JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU IV: KORPS KESEIMBANGAN
BAB 28: DIMENSI YANG MENDIDIH DAN UJIAN PERTAMA
1. Lompatan ke Dimensi Yang Mutlak
Portal yang dilewati Korps Keseimbangan bukanlah terowongan ruang-waktu yang tenang seperti yang menghubungkan Tiga Benua. Itu adalah pusaran energi yang kacau, diciptakan dengan perhitungan yang rumit oleh Kristal Keseimbangan dan dikendalikan oleh perangkat navigasi yang dikembangkan oleh Zeta Enam. Putra Angin berdiri di pusat pusaran, Tongkat Lin Kai-nya berfungsi sebagai stabilisator spiritual.
Korps Keseimbangan terdiri dari sembilan anggota: tiga dari Xianwu (ahli kontrol fisik dan Qi), tiga dari Roh Timur (ahli spiritual dan diplomasi), dan tiga dari Teknologi Barat (ahli sains dan rekayasa).
Ketika mereka muncul, mereka disambut oleh panas yang mendidih dan cahaya yang menyakitkan.
Mereka berada di Dimensi Matahari, sebuah alam yang didominasi oleh Qi Yang Mutlak yang murni dan ekstrem. Tidak ada kegelapan, tidak ada ketenangan, hanya energi yang meledak, kekerasan yang terus-menerus, dan keaktifan yang tak terkendali.
"Ini adalah kebalikan dari Qian Yu," bisik Putra Angin, matanya menyipit karena cahaya yang menusuk. "Qian Yu adalah Kemurnian Yin Mutlak yang dingin. Ini adalah Kemurnian Yang Mutlak yang membakar. Kedua-duanya sama-sama menolak Keseimbangan."
Di Dimensi Matahari, segalanya terbuat dari energi Yang. Tanah adalah kristal panas, sungai adalah lahar yang bersinar, dan langit adalah badai energi yang konstan. Setiap objek memancarkan Qi Yang yang memaksa, mencoba mendorong keluar segala sesuatu yang mengandung Yin atau netralitas.
Putra Angin segera merasakan tekanan. Qi Keseimbangannya mulai berjuang; tubuhnya terasa seperti sedang dipaksa untuk meledak oleh energi Yang yang berlebihan. Rin, si kucing oranye, mengeong kesakitan, Qi Yang-nya sendiri terdistorsi oleh energi Yang yang lebih besar dan kacau.
"Aktifkan Perisai Frekuensi!" perintah Putra Angin.
Tiga anggota dari Barat segera mengaktifkan perisai yang disetel oleh Zeta Enam—sebuah teknologi yang memancarkan frekuensi Yin buatan untuk menyeimbangkan lingkungan. Perisai itu berderak, berjuang melawan tekanan Yang.
"Perisai hanya bertahan dua jam! Kita harus menemukan inti ketidakseimbangan mereka!" lapor Insinyur Tertua, seorang pria Barat bernama Kuro.
"Inti mereka bukanlah makhluk, melainkan prinsip," kata Putra Angin. "Mereka tidak memuja kekuasaan; mereka memuja Aktivitas yang Tidak Pernah Berhenti. Prinsip inilah yang menghancurkan mereka. Mereka akan terbakar habis."
Mereka bergerak, menyusuri kristal panas. Mereka menemukan peradaban di sana: makhluk-makhluk energi yang terus-menerus membangun, menghancurkan, dan membangun kembali dengan kecepatan yang gila. Mereka tidak memiliki kedamaian, tidak ada refleksi; hanya aksi yang terus-menerus. Setiap kali mereka menyelesaikan bangunan, energi Yang-nya terlalu besar dan bangunan itu meledak, dan mereka segera membangunnya kembali. Ini adalah siklus kreasi dan penghancuran yang sia-sia.
"Ini adalah contoh terburuk dari tirani Yang Mutlak," kata Putra Angin. "Kekuatan tanpa tujuan."
2. Strategi Keseimbangan Kontra-Yang
Korps Keseimbangan harus beradaptasi. Metode bertarung mereka tidak boleh menggunakan kekuatan, karena kekuatan mereka akan diserap oleh energi Yang Mutlak di sana.
"Kita harus memperkenalkan Yin. Bukan pertarungan, melainkan introduksi refleksi," kata Putra Angin.
