NovelToon NovelToon
Kodasih, Nyi Ratu Kelam

Kodasih, Nyi Ratu Kelam

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Hantu / Iblis / Era Kolonial / Tamat
Popularitas:42k
Nilai: 5
Nama Author: Arias Binerkah

Kodasih perempuan pribumi menjadi gundik Tuan Hendrik Van Der Vliet. Dia hidup bahagia karena dengan menjadi gundik status ekonomi dan sosialnya meningkat. Apalagi dia menjadi gundik kesayangan.

Akan tetapi keadaan berubah setelah Tuan Hendrik Van Der Vliet, ditangkap dan dihukum mati.. Jiwa Tuan Hendrik tidak bisa lepas dari Kodasih yang menjeratnya.

Kodasih ketakutan masih ditambah munculnya Nyonya Wilhelmina isteri sah Tuan Hendrik yang ingin menjual seluruh harta kekayaan Tuan Hendrik


Tak ingin lagi hidup sengsara Kodasih pergi ke dukun yang menawarkan cinta, kekayaan dan hidup abadi namun dengan syarat yang berat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33.

Langit di luar meledak oleh gelegar petir yang menyambar. Hujan kini turun lebih deras, mengetuk ngetuk jendela loji dengan irama tak sabar, seolah alam pun ikut resah.

Asap cerutu di ruang tengah kian pekat, berputar putar liar lalu mengalir menuju langit langit, membentuk bayang-bayang tinggi besar seorang pria gagah tinggi besar mengenakan jas kolonial lengkap dengan medali kebanggaan nya tergantung di dadanya.

Tuan Menir.

Sosok yang dulu menguasai loji ini dengan tangan besi dan hati dingin, kini hadir kembali. Tak berwujud manusia, tapi dengan aura kemarahan yang jauh lebih menakutkan.

Nyi Kodasih menunduk, tubuhnya gemetar. Ia bisa merasakan hawa dingin menyusup dari balik kulitnya, menjalar ke tulang-tulangnya.

“Kowe arep mblenjani janji, Kodasih.”

(Kamu akan ingkar, Kodasih...)

"Kamu... perempuan tidak tahu diuntung..."

"Belum cukup aku beri loji, kebaya, perhiasan, kebun kopi dan nama baik? Kau mau menjual tubuh dan jiwamu pada lelaki lain?"

Lampu gantung tua berayun-ayun pelan, seolah terguncang oleh amarah yang tak kasat mata. Bayangan di dinding menari nari seperti kobaran api.

Nyi Kodasih merangkak mundur, tak sanggup berdiri. Air mata menetes deras di pipinya, tapi bukan hanya karena takut, ada rasa bersalah kini menyembul lagi keluar.

"Ampun, Tuan ... Saya akan mencoba untuk setia ... Saya kan hanya berandai andai.. karena saya perempuan biasa yang rindu peluk..." ucap lirih Nyi Kodasih dengan isakan tangisnya.

"Rindu peluk?" Suara keras Tuan Menir sambil menyeringai..

"Kamu milikku. Selamanya." Ucap Tuan Menir pelan, datar namun penuh penekanan.

Petir menyambar lagi, dan cermin besar di ruang tamu tiba-tiba pecah dengan suara nyaring.

Dari pantulan serpihan kaca, sesosok bayangan samar tampak berdiri di belakang Nyi Kodasih: tubuh tinggi besar, jas kolonial yang koyak di bagian dada tampak darah , dan mata... mata yang menyala merah membara.

TUAN MENIR TELAH MUNCUL.

Bukan lagi hanya asap atau aroma. Tapi arwah yang penuh kemarahan..

Kursi goyang itu mulai bergerak sendiri. Deritnya berubah jadi jerit yang memilukan. Lantai ubin kelabu bergetar pelan. Nyi Kodasih menjerit dan menutup wajahnya.

“Tuan saya sudah mohon ampun...”

Tuan Menir melangkah mendekat. Suara sepatunya menggema di atas lantai ubin kelabu, tok... tok... tok..., seperti palu hakim yang mengetuk akhir dari hidup seseorang.

"Ampun bukan untuk pengkhianat. Tapi... mungkin, aku bisa beri sesuatu yang lain." Suara Tuan Menir pelan namun menusuk kalbu Nyi Kodasih..

“Ampun Tuan... buktinya saya kan masih setia... hu.... hu....hu...” ucap Nyi Kodasih menangis tersedu sedu.

Tiba-tiba udara di dalam loji menjadi semakin padat, seperti ada ribuan tangan tak terlihat yang mencengkeram dinding dinding rumah. Api dari lampu minyak berkelip kelip, lalu padam satu per satu, meninggalkan bayangan yang semakin pekat.

Nyi Kodasih mengangkat wajahnya, mata membelalak, napas tersengal-sengal. Suara jeritnya tercekat di tenggorokan.

Tuan Menir, mendekatkan wajah berlumur darahnya ke telinga Nyi Kodasih..

"Kau ingin peluk? Biar kuberi peluk... yang kekal."

