NovelToon NovelToon
Cegil Kesayangan Drexler

Cegil Kesayangan Drexler

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Diam-Diam Cinta / Murid Genius / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Enemy to Lovers
Popularitas:20.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

0o0__0o0

Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.

Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.

***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.

0o0__0o0

Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.

Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.

***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."

Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.

"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.

Cup..!

Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.

"DREXLER, FIRST KISS GUE"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Batas Terakhir Lyra ++

...0o0__0o0...

...Lyra terkekeh—renyah, menusuk—sementara Drexler mengukung tubuhnya di atas ranjang. ...

...Cahaya redup kamar hanya menyorot sebagian wajah cowok itu, menegaskan garis tegas rahangnya, dan… bahaya yang sedang dia tahan mati-matian....

...Tak ada yang lebih mematikan dari pada Drexler saat kendalinya mulai retak....

...Dan Lyra tahu itu....

...“Sweetie…” suara Drexler rendah, nyaris bergema, “kamu sadar nggak… aku sudah di titik ingin menghukum kamu.”...

...Nada itu membuat udara kamar ikut menegang. Bukan ancaman kosong—lebih seperti peringatan sebelum badai....

...Lyra justru mengaitkan lengan-nya ke leher Drexler, menarik-nya semakin dekat, seolah sengaja menantang....

...“Kan kamu yang minta.” Bisiknya, lembut dan manis bersamaan. “Aku cuma menepati janji, sayang.”...

...Drexler memejamkan mata, dagunya menegang. ...

...Kalau Lyra orang lain, mungkin sejak tadi dia sudah tidak bisa bicara lagi. Tapi Lyra—Lyra selalu melewati batas dengan senyum cegil-nya....

...Pelan, Drexler menurunkan wajahnya ke bahu Lyra, menarik napas dalam seolah menahan amarah gelap yang manis rasanya....

...“Sweetie…” suaranya berubah lebih berat, lebih gelap, “kamu bikin junior aku tegang. Dan kamu tahu aku akan kesulitan menidurkan asetku kembali.”...

...Lyra tersenyum kecil—senyum berbahaya yang bisa memutar arah siapa pun....

...“Aku sudah tawarin jalan mudah,” balasnya lembut. “Kamunya yang ngotot menahan diri.”...

...Drexler membuka mata. Tatapan-nya bukan lagi sekadar intens—melainkan tajam, menghimpit, seolah bisa menembus hingga ke pusat pembangkangan Lyra....

...“Aku tanya sekali.” Jemarinya mencengkeram pinggir ranjang di sisi kepala Lyra. “Kamu yakin sanggup tanggung akibat kalau aku berhenti menahan diri ?”...

...Cup..!...

...Lyra mengecup bibirnya singkat. Ringan. Namun penuh provokasi....

...“Tergantung… berapa banyak yang mau kamu kasih buat uang jajanku,” ujarnya tenang....

...Drexler mendekat lebih jauh, napasnya menyentuh sisi wajah Lyra. Nada suaranya turun menjadi bisikan frustasi....

...“Sweet jangan bercanda… Kamu minta tebusan dari seseorang yang seluruh hidup mu sudah ada di tangan ku.”...

...Kata-katanya bukan gertakan....

...Bukan juga ancaman....

...Hanya kenyataan yang Lyra sendiri biarkan terjadi....

...Karena Drexler tahu satu hal yang tidak pernah di ucapkan Lyra....

...Gadis itu hidup tanpa fasilitas, masih di tahan Guntur. Tidak pernah mengeluh. Tidak pernah meminta. Dan itu, justru yang membuat Drexler semakin posesif....

...“Aku nggak akan biarin kamu kekurangan. Sekali pun.” Suaranya serak, gelap, memukul tepat ke dada Lyra. “Kalau dunia lain menahan kamu… aku tinggal ambil.”...

...Tidak ada senyum di wajah Drexler. ...

...Hanya intensitas yang begitu pekat hingga Lyra merasakan-nya sampai ke tulang....

...“Sekarang,” Drexler menunduk, menatap Lyra dari jarak napas, “siapa yang sebenar-nya kamu goda, Hem ? Cowok baik-baik… atau sisi gelap aku ?”...

...Udara kamar seolah membeku menunggu jawaban Lyra. Dan Drexler tidak beranjak sedikit pun. Ia ingin jawaban itu. Ia menuntut....