Ahli Diplomasi Spiritual dari Roh Timur, seorang wanita muda bernama Liena, mengusulkan strategi: "Kita harus menemukan titik di mana aktivitas mereka terhenti sejenak, di mana mereka mengalami kelelahan Yang."
Kuro, ahli teknologi, menggunakan sensornya. "Aku mendeteksi satu titik anomali: sebuah struktur yang sudah berkali-kali dihancurkan dan dibangun kembali, tetapi kini ditinggalkan. Itu adalah 'Titik Kelelahan' mereka. Energi Yang di sana stagnan, hampir menyentuh netralitas, sebelum siklus kreasi dimulai lagi."
"Sempurna," kata Putra Angin. "Kita akan menanamkan Keseimbangan di sana."
Mereka menuju ke struktur yang ditinggalkan itu. Di sana, mereka menemukan area yang berwarna abu-abu, dingin—sebuah anomali di tengah Dimensi Matahari.
Saat mereka mendekat, makhluk energi Yang yang lain menyerang. Makhluk-makhluk itu, yang terbuat dari cahaya, menembakkan gelombang energi Yang yang intens.
Putra Angin dan Korps Xianwu mengaktifkan pertahanan mereka. Mereka menggunakan Tongkat Lin Kai, bukan untuk menangkis, tetapi untuk menyerap dan menahan.
"Tongkat Lin Kai, Saluran Keseimbangan!" teriak Putra Angin.
Mereka menyerap energi Yang yang masuk, menahannya di dalam inti Tongkat Lin Kai, dan memaksanya untuk menyeimbangkan diri dengan Qi Keseimbangan mereka sendiri. Ini adalah teknik yang sangat menyakitkan, karena tubuh mereka terasa seperti oven, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk melumpuhkan lawan tanpa menggunakan kekerasan.
Liena, ahli spiritual, menggunakan Qi Spiritual Roh Timur untuk menenangkan. Ia melepaskan gelombang Qi yang tidak memiliki kekerasan, hanya permintaan untuk diam.
Makhluk-makhluk energi Yang menjadi bingung. Mereka terbiasa dengan perlawanan, tetapi mereka tidak terbiasa dengan penyerapan yang tenang. Energi mereka, yang seharusnya memicu kehancuran, justru menjadi tenang di dalam Tongkat Lin Kai.
Makhluk-makhluk itu akhirnya mundur, bingung oleh fenomena non-perlawanan ini.
3. Penanaman Filosofi Yin di Kelelahan Yang
Mereka mencapai struktur yang ditinggalkan. Itu adalah reruntuhan yang sempurna, tidak ada energi yang bergerak, hanya kelelahan yang nyata.
"Saatnya menanamkan Yin," kata Putra Angin.
Mereka mengeluarkan artefak kecil yang dibawa dari Xianwu: Batu Giok Keseimbangan, yang telah diresapi dengan Qi Yin Murni yang disaring dari Raja Bayangan dan Air Mata Naga.
Tujuannya: menanam Batu Giok ini, yang melambangkan refleksi, istirahat, dan kegelapan yang produktif, ke dalam inti kelelahan Yang di dimensi ini.
Liena dan Kuro bekerja sama. Liena menggunakan Qi Spiritualnya untuk membuka saluran dimensi ke Batu Giok. Kuro menggunakan perangkat teknologi untuk menstabilkan medan energi.
"Energi Yang Dimensi ini mencoba menolak Yin. Kita harus memaksakan Keseimbangan," kata Liena, wajahnya tegang.
Putra Angin mendekati Batu Giok. Ia menyentuhnya. Ia mengingat ajaran Tuanku: Yin tidak datang dari kekuatan, tetapi dari penerimaan kelemahan.
Putra Angin memanggil Qi Keseimbangannya, tetapi ia tidak memaksanya masuk. Sebaliknya, ia membiarkan dirinya menjadi lemah. Ia membiarkan Qi Yang di Dimensi Matahari menyerangnya, dan ia menerimanya.
Saat ia berada di ambang kehancuran, Qi Yang di sekitarnya menjadi bingung. Energi itu melihat kelemahan, tetapi tidak melihat keputusasaan—ini adalah Yin yang dipegang teguh.