Tangan dingin, seolah terbuat dari kabut dan bangkai, melingkar ke tubuh Nyi Kodasih. Ia menjerit jerit panjang yang menggema di seluruh sudut loji.

Namun, alih-alih rasa sakit, datang rasa dingin menusuk... lalu hampa.

Wajah Tuan Menir kini berubah, tak lagi marah. Tatapannya sunyi, seperti seseorang yang telah kehabisan dendam, dan hanya menyisakan kehampaan.

"Ini ampun yang kuberikan terakhir kali Kodasih..." suara Tuan Menir lebih pelan, lirih

Hujan di luar mulai mereda. Petir menjauh, hanya tersisa rintik yang jatuh seperti isak tangis.

Nyi Kodasih tak sadarkan diri. Tubuhnya tergeletak di lantai loji yang dingin, rambutnya terurai, wajahnya pucat. Tapi di dadanya, tergantung sebuah medali tua... medali milik Tuan Menir.

☀️☀️☀️

Cahaya pagi menyusup malu-malu dari celah kisi-kisi jendela. Sisa hujan semalam masih menempel di dedaunan dan atap loji. Suara ayam jantan bersahutan dari kejauhan, namun keheningan yang ganjil masih menyelimuti bangunan loji megah itu, seolah malam belum sepenuhnya pergi.

Angin pagi membawa bau tanah basah, bercampur samar dengan aroma tak sedap... sesuatu yang tak seharusnya ada di pagi hari yang sejuk seperti ini.

Sanah, yang baru saja bangun dari tidur panjangnya, keluar dari kamar kecil di sisi timur loji. Ia hendak ke dapur untuk bekerja seperti biasanya. Namun, langkahnya terhenti di tengah lorong.

Matanya terpaku.

Kakinya membeku.

Ada sosok tubuh tergeletak di lantai ruang tengah, tepat di bawah lampu gantung yang kini hanya berayun pelan, tanpa angin.

Tubuh itu... Nyi Kodasih.

“Mbok!! Astaga... KANG!!”

Jerit Sanah memecah pagi, membuat burung burung beterbangan dari dahan. Ia mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar.

Pardi, yang baru terbangun dari kamar pengantin, sontak keluar dalam keadaan setengah sadar dan cemas.

“Ada apa, Nah?!”

“Nyi Kodasih, Kang… dia... dia...”

Tanpa menunggu jawaban lengkap, Pardi segera menghampiri tubuh Nyi Kodasih dan memeriksa napasnya. Wajahnya berubah pucat.

“Masih hidup... Tapi dingin sekali... seperti habis dicebur ke kali dini hari...”

Dari arah dapur, suara langkah tergesa terdengar. Mbok Piyah datang menyusul, wajahnya terkejut saat melihat pemandangan itu.

“Astagfirullahaladzim... Kenapa Nyi Kodasih? Kalian tidur di loji depan, kok tidak dengar apa-apa?!” serunya sambil berjongkok di samping tubuh Nyi Kodasih.

Sanah menunduk merasa bersalah. “Maaf, Mbok... kami tidur pulas setelah hujan turun ... kami... tidak dengar apa-apa...”

Mbok Piyah menatap medali tua yang kini ada di dada Nyi Kodasih. Tangannya gemetar saat menyentuh benda itu, seolah mengenali sesuatu yang tak asing... tapi juga tak masuk akal.

“Medali ini... Ini... milik Tuan Menir...”

Semua terdiam. Hanya suara tikus kecil di balik lemari yang terdengar, dan detak jantung mereka masing-masing yang terasa terlalu keras di dada.

Mbok Piyah perlahan berdiri, tatapannya kosong namun penuh firasat buruk.

“Pasti ini ada hubungannya dengan dia… dengan arwah Tuan Menir. Nyi Kodasih mungkin membuat kesalahan lagi...”

Pardi mengangguk pelan, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Lalu... sekarang bagaimana, Mbok? Siapa yang bisa bantu kita?”

“Mbah Jati sudah pergi dari dusun ini,” gumam Mbok Piyah, seperti berbicara pada dirinya sendiri. “Dukun terakhir yang bisa menghadapi makhluk begitu sudah tak ada.”

Ia terdiam sejenak, lalu matanya menyipit, seperti mengingat sesuatu.

“Arjo... Ya, Arjo. Anak itu murid Mbah Jati dan kemarin membantu ritual Nyi Kodasih. Mungkin... mungkin dia bisa bantu.”

Mbok Piyah menoleh cepat ke arah Pardi.

“Kamu panggil Arjo sekarang juga!”

Tanpa berkata apa-apa, Pardi langsung berlari keluar dari loji, menembus kabut pagi yang masih menggantung di halaman depan.

“Aku akan sekalian tanya Arjo tentang kendi itu.” Gumam Pardi di dalam hati dan dia berlari menuju ke rumah Arjo.

