NovelToon NovelToon
Gairah Tabu Tuan Sergio

Gairah Tabu Tuan Sergio

Status: sedang berlangsung
Genre:Patahhati / Cinta Terlarang / Obsesi / CEO / Dark Romance / Mantan / Selingkuh
Popularitas:20.2k
Nilai: 5
Nama Author: RYN♉

KONTEN INI AREA DEWASA‼️

Lima tahun cinta Shannara dan Sergio hancur karena penolakan lamaran dan kesalah pahaman fatal. Bertahun-tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali di atas kapal pesiar. Sebuah insiden tak terduga memaksa mereka berhubungan kembali. Masalahnya, Sergio kini sudah beristri, namun hatinya masih mencintai Shannara. Pertemuan di tengah laut lepas ini menguji batas janji pernikahan, cinta lama, dan dilema antara masa lalu dan kenyataan pahit.
Kisah tentang kesempatan kedua, cinta terlarang, dan perjuangan melawan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RYN♉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GTTS Chapter 1

Halo, readers tersayang! 😍👋🏻✨️

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk mampir dan membaca karya author ya 🫶🏻 Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, supaya author tahu kalau karya ini disukai. Dukungan kecil dari kalian berarti besar banget buat semangat author biar nggak nyerah dan terus menulis! 📖🖊🤗💖

...—...

Sentuhan dingin pasir putih menusuk telapak kaki Shannara, menciptakan sensasi yang kontras dengan kehangatan mentari senja yang membakar kulitnya. Langit di atasnya laksana kanvas raksasa, dilukis dengan gradasi jingga dan ungu yang memukau. Ia berdiri di bibir pantai, merasakan buih ombak yang seolah berbisik, berusaha mengurungkan niatnya.

Di sisinya, Sergio berdiri dengan aura yang begitu memesona. Kemeja linen putihnya berkibar tertiup angin laut, menampakkan siluet tubuh atletisnya. Senyumnya, senyum yang selalu membuat Shannara merasa seolah telah menemukan kebahagiaan abadi, kini terukir di wajah tampannya.

Namun, di dalam hati Shannara, kebahagiaan itu terasa begitu rapuh, seperti istana pasir yang indah namun pasti akan runtuh diterjang ombak. Ia tahu, cepat atau lambat, badai akan datang dan menyapu bersih semua yang telah ia bangun bersama Sergio.

Angin sore berhembus, menerpa wajah Shannara dengan sentuhan dingin yang menusuk hingga ke tulang sumsum. Ia menoleh pada Sergio, pria yang sangat dicintainya, namun yang sebentar lagi harus ia lepaskan.

“Gio…” Shannara memulai, suaranya tercekat di tenggorokan. Kata itu nyaris tak terdengar. Ia sudah berlatih kalimat-kalimat perpisahan ini ratusan kali di depan cermin, mencoba membayangkan momen ini. Namun, kini, berhadapan langsung dengan mata teduh Sergio yang menatapnya penuh cinta, semua kata yang telah ia susun terasa begitu mustahil untuk diucapkan. Sebuah batu besar seolah menghimpit dadanya, membuatnya sulit bernapas.

Sergio menoleh, tatapannya teduh dan penuh perhatian. Senyumnya merekah, senyum yang begitu sempurna hingga membuat hati Shannara semakin perih. Senyum itu adalah salah satu dari sekian banyak hal tentang Sergio yang sangat ia cintai, namun sekaligus menjadi pengingat bahwa ia akan kehilangan semua itu.

“Ya, Sayang? Ada apa? Dari tadi aku perhatikan kamu gelisah sekali. Apa yang ingin kamu ceritakan?” Sergio bertanya dengan lembut. Ia menggenggam tangan Shannara, jemarinya yang hangat dan kuat seolah menyalurkan rasa aman dan cinta. Sentuhan itu, yang biasanya menenangkan, kini justru membuat Shannara semakin terluka. Rasa bersalah mencabik-cabik hatinya.

Shannara menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan kekuatan. Tangannya gemetar dalam genggaman Sergio. Ia harus melepaskan genggaman itu, memutus rantai kebahagiaan yang selama ini mengikat mereka. “Aku… Kita perlu bicara serius, Gio. Tentang kita,” ucapnya akhirnya, dengan suara yang bergetar namun penuh tekad.

Sergio tertegun mendengar ucapan Shannara. Genggaman tangannya perlahan mengendur, seolah merasakan sinyal bahaya yang terpancar dari diri kekasihnya. Ia menatap Shannara dengan tatapan bingung, keraguan dan sedikit rasa takut mulai membayangi matanya yang teduh. Perubahan suasana yang tiba-tiba ini membuatnya merasa tidak nyaman. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya luntur, tergantikan oleh kerutan samar di dahi. Firasat buruk mulai menghantuinya.

