NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Naresha VS Elvira

Happy reading guys :)

•••

Naresha spontan mengukir senyuman tipis penuh akan ejekan saat mendengar perkataan dari salah seorang sepupu perempuan yang selama ini selalu bermasalah dengan dirinya. Ia melipat kedua tangan di dada, menyandarkan punggung ke sandaran kursi sembari menatap sejenak ke arah Kaizen yang masih asyik mengobrol bersama beberapa sepupu laki-lakinya.

Elvira Anindya Renaya—nama sepupu Naresha itu—seorang cewek berumur tujuh belas tahun yang memiliki rambut panjang berwarna kuning muda bermodelkan long wavy hair. Ia berdecak pelan saat melihat senyuman tipis milik Naresha, ikut melipat kedua tangan di depan dada sembari sedikit merapikan black sequin bodycon dress yang sedang dirinya kenakan sekarang.

“Cowok kayak Kaizen … di sekolahku cowok kayak gitu cuma jadi bahan bully-an … nggak lebih dari seorang sampah,” kata Elvira, nada suaranya dipenuhi oleh kepercayaan diri, kebencian, serta rasa iri sangat luar biasa.

Naresha berdeham pelan saat mendengar hal itu, mengambil gelas berisikan jus mangga miliknya dari atas meja, lantas memainkannya secara perlahan-lahan sebelum membuka suara. “Oh, iya, kah? Tapi … kok, sekolah kamu selalu kalah, sih, dalam turnamen basket nasional? Padahal … katanya cowok kayak suami aku selalu jadi bahan bully-an, tapi kenapa team basket yang diketuai sama dia selalu bisa meraih juara pertama, ya?”

Elvira terkekeh pelan, sebelum menatap ke arah Naresha dengan tatapan penuh akan merendahkan. “Hah … juara? Itu cuma hoki, doang. Lagian, sekolahku itu fokusnya ke turnamen internasional … bukan turnamen nasional yang hadiahnya cuma bisa buat beli skincare mingguanku.”

Mendengar hal itu, Naresha spontan menahan tawanya yang hampir saja ingin keluar. Ia lantas mengalihkan pandangan ke arah kanan-kiri—menatap wajah cantik Aurora dan Savana secara bergantian—sebelum kembali membuka suara yang membuat Elvira tidak bisa lagi menyombongkan diri.

“Kak, Dek, kalian berdua percaya? Kalau aku nggak, sih … soalnya turnamen basket internasional cuma bisa diikuti sama juara dan runner-up nasional, sedangkan sekolah dia aja masuk sepuluh besar nggak bisa … Jadi, kelihatan banget nggak, sih, halunya?” jelas Naresha dengan begitu sangat tenang, tetapi sorot matanya menunjukkan kemenangan sangat luar biasa ke arah Elvira.

Elvira yang semula duduk dengan sangat anggun dan percaya diri spontan membeku beberapa detik—senyuman tipisnya secara perlahan-lahan mulai memudar begitu mendengar kata-kata Naresha yang menohok tepat sasaran. Sorot matanya berubah menjadi sangat tajam, mencoba menutupi rasa malu yang sudah lebih dulu menyebar di wajah cantiknya.

Savana yang sedari tadi hanya mengamati sudah tidak bisa lagi untuk menahan tawa kecilnya. Ia menutup mulut dengan telapak tangan kanan, seraya matanya yang indah menyorot ke arah Elvira penuh kegelian.

“Duh, Vir … kalau soal fakta, jangan coba-coba lawan Naresha, deh. Dia nggak pernah salah kalau udah buka suara … dan ingat … kamu itu bukan lawan dia. Kalian itu bagaikan langit dan bumi … Naresha di sekolahnya jadi ketua OSIS, sedangkan kamu ….”

Aurora pun ikut terkekeh puas, lantas mendekatkan diri ke arah Naresha sambil menatap Elvira dengan sangat polos, tetapi sangat bahagia ketika melihat kakak sepupunya yang paling sombong itu tidak bisa berbuat apa-apa. “Berarti Kak Vira cuma halu, dong? Ih … malu banget kalau aku jadi kamu, Kak.”

Wajah cantik Elvira seketika berubah menjadi merah sempurna, antara menahan amarah sekaligus merasa tersindir secara habis-habisan. Ia menggerakkan giginya secara perlahan-lahan, lantas kembali menyilangkan kedua tangan di depan dada untuk mencoba mengembalikan wibawanya, tetapi itu tidak berlangsung lama, karena dirinya sesegera mungkin mengalihkan pandangan ke arah depan saat sang paman—ayah Naresha—tiba-tiba saja membuka suara.

