menangis untuk pertama kalinya sejak ia sakit saat Danu meletakkan cucu pertamanya itu di pangkuannya. Dengan tangan yang bergetar, ia mengusap kepala mungil Banyu, sebuah gestur penuh cinta yang meruntuhkan sisa-sisa terakhir dari citra kerasnya.

Neneknya tidak pernah lelah menggendongnya, menyanyikan lagu-lagu pengantar tidur dari masa kecil Danu. Dan Aunty Binar... dia adalah aunty yang paling heboh. Dia akan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menatap Banyu, mengganti popoknya dengan ahli, dan sudah merencanakan sekolah seni mana yang terbaik untuknya kelak.

Enam bulan kemudian.

Aku berdiri di halaman belakang rumah kami yang dulu, rumah kecil kami yang telah kami renovasi menjadi lebih luas. Studio lukisku kini memiliki jendela kaca besar yang menghadap langsung ke taman. Di bawah pohon rindang, ayunan kayu yang dulu dirakit Danu kini terisi. Bukan oleh Banyu yang masih terlalu kecil, melainkan oleh Kak Binar yang sedang duduk santai sambil membaca buku.

"Jangan melamun terus, Bu! Nanti lukisannya nggak selesai-selesai!"

Suara Danu membuyarkan lamunanku. Dia berjalan menghampiriku dari arah teras, mendorong kereta bayi di mana Banyu tertidur pulas, pipinya yang tembam tampak begitu damai.

"Aku tidak melamun," kataku sambil tersenyum, meletakkan kuasku. "Aku hanya sedang... bersyukur."

Danu berdiri di belakangku, melingkarkan lengannya di pinggangku dan meletakkan dagunya di bahuku, sama seperti yang dilakukannya saat ia melamarku dulu. Kami bertiga—aku, dia, dan Banyu dalam dekapannya—menatap pemandangan di hadapan kami.

Di kejauhan, Ayah dan Ibu sedang berbincang dengan Hermawan Wijoyo dan istrinya di bawah gazebo. Mereka telah menjadi sahabat karib. Ayah mertuaku, dengan bantuan terapi yang intens dan semangat baru dari cucunya, kini sudah bisa berjalan perlahan dengan bantuan tongkat.

Dan di ayunan itu, ada kakakku, yang telah menemukan kedamaiannya sendiri. Dia tidak lagi mencari cinta dari luar, karena dia telah menemukannya di dalam dirinya sendiri dan dalam perannya sebagai tante yang luar biasa. Dia bahkan sudah mulai berkencan lagi, dengan seorang kurator seni yang ditemuinya di salah satu pameran, kali ini dengan hati yang terbuka dan tanpa ekspektasi yang membebani.

Danu mengecup puncak kepalaku. "Siapa yang akan menyangka, setahun yang lalu, kita akan berada di sini?" bisiknya.

"Aku," jawabku.

Dia menatapku dengan heran. "Kamu?"

"Iya," kataku, berbalik untuk menatapnya. "Jauh di dalam hatiku yang paling dalam, bahkan di saat-saat tergelapku, aku selalu percaya pada pelangi. Aku selalu percaya bahwa setelah hujan yang paling deras sekalipun, matahari akan selalu menemukan cara untuk bersinar kembali."

Dia tersenyum, senyum yang bisa menerangi seluruh duniaku. Dia menunduk dan menciumku, sebuah ciuman yang tidak lagi terasa seperti penebusan dosa atau janji masa depan, melainkan perayaan masa kini. Perayaan akan cinta yang utuh, keluarga yang telah diperbaiki, dan kedamaian yang telah kami perjuangkan dengan susah payah.

Kisahku dimulai dengan sebuah judul yang menyakitkan: "Suami Setengah Pakai". Aku adalah seorang gadis yang selalu mendapatkan barang bekas. Tapi kini, aku sadar, aku salah. Aku tidak pernah mendapatkan barang bekas. Aku hanya mendapatkan sesuatu yang belum menemukan potensi penuhnya.

Danu bukanlah suami setengah pakai. Dia adalah seorang pria yang tersesat, yang membutuhkan cinta yang tulus untuk menunjukkan jalan pulang. Kak Binar bukanlah kakak yang jahat. Dia adalah jiwa yang terluka, yang membutuhkan pengampunan untuk bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Dan aku ... aku bukanlah korban yang malang. Aku adalah seorang pejuang yang menemukan kekuatannya di tengah reruntuhan.

Kami semua adalah kepingan-kepingan yang rusak, yang entah bagaimana, berhasil menemukan cara untuk menyatukan diri kembali, membentuk sebuah mozaik yang jauh lebih indah dan kuat dari sebelumnya.

Saat matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan semburat jingga dan emas, aku menatap semua orang yang kucintai, yang berkumpul di taman kecil kami. Tawa mereka bercampur dengan suara angin sore. Di momen yang sempurna itu, aku tahu bahwa kisahku telah menemukan akhirnya.

Sebuah akhir yang bahagia. Yang ternyata, hanyalah awal dari segalanya.

1
Ma Em
Akhirnya Arini sdh bisa menerima Danu dan sekarang sdh bahagia bersama putra putrinya begitu juga dgn Binar sdh menyadari semua kesalahannya dan sdh berbaikan , semoga tdk ada lagi konflik diantara Arini dan Binar dan selalu rukun 🤲🤲.
Ma Em
Arini keluargamu emang sinting tdk ada yg normal otaknya dari ayahmu ibumu juga kakakmu yg merasa paling benar .
Sri Wahyuni Abuzar
ini maksud nya gimana yaa..sebelumnya arini sudah mengelus perutnya yg makin membuncit ketika danu merakit ayunan kayu..kemudian chatingan sm binar di paris (jaga keponakan aku) ... lhaa tetiba baru mau ngabarin ke ortu nya arini bahwa arini hamil...dan janjian ketemu sama binar di cafe buat kasih tau arini hamil..
kan jadi bingung baca nya..
Sri Wahyuni Abuzar
danu yg nyetir mobil ke rumkit..ayah duduk di kursi samping danu..lalu binar dan ibu nya duduk di kursi belakang..pantas kalau arini bilang dia seperti g keliatan karena duduk di depan..di kursi depan bagian mana lagi yaa bingung aku tuuh 🤔
Noivella: makasih kak. astaga aku baru sadar typo maksudnya kursi paling belakang😭😭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!