1
YuniSetyowati 1999
Pertondo opo maneh to ki?
YuniSetyowati 1999
Dalem banget ini Mak othor maknanya.
‎"Dalam setiap kendi air yg dibawa nyi Kodasih, selalu ada daun Bidara dan bunga kantil"
‎Dimulai dari kendi yg berisi air yg menyimbolkan kesederhanaan, kerendahan hati dan tidak sombong.Air didalam kendi ~ tetap tenang jaga keseimbangan.Air menyimbolkan kejernihan.Pembersihan diri dari aura negatif.Daun bidara sendiri sebagai simbol kesabaran, kemurnian, perlindungan dan kesederhanaan.Sering digunakan untuk acara keagamaan dan spiritual untuk memohon perlindungan, keselamatan dan keberkahan kepada sang pencipta.Bunga kantil sendiri menyimbolkan kesetiaan, kemesraan, kedekatan hati (kantilaning ati), hubungan erat walau berbeda alam, serta usaha dan ketundukan pada Tuhan (kanti laku).
YuniSetyowati 1999
"Nyi Pangruwating" bagus juga lho julukan ini.
Pangruwat - Pemelihara
Pangruwating - Seorang pemelihara/perawat/bisa juga diartikan penjaga kebaikan.
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
aseekkkk ada cerita wind wind sendiri.. yeaaaayyy 🥳🥳🥳😚😚
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ: ookeeeh Ceu /Ok/😍
total 5 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ceritanya seru, juga menegangkan. Yg kepo yuk buruan dibaca, dijamin gak akan kecewa🥰
Arias Binerkah: 🤗🤗🤗🤗🤗🥰🥰🥰🥰🥰
total 3 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Eh, tamat ini mbak?
Arias Binerkah: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 3 replies
Its just a lunch
tamat ini thor?? ceyius??
Arias Binerkah: tamat sesi 1 Kak, karena era berubah di era kemerdekaan saran editor dipisah
total 1 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
hore ada windy lagi
Ai Emy Ningrum: haok iki opo 🤔 aku tau'e yaa hoak gess
total 7 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
lhaa gono yoo yyoo wis lah sih saiki arep kpiye maneh jal
Its just a lunch
kak othor bonusin visual nyi kodasih yg sekarang donk,atau before-after nya😄,bagus kak karyamu...aku berasa di ajak kembali ke masa lalu negri ini...💪
Ai Emy Ningrum: iya jg 🤔🤔🤔 nti ga sesuai ekspektasi 😌 kuciwa jd nya
total 2 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
hayooo iye rasne jall
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: yaa kena dd pula 🤭🤭🤣🤣
total 4 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
mungkin part2 ini adalah saat terbaik nya nyai kudasi, lagi eling, mau nolong orang dengan tulus, sifat serakahnya lagi mati suri dulu 😴😴
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ: mending juga jadi bibit cabe 🌶️🌶️🌶️ bermanfaat 😚
total 13 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
laah Warastri piyeee Jo..?😱 kalau nyai kudasi pergi sendiri sih gapapa, ini bawa anak orang looh bukan anak ayam 🙈
Ai Emy Ningrum: bayangin nya Nyai Kodasih ini kek tokoh dipilem fantasi ... Maleficent yg jln bajunya sampe nyapu lantai agak2 melayang ,mata nya tajam ,lirikan nya pun menohok pandangan 🧐🧐
total 5 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
mana ada dia tau jalan pulang yg ada malh mengadaikan hidup nya pada bendoro gusti batoro kolo
ora malh eling kro kang moho pengeran tp mlh yembah sing dadi musryik tp ben wae kui dalane wong kang apes ora entuk hidayah lan karomah
mulo yo lur tansah iling lan waspodo
kbeh mau wis di taker ora bakal kleru nrimo ing pandum
mugo seko tulisan e author mbk yu arias iki iso gae pelajaran supoyo iso mbedakne
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: wahh betul bget kui
total 5 replies
YuniSetyowati 1999
Dan seperti aku yang akhirnya bisa bersembunyi dibalik selimut setelah seharian bergelut dengan indahnya hidup 😁
Ai Emy Ningrum: aduh ..aduh...aduh....
hoooo mana mungkiiin 💃🏻🕺🏻🎶🎶🎶
total 5 replies
* bunda alin *
❤️
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
lahhh mboh ngetik dowo2 ilang mergo iklan sing njengkel ne
iklan gantek bolak balik wae sepet tenan aku
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: ota lhoo padahal 🤣🤣🤣
total 9 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
oalah iseg getun mergo elek rupo manungso yen serakah mestu wae ora bakal nrimo enek e kurang kari kurang ora eling kbeh mau mung sak dermo titipan ing Gusti Pengeran
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ: 🤣🤣🤣 nyari kata2 yg pass nya berapa jam Ceu? 😆
total 6 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Jangan menunggu sesuatu yg belum pasti, Nyi. Lanjutkan saja hidupmu dan sembuhkan juga luka hatimu
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
nahh kan benar kan yg dtg serdadu jeoang itu
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: hadep emg yaa klo koreksi suka tepat
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!