“Aku... aku juga sebenarnya ingin bicara serius denganmu,” kata Sergio, suaranya sedikit bergetar. “Tapi, please, biarkan aku yang bicara duluan. Aku sudah menyiapkan ini sejak lama,” lanjutnya, berusaha menyembunyikan kegugupan yang mulai melandanya. Ia meraih tangan Shannara kembali, menggenggamnya erat seolah takut kehilangan.

Sergio melepaskan genggaman tangannya dari Shannara, lalu dengan gerakan hati-hati merogoh saku celananya. Detik itu juga, waktu seolah berhenti berputar. Shannara terpaku, melihat sebuah kotak beludru kecil berwarna biru tua dikeluarkan Sergio dari sakunya. Kotak itu berkilauan tertimpa cahaya senja yang keemasan, memantulkan cahaya yang menyilaukan. Jantung Shannara berdebar semakin kencang, denyutnya terasa memekakkan telinga. Sebuah pertempuran batin berkecamuk hebat di dadanya. Tidak, jangan sekarang. Kumohon, jangan sekarang, jeritnya dalam hati.

Tanpa ragu, Sergio berlutut di atas pasir putih yang dingin, mengabaikan ombak kecil yang sesekali menyapu dan membasahi kakinya. Ia menatap Shannara dengan tatapan yang penuh janji, harapan, dan cinta yang tulus.

“Nara… Lima tahun. Itu bukan waktu yang singkat. Bersamamu, waktu terasa begitu cepat berlalu. Kamu tahu, kamu adalah segalanya bagiku. Kamu adalah rumah tempatku pulang, kamu adalah semangatku, kamu adalah alasanku untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Aku percaya, kita ditakdirkan untuk bersama. Aku mencintaimu, Nara. Melebihi apa pun di dunia ini,” ucap Sergio dengan suara yang dalam dan tulus, membuat air mata Shannara nyaris tumpah.

​Perlahan, dengan gerakan yang lembut dan penuh hati-hati, Sergio membuka kotak beludru itu. Di dalamnya, sebuah cincin berlian berkilauan, tampak begitu murni dan mempesona di bawah cahaya senja yang romantis. Berlian itu memancarkan cahaya yang seolah menyilaukan mata, namun bagi Shannara, kilaunya justru terasa menyesakkan.

“Shannara Althea… Lima tahun kita telah berbagi suka dan duka bersama. Dan dalam setiap detik, setiap menit, setiap jam yang kita lalui, aku semakin yakin bahwa aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Aku ingin menua bersamamu, Nara. Jadilah pendamping hidupku, belahan jiwaku, ibu dari anak-anakku. Menikahlah denganku,” ucap Sergio dengan tulus, kata-kata yang telah lama ia pendam dalam hatinya.

Air mata Shannara langsung tumpah membasahi pipinya. Bukan air mata bahagia seperti yang seharusnya ia rasakan, melainkan air mata keputusasaan yang pahit dan getir. Lamaran ini adalah mimpi yang selama ini ia tepis jauh-jauh, mimpi yang selalu ia harapkan namun juga ia takuti. Kini, mimpi itu terwujud di hadapannya, namun terasa seperti jurang terjal yang menganga lebar, siap menelannya ke dalam kegelapan.

“Gio...” bisik Shannara, suaranya tercekat di tenggorokan, bergetar oleh emosi yang bercampur aduk. “Tolong... tolong bangun dulu.” Ia tidak sanggup melihat Sergio berlutut seperti itu, merendahkan dirinya di hadapannya. Pemandangan itu semakin menyayat hatinya.

Sergio tertegun. Senyumnya yang tadi merekah indah lenyap seketika, digantikan oleh kerutan cemas di dahinya. Ia bangkit berdiri, pandangannya menuntut penjelasan, namun juga menyimpan ketakutan akan jawaban yang akan diterimanya.

“Kenapa? Apa... apa kamu tidak suka model cincinnya? Kita bisa mencari yang lain, Sayang. Aku akan melakukan apapun untukmu. Katakan saja... Apa yang salah, Nara? Apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada cemas dan bingung, berusaha mencerna situasi yang tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk.

Shannara menggeleng lemah, air matanya semakin deras mengalir di pipinya, tak mampu ia bendung lagi. Ia memaksakan diri untuk mundur selangkah, menjauh dari kehangatan dan cinta yang terpancar dari diri Sergio. Setiap detik bersamanya terasa seperti siksaan yang tak tertahankan.

“Tidak ada yang salah dengan cincinnya, Gio. Cincin itu indah... sesempurna dirimu. Tidak ada yang salah denganmu... Kamu... kamu adalah hadiah terbaik yang pernah Tuhan berikan kepadaku. Kamu sempurna... Terlalu sempurna untukku. Dan justru karena itu...” Suaranya tercekat lagi, napasnya terasa berat.

