Awalnya Daniel tidak ingin dijodohkan dengan Hannah wanita pilihan ibunya. Karena, dia sangat mencintai Shofia, kekasih sekaligus tunangannya. Daniel merasa kesal karena Isabella menuduh Shofia berselingkuh dengan klien bisnisnya. Sehingga, dia menolak permintaan ibunya, akan tetapi, saat keduanya bertemu Daniel berubah pikiran dan mau menikahi gadis itu. Sebab, Hannah adalah penolongnya pada saat dia kecelakaan dua tahun yang lalu. Meskipun dia telah memiliki seorang tunangan, tapi dia bertekad untuk menikahi gadis pilihan ibunya. Lalu, bagaimanakah kelanjutan hubungan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPJ- 27
"Senang bekerjasama dengan Anda!"
"Ya, saya juga senang. Semoga kerja sama kita ini lancar dan sukses ya!"
Daniel menjabat tangan klien nya, begitupun dengan kliennya ia membalas jabatan tangan dari Daniel.
"Oh iya, ini istri saya, Hannah!"
"Halo, senang bertemu dengan Nyonya Daniel. Perkenalkan saya Robert Delwyn, dan ini istri saya Jeslyn Valentino."
"Senang bertemu dengan Anda!" sapa Jeslyn dan Hannah bersamaan, kemudian Jeslyn mengajak Hannah untuk pergi bersamanya.
"S-saya belum terbiasa dengan kehidupan orang kaya. Saya masih malu, kita tidak setara Nona!"
"Jangan begitu, saya ini dulunya juga sama dengan Anda. Saya pada saat itu hanyalah aktris pendatang baru. Dan kebetulan suami saya itu adalah masa lalu saya, dia pernah menyakiti saya. Tapi, dia berjuang mendapatkan cinta saya, akhirnya kami bisa bersama seperti ini," ujar Jeslyn
"Kisah cinta yang mengharukan," ujar Hannah.
"Sebenarnya, saya mengandung anaknya. Makanya dia mengejar saya, anak saya itu adik dari anak-anak kembarnya. Ini dia foto-foto anak saya, dan Kakak-kakaknya."
"Wah, mereka sangat menggemaskan ya Nona!"
"Iya, mereka memang menggemaskan. Dua anak laki-laki ini anak suamiku dengan mantan istrinya. Yang anak perempuan ini anakku dan suamiku."
"Apakah ada rencana memiliki anak lagi?"
Wanita cantik nan anggun itu menggelengkan kepala, "Tidak Nyonya Daniel, aku dan suami mengikuti alur saja. Jika diberikan oleh Tuhan ya kami tidak akan menolak. Tapi, kalau bisa sih jangan. Si kembar dan anak perempuan saya saja sudah cukup!"
"Tapi kan, Nyonya Robert hanya memiliki satu anak saja. Sedangkan anak mantan istrinya suami Anda sudah ada dua loh."
"Tidak apa-apa, bagaimanapun juga si Kembar ini Kakak kandung dari putriku. Sehingga, aku tidak pernah mempermasalahkan ini. Asal suamiku tidak selingkuh, itu saja sudah cukup bagiku."
"Sudah cantik, baik hati lagi. Pantas saja Tuan Robert sangat mencintai istrinya. Aku juga harus belajar dari Nyonya Robert, supaya Kak Daniel benar-benar mencintaiku." batin Hannah.
"Sayang! Istriku!" ujar Daniel dan Robert bersamaan.
Hannah dan Jeslyn menoleh, dan menghambur pada suami masing-masing.
"Sepertinya kamu sudah akrab ya dengan Nyonya Robert?" goda Daniel.
Hannah tersenyum tipis, ia malu menatap suaminya.
"Istriku, kamu bisa mudah akrab begitu ya dengan Nyonya Daniel?"
"Iya, sebab aku dan Nyonya Daniel ada kemiripan."
"Begitu ya. Oh iya, Tuan dan Nyonya Daniel. Kami pamit dulu ya, kita akan bertemu lagi nanti. Istriku, ayo!"
Daniel dan Hannah menganggukkan kepalanya, mereka melambaikan tangannya ketika Robert dan istrinya memasuki mobil.
"Sayang kok kamu bisa dengan mudah akrab begitu?"
"Aku memang begini, mudah akrab dengan orang. Kecuali laki-laki, aku nggak mau terlalu akrab. Brian saja agak lama mendekatiku. Dan mantan pacarku pun sama, jadi tidak heran kalau aku masih single di usia 29 tahun ini," kata Hannah polos.
Ia tidak tahu, kalau Daniel begitu kesal mendengar celetukannya. Ia cemburu, tapi istrinya itu memang tidak paham dengan kondisinya saat ini.
"Kak! Kok diam sih?" tanya Hannah sambil melambaikan tangannya.
"Ah, Iya Sayang. Pulang yuk!"
Hannah menganggukkan kepalanya, ia juga merangkul lengan suaminya,"Ayo Kak, kita pulang!" ujarnya.