...Keheningan kamar menegang seperti tali yang siap putus....

...Lyra belum menjawab—dan bagi Drexler, itu sudah jawaban....

...Perlahan, Drexler mengangkat wajahnya dari leher Lyra. Tatapan-nya berubah: bukan lagi sekadar frustrasi atau tertahan. Ada sesuatu yang jauh lebih berbahaya… sesuatu yang Lyra sengaja bangunkan....

...“Baik,” ucapnya rendah. “Kamu mau main sampai sejauh ini ?”...

...Sebelum Lyra sempat membuka mulut, Drexler sudah menangkap kedua pergelangan tangannya—tidak kasar, tapi sangat mengikat. Sekali tarik, tangan Lyra terangkat ke atas, di tahan dengan satu tangan saja....

...Kendali penuh....

...Lyra terpaku. Bukan takut—lebih ke terjebak dalam badai yang ia ciptakan sendiri....

...Drexler menunduk, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah Lyra....

...Nada suaranya berubah menjadi komando lembut namun tidak bisa dibantah....

...“Dengar.”...

...Satu kata, tapi cukup untuk membuat jantung Lyra berdebar lebih keras....

...“Aku biarkan kamu main-main dari tadi.” Drexler melanjutkan, jemarinya masih mengunci tangan Lyra tanpa memberi celah. “Aku biarkan kamu memancing. Menggoda. Mendorong batas.”...

...Nafasnya menyentuh pipi Lyra—hangat dan terlalu dekat....

...“Tapi bagian di mana kamu memimpin,” Drexler menatap Lyra dalam, “udah selesai.”...

...Lyra menelan ludah....

...Gadis itu bisa merasakan pergeseran kendali sedetik demi sedetik—dan Drexler tidak menyembunyikan niatnya sedikit pun....

...Dengan tangan satunya, Drexler menyentuh sisi wajah Lyra. Bukan sentuhan lembut… melainkan sentuhan yang memastikan Lyra tetap menatapnya....

...“Kamu pikir kamu bisa tarik ulur aku sesuka hati ?” tanyanya lirih namun menusuk. “Sweetie… aku bukan tipe yang kamu bisa kendalikan dengan senyum manismu.”...

...Cengkraman-nya di pergelangan Lyra mengencang sedikit—cukup untuk menegaskan dominasi, tanpa menyakitinya....

...Lyra tetap menatap balik, tapi napasnya jelas berubah. Bukan gentar—lebih ke tertangkap....

...Drexler mendekat hingga bibirnya menyentuh telinga Lyra, suaranya turun menjadi bisikan gelap yang membuat bulu kuduknya meremang....

...“Mulai sekarang,” ucapnya pelan, “aku yang atur ritme.”...

...Lyra menggigit bibir—refleks....

...Drexler melihat itu....

...Tajam....

...Memperhatikan....

...Mengambil celah....

...Seketika ia menarik wajah Lyra menghadap dirinya lagi, memastikan tak ada tempat berlindung....

...“Kamu bikin aku hampir hilang kendali,” katanya serak. “Dan kamu tahu apa artinya ? Aku nggak akan kasih kamu kesempatan kedua buat memimpin permainan ini.”...

...Drexler mendekat, menahan dagu Lyra dengan dua jarinya—halus tapi tidak memberi pilihan untuk menoleh....

...“Kamu mau tantang sisi gelap aku, kan ?” Tatapan-nya menusuk. Mendominasi seluruh ruangan. “Sekarang kamu dapat.”...

...Lyra menarik napas pendek—dia tahu kata-kata itu bukan gertakan....

...Drexler tersenyum tipis, senyum yang terlalu tenang untuk seseorang yang jelas-jelas sedang melepas kendalinya....

...“Good girl.”...

...Nada itu gelap, dingin, dan membuat Lyra terdiam....

...“Sekarang,” katanya sambil menurunkan kedua tangan Lyra pelan tapi tetap terikat, “ikuti aku.”...

...Tidak ada pilihan....

...Bukan karena Lyra tidak bisa melawan—tapi karena mereka berdua tahu Lyra tidak ingin melawan....

...Drexler akhirnya benar-benar mengambil alih....

...Cup..!...

...Kecupan itu hanya awal. ...