Ia mendongak, memberanikan diri menatap mata Sergio yang kini dipenuhi kebingungan, kekecewaan yang samar, dan luka yang mulai menganga.

“...Aku tidak bisa menerimanya.” Ucapnya lirih, namun dengan ketegasan yang memilukan.

Kotak beludru di tangan Sergio terasa semakin berat, seolah berisi seluruh mimpi dan harapan yang kini runtuh berkeping-keping. Ia menatap Shannara dengan tatapan tak percaya, seolah sedang menyaksikan adegan dalam film yang mengerikan. “Apa? Kamu... kamu menolakku? Serius? Setelah lima tahun kita bersama? Tapi, kenapa? Apa... apa kamu tidak mencintaiku lagi?” Suara Sergio terdengar parau dan bergetar, mencerminkan keterkejutan dan kepedihan yang mendalam.

“Aku mencintaimu!” Shannara menjerit, suaranya sedikit lebih keras dari yang ia inginkan, namun penuh dengan emosi yang meluap-luap. “Aku sangat mencintaimu, Gio! Lebih dari diriku sendiri! Dan justru karena aku sangat mencintaimu... aku harus pergi.” Ucapnya dengan air mata yang terus mengalir, membentuk sungai kecil di pipinya.

“Omong kosong! Ini gila!” Sergio meraih pergelangan tangan Shannara, menggenggamnya erat dengan tatapan tajam dan penuh permohonan. “Jangan bicara yang tidak masuk akal! Kalau kamu mencintaiku, seharusnya kita menikah! Apa yang membuatmu ingin meninggalkanku? Aku bisa memberikan semua yang kamu inginkan! Semua yang kamu butuhkan!” Ucapnya dengan nada putus asa.

Shannara menggeleng kuat, berusaha melepaskan diri dari genggaman Sergio, namun sia-sia. Ia merasakan sentuhan Sergio membakar kulitnya, membuatnya semakin sakit dan bersalah. “Justru itu masalahnya! Kamu bisa memberikan segalanya! Tapi aku? Aku tidak bisa memberikan apa-apa untukmu, bahkan nama baik.” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

Ia menarik diri dengan paksa dari sentuhan Sergio, lalu mundur selangkah, menciptakan jarak di antara mereka. Ia harus mengucapkan ini, sekali pun kata-kata ini akan membunuhnya perlahan.

“Kamu adalah anggota keluarga Pradipta! Keluarga terhormat! Ayahmu dikenal dan disegani, ibumu dikagumi banyak orang. Sedangkan aku? Aku hanya Shannara, anak dari seorang wanita yang pernah bekerja di jurang gelap dunia malam! Kamu pikir keluargamu akan menerimaku?! Apa kamu yakin mereka akan merestui hubungan kita?” Ucapnya dengan nada getir.

Sergio menggebrak udara dengan tangannya, frustrasi dan marah. “Sialan! Terus kenapa?! Nara, aku tidak mengerti. Kita telah melalui begitu banyak hal bersama. Aku tidak peduli dengan masa lalumu, atau siapa keluargamu. Aku mencintaimu karena kamu adalah kamu! Aku memilihmu, bukan mereka!” Ucapnya dengan nada membela.

“Tapi dunia tidak sesederhana itu, Gio. Kamu boleh tidak peduli, tapi keluargamu akan peduli. Teman-temanmu akan peduli. Orang-orang akan berbicara, berbisik di belakangmu. Mereka akan mengingatkanmu bahwa aku hanyalah anak dari seorang wanita yang... pernah terjerat dalam dunia kelam. Aku tidak ingin menjadi bahan gunjingan mereka.” Ucapnya dengan nada lirih dan sedih.

“Kamu pikir aku akan membiarkan mereka menilai kita seperti itu? Aku akan melindungimu. Aku tidak pernah menilai seseorang dari masa lalunya, Nara. Yang penting adalah siapa kamu sekarang, dan siapa kamu bagiku.” Ucapnya dengan nada meyakinkan.

Shannara tersenyum getir, air matanya masih terus mengalir. “Ya, aku tahu. Aku tahu kamu akan melakukan itu. Tapi mereka akan menilaimu karena memilihku. Aku tidak ingin menjadi alasan kamu kehilangan rasa hormat dari keluargamu, atau pandangan baik dari dunia di sekitarmu. Aku tidak ingin merusak masa depanmu.” Ucapnya dengan nada pasrah.

Sergio terdiam, membisu. Ia menatap Shannara dalam-dalam, mencoba memahami apa yang sedang terjadi, namun hatinya terlalu sakit untuk berpikir jernih. Matanya mulai berkaca-kaca, mencerminkan kesedihan dan kepedihan yang tak terhingga.

