Aku Lelah Mengalah

Mata Tania tidak berhenti bergerak menahan rasa gelisah,otak nya bekerja keras mencari cara agar bisa keluar dari tempat pengap ini.

" Bagaimana mungkin Aku bisa berakhir di tempat ini?" keluh nya sambil menarik rambut nya sendiri.

Sedang kan untuk Bu Fitria sengaja di tempatkan di bilik yang berbeda agar ibu dan anak ini tidak lagi bertengkar.Bu Fitria terus menerus menyalahkan Tania atas apa yang sudah menimpa mereka berdua,Bu Fitria bahkan tanpa segan mencakar wajah Tania sampai membuat wajah mulus itu penuh dengan luka gores.

Ekonomi keluarga mereka sedang surut , tidak ada harapan untuk bisa lolos dari tempat ini .belum lagi lawan yang mereka hadapi bukan lah orang yang sembarangan.Delon memiliki bukti yang kuat sementara mereka terperangkap dalam kelicikan yang tidak ada habis nya.

" Obat...Aku butuh obat." teriak Tania dengan tubuh berkeringat dingin dan bibir yang bergetar hebat.

" Aku bisa mati...Berikan obat nya.... Sekarang." pinta Tania lirih.

Pergerakan nya sekarang terbatas,uang pun tidak ada.Tania terpaksa menahan sakit ketika rasa ingin itu tiba-tiba datang di tengah kekacauan hidup nya.

" Delon...Bantu Aku....Aku tidak ingin di sini,Aku butuh obat nya..." Tania menggigit kuku nya sendiri sambil berdiri tegak bersandar pada pagar besi.

" Diam...Jangan berisik." teriak sesama penghuni penjara dari bilik sebelah kanan.

" Kalau butuh obat,beli saja ! Uang memudahkan segala nya, apa-apa butuh uang Mbak." seru yang lain nya.sementara Tania sudah tidak bisa lagi fokus kepada lawan bicara nya ,mata Sonia sayu seperti semangat hidup nya yang sudah hilang, sangking lemah nya Tania jatuh terlentang di atas lantai penuh debu.

" Uang...Ya uang...Delon punya banyak uang." gumam Tania tertawa sendiri sambil mengingat tentang Delon yang kaya dan punya segala nya.

" Aku bisa membeli segala nya menggunakan uang itu! Kartu ku...Di mana kartu ku." sambung nya lagi lalu meraba-raba lantai mencari barang yang dia maksud seakan-akan hidup nya masih baik-baik saja.

Di bilik paling ujung,Bu Fitria tidak berhenti menangis tidak terima ikut terseret dalam masalah Tania.sejak dulu dia sudah meminta Tania untuk berhenti dan berobat.tapi Tania selalu mengelak dari permintaannya dan akhirnya seperti ini jadi nya.

Di dalam apartemen milik Delon yang Tania tempati,polisi menemukan cukup banyak barang bukti.Tania tidak bisa mengelak karena memang barang itu adalah milik nya yang baru saja dia beli dari kenalan nya.

Tubuh Bu Fitria luruh ke lantai tidak percaya dengan apa yang Tania simpan.tanpa Bu Fitria tahu kalau Tania sengaja menggunakan obat terlarang itu demi menghibur diri dari banyak tuntutan yang keluarga tekankan kepada nya.Tania mulai rutin menggunakan nya juga untuk sebagai hiburan karena beban hidup yang semakin bertambah.

" Dasar anak tidak berguna! Bisa nya menyusahkan orang tua saja." kecam Bu Fitria kepada Tania.

" Aku tidak akan menganggap dia sebagai anak lagi jika sampai dia tidak bisa mengeluarkan Aku dari sini."

" Gara-gara dia! Semua kasus penipuan yang sudah lama di tutup kembali di buka lagi,Aku menyesal melahirkan dan membiarkan dia lebih lama hidup di dunia ini." tidak ada kasih sayang atau kata lembut,yang tersisa hanya caci maki penuh dendam untuk Tania.

