NovelToon NovelToon
MAFIA DAN GADIS BUTA

MAFIA DAN GADIS BUTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Romansa / Roman-Angst Mafia / Dark Romance
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!

Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.

Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.

Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.

Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.

Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32. LUKISAN

Suasana dalam galeri kembali senyap setelah sebuah satu kebenaran terungkap. Namun suasana batin Jeremy justru berkecamuk. Ia memandangi Camellia dalam diam, seolah menyusun ulang serpihan kenangan yang pernah ia kubur dalam-dalam. Di setiap gurat wajah Camellia yang kini dewasa, ia masih menemukan gadis kecil yang dulu selalu tertawa bersamanya di taman belakang rumah keluarga Dawson, menyentuh bunga tanpa bisa melihat warnanya, namun mampu merasakan keindahannya lebih dari siapa pun.

Camellia menatap Jeremy dengan mata yang berkaca-kaca. Untuk sesaat, waktu seolah kembali ke masa itu; saat Jeremy masih menggambar dengan pensil usang, dan Camellia duduk di sampingnya, bertanya banyak hal dengan polosnya.

Jeremy menarik napas panjang, lalu mendekat. Tangannya gemetar saat ia mengangkatnya, seolah hendak menyentuh pipi Camellia, namun mengurungkan niatnya. Ia tidak pantas menyentuh Camellia, tidak setelah apa yang Jeremy lakukan.

"Aku pengecut, Lia," suara Jeremy rendah, patah. "Aku membiarkan diriku dibutakan oleh kata-kata Briana. Aku memilih percaya pada kebohongan karena lebih mudah daripada menghadapi ketakutanku sendiri saat itu."

Camellia membuka mulutnya untuk bicara, tapi Jeremy mendahuluinya.

"Kau ingat, dulu kau pernah bilang padaku ... bahwa gelap tak pernah benar-benar menakutkan, selama ada suara seseorang yang kau percaya?" Jeremy mengerutkan kening, senyum getir di wajahnya. "Tapi aku ... aku adalah suara yang pergi."

Camellia menunduk, matanya terlihat sayu. "Aku mencarimu, Jeremy. Lama sekali. Aku bertanya ke semua orang. Aku menulis surat dengan bantuan Jane, tapi semua tak dijawab. Aku pikir ... mungkin aku memang tak cukup berarti bagimu."

"Jangan katakan itu." Suara Jeremy serak. Ia memejamkan matanya. "Kau adalah satu-satunya orang yang benar-benar melihatku ... bahkan saat aku belum tahu siapa diriku. Aku yang salah bukan mau, Lia."

Camellia terdiam. Luka lama itu terasa hangat dan menganga kembali. Tapi kini ada perasaan lega, seolah beban yang menyelimutinya telah menguap pergi.

Jeremy mengalihkan pandangannya ke Lucas, yang duduk di samping Camellia. Ia menatap pria itu, dan meskipun tak ada kebencian, ada sesuatu yang lain di sana yaitu penyesalan, mungkin juga kehilangan. Camellia telah bersama pria lain dan itu mungkin lebih baik dibandingkan Jeremy yang pengecut.

"Kau mencintainya?" tanya Jeremy pelan, tersenyum menggoda Camellia dan Lucas.

Camellia mengangguk perlahan. "Dia ... menyelamatkanku lebih dari sekali. Bukan hanya dari orang lain, tapi dari diriku sendiri. Dari rasa takut, dari sepi yang menjeratku begitu lama. Dia memberikan cinta yang tidak pernah aku dapatkan, bahkan dari orang tuaku sendiri. Dia bahkan memberikan dunia baru untukku."

Jeremy menelan ludah. Ia menarik napas panjang, lalu menatap Camellia lagi. Ah, Jeremy iri dengan Lucas yang bisa mendapatkan cinta dari gadis paling polos di dunia ini. Gadis yang senyumnya bagai bunga matahari, hangat bagai cahaya mentari setelah hujan.

"Seandainya waktu bisa diputar," gumamnya.

Camellia tersenyum tipis, dan berkata, "Aku pun pernah berharap begitu. Tapi sekarang aku sadar, beberapa luka memang harus terjadi ... agar kita bisa tumbuh."

"Lalu aku hanya jadi luka itu?"tanya Jeremy lirih.

"Tidak," jawab Camellia cepat. "Kau adalah bagian dari cahaya yang pernah menghangatkan aku. Kau teman yang paling dekat denganku, dan akan terus seperti itu."

Jeremy tertawa kecil, pahit, tapi juga tulus. "Itu adalah kata-kata terindah yang pernah kudengar setelah bertahun-tahun."

"Kalian membuatku cemburu," protes Lucas yang sejak tadi hanya memerhatikan.