“Itu masalahnya, Sayang. Kamu terlalu memikirkan apa kata orang. Kamu terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Aku hanya ingin kamu tahu... aku siap menanggung segalanya demi kamu. Aku siap menghadapi dunia, asalkan bersamamu.” Ucapnya dengan nada tulus.

“Dan aku tidak ingin menjadi beban yang harus kamu tanggung. Cinta seharusnya membuat seseorang merasa ringan, bukan terbebani, Gio. Aku tidak ingin menghambatmu untuk meraih kebahagiaanmu yang sesungguhnya.” Ucapnya dengan nada lembut, namun tegas.

“Aku tidak pernah berkata kamu adalah beban. Maksudku... bukan itu maksudku.” Ucapnya dengan nada bingung.

Angin semakin bertiup kencang. Senja semakin memudar, digantikan oleh warna ungu yang kelam.

Shannara menunduk, menyembunyikan wajahnya yang penuh air mata. Suaranya nyaris tak terdengar.

“Maafkan aku, Sergio...” Bisiknya lirih.

“Aku mencintaimu, Nara. Apa itu saja tidak cukup? Apa semua yang telah kita lalui selama ini tidak berarti apa-apa bagimu?” Ucapnya dengan nada putus asa.

“Tidak, Gio. Cinta saja tidak cukup ketika dunia menolak keberadaan kita. Cinta saja tidak cukup ketika kita harus bersembunyi dan berkorban. Maafkan aku yang telah berani mencintaimu...” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

Hening. Hanya suara deburan ombak dan hembusan angin yang terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang semakin mencekam.

Shannara menatap Sergio untuk terakhir kalinya. Tatapan yang penuh cinta, tapi juga perpisahan yang menyakitkan.

“Maafkan aku...” Bisiknya sekali lagi, sebelum akhirnya membalikkan badan dan melangkah pergi.

Ia melangkah pergi, meninggalkan Sergio yang masih berdiri terpaku dengan cincin di tangannya, menatap punggung wanita yang baru saja menghancurkan hatinya demi melindunginya dari dunia yang kejam. Setiap langkahnya terasa berat, setiap tarikan napas terasa menyakitkan. Namun, ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk membebaskan Sergio, untuk memberinya kesempatan untuk meraih kebahagiaan yang lebih pantas ia dapatkan.

Ombak datang menerjang, membasahi pasir di tempat Sergio berlutut tadi, menghapus sisa jejak dua insan yang pernah berjanji untuk selalu bersama, menyisakan luka yang mendalam dan kenangan yang tak mungkin terlupakan.

...----------------...

1
hana young
Tetang mantan yg lom moveOn/Wilt/
Lina Nurjanah
ini kapan up nya lagi . udah lama bgt
Z
👍👍👍👍👍
Reza Alfanisia Putri
up dong thor
Hana yu
alurnya keren
Cinta
Ceritanya menarik tentang mantan pacar obsesi ke mantan ceweknya. direkomendasikan buat orang-orang 17+ yakk banyak adegam hmm nya 🤣 so far aku suka banget ceritanya
BACA GUYS GAK BAKAL NYESELLLL
makin d baca makin candu pas awal awal kek bakal boring ternyata pertengahan baru ah i see
semangat author aku 🫶
Moyu
kasian nara masalah dia bertubi tubi
Moyu
stress semua STRESS
Anna Rakhmawaty
emaknya nara ganti nama ya thor,, dr hilda jd amira
Anna Rakhmawaty: oohh okee ga masalah,, semangaatt terus🤗
total 2 replies
Anna Rakhmawaty
menarik penuh intrik
Anna Rakhmawaty
obsesi tanpa ujung
Ali
sergio betulan kecintaan bngett sm shannara🤣 thor pls tetep semangat aku pembaca setiamu 🫰
Moyu
author tersayang jgn patah semangat km bisa liat dari komen komen aq kan aku pembaca setiamu and aku suka bgt kisah sergio dan shannara ini tolong jgn smpe gak up lagi aku nugguin km update tiap hari 😍❤️‍🔥
Moyu
modus anyiing 🤣🤣🤣 anakmu aja belum tentu udah bernyawa banggg
ada aja kelakuan bapak ini gmesss🤭
Ali
cara nulisnya agak berbeda lebih seru begini 😍 semangattt mariee saya mulai jatuh cinta kenovelmu
Ali
chapter ini gila beneran hobby maen diaer 🫠 digempur ampe 3 hari njirrr apa gak sakit 😵‍💫🤔
Ali
kata gua mah tunggu dirumah dah
Ali
harusnya gausah dihalangi biarin baku hantam
Ali
visual cakep TAPI ngeselin
Ali
elu kesel krn adek tirilu capek? jangan jangan lu punya nafsu hem ke adek lu sendiri tp sesuai judul sih gairah TABU 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!