...Begitu bibir mereka saling menempel, Lyra merasakan bagaimana kendali di ambil dari tangan-nya—pelan, halus, tapi total. ...

...Drexler mencium seperti seseorang yang sudah terlalu lama menahan diri, dan sekarang tidak berniat melepaskan lagi....

...Lyra tak sempat berpikir. Nafasnya memburu, tangan-nya refleks mencengkeram kaos Drexler ketika cowok itu menariknya lebih dekat. Seolah ingin memastikan Lyra tidak ke mana-mana....

...Tangan Drexler masuk ke dalam baju tidur Lyra, mengelus perut ratanya. perlahan. Lalu naik ke atas... Semakin ke atas sampai berhenti di salah satu payudara-nya....

...Tidak besar. Tidak kecil. Ukuran-nya pas di genggaman tangan lebar Drexler....

...“Xler…” Lyra memecah ciuman itu sebentar, napasnya patah-patah, wajahnya panas oleh gugup dan… sesuatu yang ia sendiri takut akui....

..."Why Sweetie ?" Ucap Drexler dengan nafas memburuh. ...

..."Tangan kamu jangan kemana-mana, Xler...." Ucap Lyra tergagap karena gugup....

...Drexler menunduk, menyatukan kening mereka. ...

...Tatapan-nya gelap. Intens. Seolah sedang membaca pikiran Lyra sampai ke tulang....

...“Kenapa kamu lihat aku kayak gitu…?” bisik Lyra, salah tingkah....

...“Karena kamu bikin aku hilang kendali, Sweetie.” Suara Drexler rendah, parau, dan berbahaya. “Dan aku suka meskipun hampir gila rasanya.”...

...Lyra menelan ludah. Dadanya berdesir....

...Drexler memohon—sangat jarang bagi lelaki dingin seperti dia. “Sedikit aja. Please.”...

...Nada rengek frustrasi-nya membuat Lyra spontan terkekeh kecil. Drexler kelihatan seperti bocil yang terjebak di tubuh pria dingin....

...Setelah mengumpulkan keberanian, Lyra mengangguk. “Boleh.. tapi ada syarat.” Ia menatapnya lurus. “Kamu nggak boleh macam-macam. Kecuali kamu mau nikahin aku sekarang.”...

...Drexler langsung tersenyum seperti seseorang yang baru menang undian miliaran. “Besok. Kita ketemu keluarga aku.”...

...Sebelum Lyra sempat terkejut, Drexler kembali menutup mulutnya dengan ciuman yang jauh lebih mendominasi. Lebih menuntut. ...

...Tubuh Lyra bergetar—bukan karena takut, tapi karena betapa mudahnya Drexler menguasai ritme seluruh dirinya....

...Tubuhnya meremang. Susah sekali menahan betapa buasnya bibir Drexler menghisap bibir Lyra rakus. di tambah tangan'nya kini mulai bermain-main liar di atas dada sintalnya yang polos tanpa bungkus kain kacamata....

...Meremas. Memelintir. Gemas....

...Drexler mirip pecandu kelaparan....

..."Ahh., Xler... Cukup."...

...Napas Lyra makin pendek. Tubuhnya terasa panas, dan Drexler seolah tahu persis titik mana yang membuatnya melemah....

... Lelaki itu menyandarkan wajahnya di ceruk leher Lyra, menghirup aroma tubuhnya seperti sesuatu yang ia butuhkan untuk tetap hidup....

...“X-ler… aku malu…” suara Lyra kecil, bergetar. “Jangan… dulu.”...

...Drexler tidak langsung menjauh. Ia hanya berhenti, diam beberapa detik, napasnya menghantam kulit Lyra yang sensitif....

...“Kenapa harus malu ?” bisiknya, rendah dan nyaris seperti ancaman lembut. “Aku bakal jadi laki-laki kamu.”...

...Suara itu—intens, yakin, dan tidak memberi ruang bagi penolakan—membuat Lyra terdiam. Logikanya runtuh. Sihir Drexler memang selalu begitu: dingin di luar, tapi sekali menyentuh, Lyra habis....

...“Sweetie…” Drexler meninggalkan kecupan panjang di lehernya, membuat Lyra tersentak. “Kamu milik aku.”...

...Lyra memejam. Meremang. Hatinya berdegup tak karuan....