Padahal selama ini, meskipun sudah mengkhianati Delon , melampiaskan kesepian nya kepada barang yang salah dan sering tidur gonta- ganti pasangan,Tania lah orang yang paling berperan besar dalam keberlangsungan hidup keluarga nya.

Pikiran Bu Fitria kacau, satu-satunya yang dia inginkan sekarang adalah memarahi Tania secara langsung.

" Bagaimana hasil nya Thomas?" Delon tetap bekerja meskipun tubuh nya masih terasa sakit.

"Bukti tambahan yang anak buah mu berikan akan memberatkan mantan mu itu dan calon mertua mu." sengaja sekali Thomas berucap seperti itu karena masih kesal dengan Delon yang ngeyel tidak peka.

Begitu terbongkar,dia juga yang harus sibuk mengurus masalah Delon.jika tidak mengingat bahwa Delon adalah teman terbaik dan keluarga mereka sudah saling mengenal satu sama lain,Thomas ogah-ogahan membantu Delon.dia justru lebih suka menjadi penonton dalam masalah ini.

" Tidak perlu Kamu perjelas, hubungan itu sudah cukup lama terjadi,aku tidak pernah meminta dia kembali menjadi kekasih ku lagi." balas Delon membela diri.

Cih...Thomas berdecih murka,tapi Delon menanggapi dengan begitu santai.karena memang kenyataan nya seperti itu.dia hanya menerima Tania kembali tapi tidak pernah sekali pun mengatakan kepada wanita itu tentang hubungan serius.

" Lalu yang kemarin apa nama nya?" sergah Thomas cepat.

"Hanya sebagai keluarga, tidak lebih." ada keraguan samar di mata Thomas, meskipun dia seorang pengacara jika untuk urusan berdebat pasti akan kalah dari Delon.

Delon masih merasa belum puas jika Tania hanya di jerat dengan beberapa pasal.otak licik nya bekerja keras berusaha mengabaikan Thomas yang masih ingin mengajak nya berdebat tentang sesuatu yang jelas-jelas sudah sangat dia sesali dalam hidup nya.

" Pasal penelantaran anak? Apa bisa?" tanya Delon sambil mengetuk-ngetuk meja.

" Tepat sekali! Seharusnya Kamu menjadi seorang pengacara saja! Menjadi pengusaha di jadikan sampingan saja untuk mu." kelakar Thomas lalu mengetik sesuatu di layar tab nya

Delon mendesis pelan,setiap kali meeting selalu dia yang memberikan ide cemerlang kepada sahabat nya ini,entah Thomas sedang malas mikir atau sengaja mengerjainya.

Ekspresi wajah Delon tetap tidak berubah, mulut nya diam tapi kepala nya masih berisik dengan segala kemungkinan yang akan terjadi di depan nanti,dia tidak akan membiarkan Tania hidup tenang setelah berhasil mengalihkan perhatian sampai membuat hubungan nya dengan Sonia merenggang.

" Apa Tania sudah tidur Bi?" Delon sengaja menghubungi salah satu asisten rumah tangga demi mendapatkan informasi tentang istri nya.

" Sudah Den,tapi tadi Nona Sonia menolak minum susu hamil nya karena mual mencium bau susu pemberian Nyonya." jelas Bibi yang diam-diam ikut bekerja sama dengan Delon.

Bukan untuk berkhianat,tapi Bibi merasa kasihan kepada Delon,sejak kecil Delon selalu dekat dengan Bibi.baik buruk seorang Delon sangat mampu dia takar.tanpa Delon menjelaskan pun Bibi sudah tahu betapa besar penyesalan Delon saat ini,di mata Delon tersimpan banyak cinta untuk istri nya.

"Memang nya susu rasa apa yang Mama berikan kepada istri ku ,Bi?" tanya Delon lagi.