“Terima kasih karena kalian semua sudah berkenan untuk hadir di acara makan malam bersama pada malam hari ini … aku harap kalian bisa mendoakan yang terbaik untuk rumah tangga Naresha dan Kaizen ke depannya … agar mereka bisa menjadi pasangan yang bukan hanya saling melengkapi, tapi juga saling menguatkan seperti yang selalu keluarga besar kita ajarkan.”

Suara berat Ardan terdengar begitu sangat mantap dan penuh akan wibawa, membuat seluruh ruangan sontak berubah menjadi hening seketika—semua pasang mata kini tertuju pada Naresha dan Kaizen yang sedang duduk saling berhadapan.

Naresha refleks mengukir senyuman manis ke arah para anggota keluarga besarnya. Sedangkan Kaizen, hanya mengukir senyuman tipis, lantas tanpa aba-aba dan penuh akan percaya diri menggenggam tangan kanan Naresha yang berada di atas meja makan.

Elvira yang sedari tadi masih berusaha mengembalikan harga dirinya, kini mendadak kaku melihat pemandangan itu. Genggaman tangan penuh keyakinan dan kasih sayang dari Kaizen—yang terlihat begitu nyata dan seperti sedang tidak dibuat-buat—membuat dirinya menjadi sangat marah, apalagi ketika mendengar bisik-bisik kecil dari sepupu lain yang memuji serta merasa iri dengan Naresha.

Savana menyunggingkan senyumannya miring penuh akan arti serta kebahagiaan saat melihat interaksi tubuh Naresha dan juga Kaizen, lantas melirik sekilas ke arah Elvira.

“Jadi, Vir … mau ngomong apa lagi sekarang?” bisik Savana dengan suara begitu sangat tenang, tetapi dipenuhi sindiran sangat mendalam.

Aurora mengukir senyuman lebar penuh kebahagiaan saat melihat hal itu, lantas menepuk-nepuk pelan tangan kiri Naresha yang berada di atas pangkuan dengan penuh antusias. “Kak Resha sama kak Kaizen cocok banget … kayak couple goals di drama-drama Korea yang sering aku tonton di rumah!”

Mendengar itu semua, sorot mata Elvira seketika berubah menjadi sangat redup, tetapi dia tetap berusaha mati-matian untuk menjaga ekspresi wajahnya agar tetap anggun—meskipun rasa malu sudah semakin membara di dalam tubuhnya.

Elvira menarik napas panjang, menegakkan punggungnya seakan tidak terjadi apa-apa. Ia mencoba untuk tersenyum tipis—meski jelas terlihat kaku di wajahnya—sebelum menatap penuh rasa iri ke arah Naresha.

Naresha yang sebenarnya menyadari tatapan penuh iri dari Elvira hanya memilih untuk tetap bersikap tenang. Ia sedikit memberikan senyuman penuh arti, sebelum membalas genggaman tangan yang sedang diberikan oleh Kaizen, seakan ingin menunjukkan kepada semua orang—terutama Elvira—bahwa dirinya bersama Kaizen benar-benar sepasang suami-isteri yang sangat sempurna.

Kaizen dengan sangat lihai memainkan perannya, sebelum pada akhirnya menambahkan satu kalimat yang membuat semua anggota keluarga besar menjadi sangat iri. “Aku beruntung banget bisa punya istri kayak Naresha … dia bukan cuma cantik, tapi juga punya hati yang luar biasa baiknya.”

Ruangan makan seketika dipenuhi oleh gumaman penuh kekaguman, beberapa sanak saudara bersorak kecil, bahkan Gayatri menatap kedua anaknya itu dengan sorot mata penuh kebanggaan.

Aurora semakin bersemangat saat mendengar hal itu, lantas menepuk-nepuk meja sambil berseru dengan sangat riang. “Iya! Aku juga mau kayak Kak Resha nanti!”

Suasana meja makan semakin riuh dengan canda dan tawa saat mendengar seruan dari Aurora. Namun, itu tidak berlaku bagi Elvira, karena di dalam hati dirinya bersumpah akan menjatuhkan Naresha dan merebut semua sorotan yang kini sedang didapatkan sepenuhnya oleh sepupunya itu.

To be continued :)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!