Jeremy dan Camellia saling melihat, laku tertawa. Bisa-bisanya Lucas merasa seperti itu padahal tahu siapa pemilik jiwa dan raga Camellia.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, Lia. Harta karunku yang bahkan telah ditawar mahal, tapi aku tidak pernah mau memberikannya kepada siapa pun," kata Jeremy.

"Apa itu?" Camellia penasaran.

Jeremy berjalan pelan menuju salah satu kanvas besar yang diselubungi kain putih. Dengan gerakan perlahan, ia menarik kain itu dan memerlihatkan lukisan besar bergaya impresionistik. Di dalamnya, seorang gadis muda berdiri di padang bunga liar, mengenakan gaun putih yang sederhana. Matanya terpejam, wajahnya menghadap cahaya seolah merasakan sinar matahari meski tak dapat melihatnya.

"Itu kau," beritahu Jeremy. "Aku melukis ini bertahun-tahun setelah aku ke Paris. Ketika aku sadar kalau aku tak akan pernah bisa menghapusmu dari hatiku."

Camellia membekap mulutnya. Ia berjalan pelan ke arah lukisan itu dan menyentuh permukaannya, jari-jarinya menyusuri setiap warna, setiap jejak hati yang tertinggal di sana.

"Jeremy ...." Camellia terdengar lirih sekaligus kagum. "Ini indah sekali," lanjutnya.

Jeremy tersenyum samar, lalu menatap Lucas. "Tolong jaga Camellia. Dia temanku yang berharga. Kau tidak tahu betapa beruntungnya kau bisa berdiri di sisinya."

Lucas hanya mengangguk pelan. "Aku tahu. Dan aku tak akan pernah menyia-nyiakan itu."

Suara jam antik kembali berdentang. Sinar senja mulai menyusup masuk lewat jendela galeri, melukis bayangan-bayangan panjang di lantai kayu tua.

Camellia berjalan mendekat ke Jeremy. Ia mengangkat tangannya, kali ini menyentuh wajah pria itu dengan lembut.

"Jeremy, berbahagialah," ucap Camellia tulus.

Jeremy menunduk, dan untuk pertama kalinya, air matanya jatuh. Ia menarik Camellia ke dalam pelukan hangat dan penuh penyesalan. Tak ada kata-kata lagi, hanya detak jantung mereka yang saling mengenang hal-hal yang pernah hangus, namun kini perlahan mendapat api baru untuk menyala kembali, bukan sebagai cinta yang dimiliki, tapi sebagai kenangan yang diberkati.

Jeremy melepaskan pelukannya perlahan, matanya masih sembab. Camellia menyeka air matanya sendiri, kemudian tersenyum kecil, hangat namun penuh luka yang tak benar-benar bisa dihapus.

"Tunggu di sini," ujar Jeremy perlahan. "Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan. Sesuatu yang tak pernah kulupakan lainnya."

"Berhentilah membuatku cemburu, Love," ucap Lucas mencium pipi Camellia ketika Lucas pergi ke ruangan lain.

Camellia memukul lengan Lucas hingga terdengar gelak tawa dari pria itu.

Jeremy berbalik menuju pintu kecil di ujung galeri, membuka kunci tua yang berderit pelan sebelum menghilang di dalam ruangan remang-remang yang tersembunyi di balik tumpukan lukisan lain. Camellia dan Lucas saling menatap sekilas, sebelum akhirnya Jeremy kembali dengan sebuah map besar di tangannya, lusuh, penuh debu usia, namun dijaga seolah itu peti kenangan yang tak boleh disentuh waktu.

Jeremy meletakkannya di meja kayu panjang, lalu membuka satu per satu isinya.

Sketsa.

Begitu banyak sketsa.

Seluruhnya adalah Camellia.

Camellia kecil yang sedang duduk memeluk lutut di taman, Camellia yang sedang tertawa sambil menyentuh kelopak bunga, Camellia dalam gaun musim semi yang sederhana, rambutnya tergerai dalam sapuan pensil lembut. Bahkan ada sketsa wajahnya dari sudut samping, lembut, tenang, dan menatap ke arah cahaya yang tak terlihat.

Camellia menatap lembaran-lembaran itu seperti seseorang yang baru saja menemukan potongan jiwanya yang hilang.

"Aku membuat semua ini setelah aku meninggalkanmu," ucap Jeremy pelan. "Mungkin aku ingin membencimu, tapi tanganku tak pernah bisa menggambar selain dirimu."

Lucas berdiri di belakang Camellia, namun ia tak bisa berpaling dari sketsa-sketsa itu. Ada sesuatu yang magis, yang menghantamnya seperti badai pelan namun dalam. Setiap guratan tampaknya tidak hanya menangkap wajah Camellia, tapi seluruh jiwanya.