Di dalam rumah itu,hanya Bibi yang bisa dia ajak berbicara baik-baik,kedua orang tua nya sampai sekarang masih mendiami nya.ketika mereka tidak sengaja berpapasan,Bu Noni lebih memilih membuang muka seakan-akan kehadiran Delon tidak berarti lagi untuk nya .Delon tidak marah atau pun kecewa,semua yang sudah dia lakukan di masa lalu pasti ada konsekuensi nya.

" Rasa Vanilla,Den." jawab Bibi lagi karena memang tadi Bibi sedang berada di dapur menemani sang Nyonya.

" Oh... Nanti Aku belikan Susu rasa coklat ataupun yang lain nya,Bibi istirahat saja,Aku akan pulang sedikit terlambat.terimakasih informasi nya Bi." setelah mengatakan itu,Delon langsung memutuskan sambungan telpon.

Delon sudah duduk di dalam mobil nya,kepala nya tertunduk dengan nafas tidak beraturan.sudah tiga hari ini ia tidak tidur lebih dari tiga jam sehari.dada nya terasa sesak membayang kan Sonia yang kapan pun bisa pergi meninggalkan nya,pikiran Delon sangat kacau .

Delon kembali menutup mata nya, secepat kilat ada banyak air yang tergenang di sana bersiap-siap untuk jatuh.

" Aku mohon bertahan lah sebentar sampai Aku bisa mengobati luka mu,dan kita harus membesarkan anak kita bersama-sama."

" Aku tidak ingin gagal lagi untuk yang kedua kali nya." ucap Delon kepada angin yang berhembus kencang.

Beberapa saat kemudian,mobil Delon berhenti di sebuah supermarket yang terletak cukup jauh dari rumah orang tua nya.meskipun Sonia masih dingin dan menjaga jarak dari nya,Delon tidak pernah bosan mencurahkan perhatian nya kepada Sonia dan calon anak mereka.

" Cari apa Mas? Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita menghampiri Delon yang terlihat sangat bingung menatap rak tempat susu ibu hamil berjejer.

" oh Saya sedang mencari susu hamil rasa coklat untuk istri saya." ucap Delon karena ia baru pertama kali nya membeli susu hamil.

Jika bukan karena Sonia mengandung anak nya, mungkin sampai sekarang Delon tidak akan tahu kalau ada susu khusus untuk ibu hamil.

" Mari ikut saya ,Mas! Susu rasa coklat nya ada di sebelah sana." kata pegawai itu sambil menuntun Delon menuju ke sebelah kanan Rak.

Delon tanpa pikir panjang langsung memasukkan semua susu rasa coklat ke dalam keranjang belanjaan.semua mata tertuju kepada nya.beberapa ibu hamil yang hendak membeli susu yang sama pun hanya bisa terheran-heran melihat kelakuan Delon.stok susu habis di borong oleh Delon.

" Sultan memang beda." seru wanita hamil ini sambil mengelus perut nya, berharap suatu saat nanti anak nya akan bernasib sama seperti Delon.

" Yakin istri nya bisa menghabiskan susu ini dalam waktu yang singkat? Nggak takut susu nya rusak?" bisik pengunjung supermarket lain nya.

" Beruntung banget istri nya mendapatkan suami seperti Mas ini,suami saya mana mau turun sendiri membeli susu untuk saya."

Masih banyak lagi bisik-bisik yang terjadi di supermarket,Delon pura-pura tidak mendengarkan bisikan itu.setelah membayar belanjaan nya .Delon pun bergegas kembali ke rumah milik nya sendiri untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di dalam kamar nya.

" Jaga rumah dengan baik Bi, mungkin dalam waktu yang lama kami belum bisa kembali ke rumah ini." kata Delon ketika hendak masuk ke dalam mobil nya.

" Siap Tuan! Semoga masalah Tuan dan Nyonya segera selesai dan bisa kembali ke sini lagi." ucap Bi Tin tulus.

" Hm." Delon berdehem dengan senyuman tipis yang terbit di wajah lelah nya.

Bersambung.