Inilah momen filosofis yang menentukan: Putra Angin menunjukkan bahwa Keseimbangan sejati adalah kerentanan yang berani.
Batu Giok Keseimbangan segera terserap ke dalam reruntuhan.
WUSH!
Sebuah gelombang keabuan menyebar dari reruntuhan. Gelombang itu tidak menghancurkan; ia menenangkan. Makhluk-makhluk energi Yang, yang berada di dekat gelombang itu, tiba-tiba berhenti membangun. Mereka diam untuk pertama kalinya. Mereka melihat sekeliling, mata mereka memancarkan kebingungan yang sehat.
"Mereka beristirahat," bisik Putra Angin, kelelahan, tetapi lega. "Mereka mengalami Yin, kegelapan, dan kedamaian untuk pertama kalinya."
Siklus kreasi-penghancuran yang sia-sia di Dimensi Matahari terputus. Batu Giok Keseimbangan, yang kini menjadi jangkar dimensi, akan memastikan bahwa Qi Yang di sana selalu memiliki dosis refleksi Yin.
4. Pelajaran di Perbatasan
Korps Keseimbangan kembali ke portal, sukses dalam misi pertama mereka. Mereka membawa kembali Tongkat Lin Kai yang kini terasa dingin, penuh dengan Qi Yang yang telah diserap dan disaring.
Ketika mereka kembali ke Xianwu, mereka disambut oleh para Tetua yang takjub.
"Kau berhasil!" seru Putri Keseimbangan. "Dimensi Matahari kini menunjukkan pola energi yang stabil. Badai energi mereka mereda."
Putra Angin, yang telah belajar banyak, menjelaskan. "Ancaman terbesar bagi kita bukanlah kejahatan, melainkan ekstremitas. Kemurnian Yang Mutlak sama berbahayanya dengan Yin Mutlak. Tuanku tidak mengajarkan kita untuk membunuh kegelapan, tetapi untuk menenangkan cahaya yang terlalu terik."
Pelajaran ini menjadi fondasi bagi Korps Keseimbangan. Mereka menyadari bahwa Jurus Terakhir Tuanku bukan hanya tentang menyegel Qian Yu, tetapi tentang menanamkan filosofi di seluruh Kosmos.
Mereka segera mempersiapkan misi kedua mereka, yang jauh lebih berbahaya: Dimensi Mesin Gila.
Menurut data Zeta Enam, Dimensi Mesin Gila adalah alam yang didominasi oleh teknologi yang sangat murni, bahkan lebih ekstrem daripada Benua Barat lama. Teknologi di sana telah menolak semua bentuk kehidupan organik dan spiritual, melihatnya sebagai noise dalam perhitungan. Alam itu hanya terdiri dari mesin-mesin yang terus-menerus bereplikasi dan mengonsumsi sumber daya, tanpa tujuan selain replikasi itu sendiri.
"Ini adalah tantangan terberat kita," kata Putra Angin, menatap peta holografik. "Dimensi Matahari merespons pada kelemahan filosofis. Dimensi Mesin Gila tidak memiliki filosofi, hanya logika dingin. Kita harus menemukan cara untuk memperkenalkan kehangatan dan kerentanan ke dalam logika mereka."
Mereka membutuhkan sesuatu yang tidak bisa diukur oleh mesin, sesuatu yang sepenuhnya acak dan emosional.
Putra Angin menoleh pada Rin, si kucing oranye, yang sedang tidur di atas Tongkat Lin Kai.
"Rin," bisik Putra Angin, mengusap kepala Rin. "Kita membutuhkanmu."
Ia menyadari bahwa Cinta Murni, Kehangatan Murni, dan Keacakan Murni—yang semuanya diwujudkan oleh Jin dan keturunannya—adalah kebalikan dari logika dingin. Itu adalah noise yang dapat mematikan program tirani.
Korps Keseimbangan mempersiapkan diri: Mereka harus membawa Qi Yang Murni yang paling jujur ke dalam inti logika dimensi itu. Misi ini bukan hanya tentang Keseimbangan Yin-Yang; ini adalah tentang Keseimbangan Logika dan Emosi.
Putra Angin mengambil Tongkat Lin Kai, dan dengan tekad yang tenang, ia melangkah maju, siap untuk membawa warisan Tuanku ke tempat di mana jiwa telah lama dibuang.