"Ini..." ucap Lucas akhirnya, suaranya nyaris bergetar, "…adalah keindahan yang bahkan kamera terbaik pun tak bisa tangkap."

Jeremy menatap Lucas. "Itulah Camellia. Sejak dulu, dia memang indah untuk menjadi inspirasi lukisan."

Lucas melangkah ke meja, tangannya menyentuh salah satu sketsa yang menampilkan Camellia sedang bersandar di pohon tua, bibirnya tersenyum samar seperti menyimpan rahasia manis dunia.

"Aku ingin semuanya. Jadikan semua sketsa ini lukisan, dan juga lukisan besar tadi. Berikan semua padaku," ucap Lucas tiba-tiba, suaranya tegas namun penuh getaran.

Camellia menoleh padanya, kaget. "Lucas?"

Lucas menatap Jeremy. "Berapa pun harganya. Aku ingin membawa semua lukisan ini pulang. Ke tempat kami. Di mana pun itu nantinya. Aku ingin setiap dinding rumah kami menceritakan siapa Cammy, dari sudut mata orang yang benar-benar pernah tahu tentang Cammy. Kau harus menyimpan nomor teleponku. Beritahu aku jika kau sudah siap untuk mengirimkannya."

Camellia tertegun. Kata-kata Lucas menghantamnya seperti nyala matahari pagi setelah malam panjang. Rona merah mudah tergambar di pipi Camellia. Tidak pernah ia melihat sisi Lucas ini. Seolah memberitahu betapa terobsesinya Lucas pada Camellia.

Jeremy menatap Lucas lama, sebelum akhirnya tertawa kecil. "Akan kuselesaikan segera. Kuhubungi dirimu jika sudah selesai. Akan kupastikan kau tidak bisa memalingkan wajahmu dari lukisan-lukisan Camellia ini. Kau harus buat studio khusus untuk Camellia."

"Oh, ide yang bagus," setuju Lucas.

"Kalian berdua berhentilah. Kalian membuatku malu," protes Camellia yang sudah merah padam wajahnya.

"Hentikan priamu, jangan aku. Aku hanya menyanggupi permintaan customer-ku," jawab Jeremy dengan senyum lebar.

Lucas mengangguk, lalu menoleh pada Camellia, menggenggam tangannya erat seolah takut kehilangan satu detik pun untuk mengungkapkan betapa besarnya cinta yang ia miliki.

"Kau tahu, Love," ucapnya dengan nada rendah namun mengalir seperti puisi, "seberarti itu dirimu untukku, karena setiap detik bersamamu membuat hidupku berarti. Karena bahkan lukisan terindah pun tak cukup menggambarkan betapa dalamnya rasa ini.”

Camellia menutup mulutnya, menahan emosi yang kembali mengalir deras. Matanya menatap Lucas dengan gemetar.

"Kau gila," celetuk Camellia. "Jeremy pasti sudah meracunimu hingga kau jadi puitis seperti ini!" lanjutnya.

"Kok aku," protes Jeremy.

Lucas tersenyum. "Gila karena aku mencintaimu, Love. Dan aku ingin menjadi lebih gila lagi."

Jeremy tertawa terbahak. "Sekarang aku tahu, kau jatuh pada pria yang benar-benar siap jatuh bersamamu. Dan tak akan pernah membiarkanmu jatuh sendirian. Pria gila yang tidak akan membuat hatimu membosankan, kurasa."

Camellia tak bisa berkata-kata. Ia hanya mendekap Lucas erat, menenggelamkan wajahnya di dadanya yang hangat untuk menyembunyikan wajah merah padamnya karena malu atas kegombalan Lucas.

Dan malam pun jatuh di Paris, dengan lampu-lampunya menyala seperti bintang yang tumpah dari langit. Di galeri kecil itu, cinta dan penyesalan, masa lalu dan harapan, semua bersatu dalam diam. Dan di antara tumpukan sketsa yang memuat wajah seorang gadis dengan mata yang pernah gelap, dua pria menatapnya, satu dengan kenangan, satu dengan masa depan.

Mereka berdua pamit kepada Jeremy untuk kembali ke hotel mereka. Dan tentu percakapan tentang lukisan Camellia itu benar-benar menjadi pembicaraan serius, yang mana nantinya lukisan-lukisan itu akan benar-benar dikirimkan ke rumah Lucas di San Francisco.

Ketika malam turun di Paris, dan lampu-lampu mulai menyala satu demi satu di sepanjang Sungai Seine, Camellia dan Lucas berdiri di tepi jembatan Pont Alexandre III. Angin malam membawa bau sungai, bunga, dan masa lalu yang akhirnya dilepaskan.