"Dia ini polos, atau hanya pura-pura polos saja. Aku sudah menunjukkan kemarahanku, tapi dia masih saja pura-pura gak tahu." batin Daniel.
Daniel dan istrinya kembali ke hotel, ia menyalakan Electric Heaters dan membuka mantelnya dibantu oleh istrinya. Begitu pula dengan Hannah, ia membuka mantelnya dibantu oleh Daniel. Mereka duduk di sofa panjang, kali ini Daniel terlihat sekali menghindari istrinya. Ia duduk agak jauhan dari Hannah, wanita itu hanya mengernyit heran tapi ia berpikir positif saja. Mungkin suaminya itu ingin menenangkan diri setelah seharian berbicara dengan klien bisnisnya. Ia paham Daniel adalah pebisnis sukses, sehingga ia hanya diam saja menatap punggung Sang Suami.
"Apa aku pijat punggung Kak Daniel saja ya? Sepertinya dia kelelahan," batin Hannah.
Wanita itu merapatkan tubuhnya pada sang suami, lalu ia mulai memijat pundak suaminya.
Daniel menoleh pada sang istri, ia tersenyum manis sambil memegangi jari-jemari sang istri. Sehingga membuat Hannah mau tidak mau menghentikan aktivitasnya.
"Jangan sayang, Kakak tahu kamu sedang kelelahan."
Hannah menggelengkan kepala, "Dari tadi Kakak diam saja, aku pikir Kakak yang kelelahan. Jadi, aku inisiatif untuk memijat pundak Kakak, aku bisa pijat Kakak. Supaya rasa lelah Kakak sedikit berkurang," katanya sambil menatap lekat wajah suaminya.
"Kamu benar-benar istri yang baik, Hannah. Akh beruntung memiliki kamu, tapi kamu tidak beruntung memiliki suami seperti aku!" ujar Daniel menyesali perbuatannya dulu.
"Setiap manusia pasti memiliki kesalahan, aku yakin Kakak sebenarnya adalah pria yang baik. Hanya saja, Kakak saat itu sedang frustasi kan. Sehingga, Kakak tidak bisa mengendalikan pikiran Kakak. Emosi berlebihan membuat Kakak hilang kendali dan akhirnya minum-minuman beralkohol tinggi, yang membuat Kakak tidak sadar diri."
"Pantas saja Mama menjodohkan aku denganmu, kamu memang wanita yang langka. Tidak ada wanita yang sama denganmu, di negara ini. Jarang yang sepertimu, termasuk Sofia tunangan ku. Dia bahkan tidak bisa menjaga kesuciannya untukku, dia lebih memilih kepuasan sesaat dibandingkan dengan menjaganya," ujar Daniel sambil menatap lekat wajah cantik istrinya.
"Kakak jangan membicarakan kejelekan Nona Shofia, bagaimanapun juga Kakak adalah kekasihnya. Kita memang sudah menikah, tapi tidak bisa menjelek-jelekan orang yang pernah kita cintai. Aku pernah di posisi Kakak, betapa sakitnya di khianati. Bahkan aku lebih menyakitkan, dikatakan miskin, tidak tahu malu, bahkan aku juga dibilang sok suci olehnya. Karena aku tidak mau memberikan kesucianku padanya, dia hampir melecehkanku. Untung saja Brian datang tepat waktu, kalau tidak aku tidak mungkin bisa hidup dan menjadi istri Kakak. Walaupun istri di atas kertas saja."
"Siapa yang bilang kamu istri di atas kertas? Bukankah aku sudah mulai mengenalkan kamu pada rekan bisnisku barusan. Memang aku belum bisa memberitahu orang-orang di negara kita, mereka tahunya aku tunangan Shofia. Tapi, Sayang aku janji akan memberitahu mereka kalau kamu istriku. Sabarlah sebentar ya, aku akan menyelesaikan masalah ini secara perlahan."
Hannah memeluk tubuh sang suami, ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria tampan itu. Daniel tersenyum manis, ia bahagia sebab Hannah mampu mengerti perasaannya. Ia kemudian membawa sang istri ke ranjang, dan merebahkan tubuhnya.
"Istirahat ya, kamu pasti kelelahan. Hari semakin larut. Ibu hamil harus segera tidur, tidak boleh begadang!" tegas Daniel pada istrinya.
"Iya Kak, terima kasih ya!" kata Hannah sambil mengecup pipi sang suami,"...tapi sebelum itu kita bersihkan tubuh dan riasan wajahku dulu. Kakak juga belum ganti pakaian, bagaimana sih?" canda Hannah pada suaminya.
Daniel menggelitiki pinggang sang istri membuatnya kegelian, "Ampun Kak, aduh geli...!" katanya sambil tertawa.
"Kamu bisa cerewet juga? Duh makin cinta aku!"
Bersambung...
nyatanya masih dimalam itu baru kenalan😆
tau tau udah lebih dari seminggu di apart Daniel,