...“Ah… Xler…”...

...Suara itu lolos tanpa bisa gadis itu tahan, membuat Drexler tertawa rendah, puas....

...“Hmm… gitu.” Ia membisik tepat di telinga Lyra, suaranya gelap, menguasai. “Aku suka denger kamu kayak gitu.”...

...Nafas Lyra masih tersengal. Wajahnya panas, tubuhnya seolah tidak punya kekuatan untuk bergerak barang satu inci pun. Sementara Drexler masih menempel di lehernya—diam, tapi aura kepemilikannya terasa semakin kuat....

...Beberapa detik hanya terisi suara napas mereka yang tidak teratur....

...Lalu Drexler mengangkat wajahnya. Tatapannya berubah. Bukan lagi sekadar lapar atau frustrasi… tapi tenang. Terlalu tenang untuk sesuatu yang seharusnya penuh gejolak barusan....

...“Sweetie…” Ia menyentuh rahang Lyra dengan ibu jarinya. Lembut, tapi sangat menguasai. “Kamu tahu, kan… setelah ini kamu nggak bisa kabur dari aku?”...

...Lyra menelan ludah. “A-aku nggak bilang mau kabur.”...

...“Bagus.”...

...Drexler tersenyum kecil. Tipis. Berbahaya. Ia bergeser pelan, menyusupkan wajahnya ke ujung telinga Lyra. Bibirnya hampir menyentuh....

...“Karena mulai malam ini…” suaranya rendah, mengekori kulit Lyra seperti bayangan, “aku nggak cuma mau kamu.”...

...Lyra menahan napas....

...Drexler menarik diri sedikit. Menatapnya. Dalam. Dalam sekali sampai Lyra merasa ia ditelanjangi tanpa sentuhan....

...“Aku mau semuanya.” Drexler menempelkan keningnya pada kening Lyra. “Semua yang ada di diri kamu.”...

...Hening....

...Jantung Lyra berdetak keras—terlalu keras....

...Drexler menyentuh bibirnya dengan satu sentuhan jari, membungkam-nya....

...“Tidurlah, Sweetie." Ia menggulingkan tubuhnya ke samping Lyra. Menariknya ke dalam pelukan hangat....

...0o0__0o0...

1
Sunarmi Yati
Lyra peluk jauh /Grievance//Grievance/ kamu tetap kuat. ok./Cry//Cry//Cry/
Sunarmi Yati
sih rengginang emang gak ada kapoknya /Sly//Sly//Sly//Sly/
Sunarmi Yati
Drexler Lo keren 👍👍😍😍😍
Sunarmi Yati
Lyra aku padamu pokoknya 😍😍😍😍🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
Aduuuu Drexler mulai gak tahan 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
mogi please,,, Lo bikin gue ngakak parah. 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Tangan Lyra menggatal terus yak, 🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
Tangan Lyra menggatal terus yak, 🤭🤭🤭🤭
Yuyun Yunaas
Lyra semangat, kasihan juga ya nasib Lyra 😢
Yuyun Yunaas
Lyra Lo keren abis. sakitnya gak seberapa tapi malunya seumur hidup tuh reginang 🤣🤣🤣🤣🤣
Merey Terias
Lyra peluk jauh /Cry//Cry//Cry//Cry/
Sunarmi Yati
Aku udah kebal sama ke uwuhan kalian yang bikin aku ikut klepek-klepek 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Bias-nya cegil memang tidak kaleng-kaleng. BTS Woy...😍😍😍😍 gue juga penggemar BTS.🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
OMG hukuman guntur memang the best 👍👍👍👍 lanjutkan tua Bangka sialan 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
gue setuju sama kata-kata tua Bangka guntur 👍👍🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
duuuuh anying lah kau Drexler. 🤣🤣🤣 bikin aku jadi salting brutal😍😍😍😍
Sunarmi Yati
kali ini gue setuju sama tindakan tua Bangka guntur 👍👍🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
bapak macam apa kau guntur ? mau kau bagaimana Hem ? gue rasanya pengen jedotin pala Lo ke batu🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Oh mantap Lyra. kamu benar-benar anak yang kuat. pemberani.👍👍👍 teruskan aku mendukungmu. libas aja tua Bangka sama jalangnya itu🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Gue tunggu sambutan dari Lo 🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!