Camellia menyandarkan kepalanya di bahu Lucas. "Terima kasih sudah membawaku ke sini."

Lucas mengecup puncak kepala Camellia. "Aku hanya ingin kau tahu ...siapa dirimu sebenarnya. Bukan apa yang Briana katakan, bukan apa yang dunia kira. Tapi dirimu sebenarnya dari sudut pandang orang yang mencintaimu. Orang-orang yang memandang kau sebagai keindahan bukannya rasa iri."

Camellia tersenyum. "Aku janji akan menjadi lebih baik setelah ini. Menjadi orang yang pantas bersanding denganmu."

"No, Love. Bagaimana pun dirimu, kau selalu pantas untukku. Aku tidak ingin perempuan lain jika bukan dirimu. Kau duniaku sekarang," kata Lucas tulus.

Netra cokelat Camellia melebar ketika Lucas tanpa aba-aba menempelkan bibirnya pada bibir Camellia. Memberikan sensasi elektrik yang menggelitik perut hingga jantung berdetak kencang.

Namun perlahan Camellia terbiasa, membiarkan Lucas menuangkan cintanya malam ini, di kota para kekasih. Dan ini akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah bisa dilupakan baik untuk Camellia maupun Lucas.

Langit malam Paris menjadi saksi, bahwa dua hati yang lahir di tanah berbeda, kini menjadi satu dalam kisah yang tidak biasa. Dimana cinta akan selalu menemukan jalannya, tidak peduli jika dua hati itu berada di dua penjuru dunia yang berbeda.

Biarlah mereka menikmati malam tanpa gangguan, sebelum dunia akan menguji cinta mereka berdua.

1
ir
udah ga bisa ber word word pokok nya
hansen
Luke So sweet
ir
nanti teman² dan orang² yg udah menjauhi Cammy kalo, mereka melihat Cammy yg sekarang jadi perempuan yg cantik dan jadi wanita yg sempurna pada datang dan cari muka cihhh menjijikkan, nanti kalo mereka minta maaf, maafin aja Cammy tapi jangan pernah mau berteman dan dekat dengan mereka lagi ya sayang
Archiemorarty: Bener...maafin tapi jangan mau balik ke orang-orang itu. karena bakal sama aja nantinya 😌
total 1 replies
hansen
ini lah dunia yang sebenar cammy penuh warna ceria dan warna gelap yang menyakitkan lebih dari tidak bisa melihat..
ir
ga sabar lihat Briana matanya lepas 🤣🤣
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee
ir: owhhh jadi Cammy sama Rose cuma selisih satu tahun, kalo sama Lucas 6thn oke oke
Archiemorarty: Disini Lucas udah umur 28, jadi Rose & Rod 23, Cammy 22, Arthur & Arabella 33.
kejadian Rose pas Rose umur 20 terkahir kemaren, jadi 3 tahun setelahnya cerita Lucas sama Cammy ini.
total 2 replies
hansen
terbaik thor
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya semoga bisa menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Margaretha Indrayani
briana jangan kau anggap lycas seperti pria yang gampang kau rayu,, kau bakal frustasi sendiri nantinya
Archiemorarty: Terima kasih udah bacanya, ikutin terus updatenya. Semoga bisa menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Jelita S
serasa ikut jelong2 ke Swiss Thor😄😄
Archiemorarty: Tujuanku, biar readers serasa ikut liburan ke swiss...padahal mah othornya yang penting jalan2 juga ke sana /Facepalm/
total 1 replies
Jelita S
Thor slalu tersentuh semua dengan kata demi kata di cerita mu ini, terlalu suka dengan critamu
Archiemorarty: Aku buat yang terbaik buat para Readers. karena aku juga sebagai Readers seneng kalau ketemu cerita yang bagus. semoga ceritanya bisa menghibur waktu senggangnya kakaknya ya 🥰
total 1 replies
hansen
tetap la disamping lucas apa pun yang bakal berlaku kedepan cammy, dengan berganding bahu berdua percaya lah semua benang merah akan terungkai jawapan nya..itu lebih mudah melumpuhkan musuh adalah tetap disamping lucas
Archiemorarty: setuju /Scream/
total 1 replies
ir
Lucas yg meyakinkan Cammy saat rapuh, Lucas yg selalu ada. untuk Cammy, yg tidah pernah memandang kekurangan Cammy yg membawa dunia baru bagi Cammy, tapi nanti orang lain yg berusaha merebut posisi Lucas hahh pasti ituu
Archiemorarty: oh, silahkan saja. Lucas kita didikan bapak Rion. tahu sendiri kan /CoolGuy/
total 1 replies
Della Alfira
lagiii lagiii lagiii thorr😭
Archiemorarty: Hahaha...sabar ya. ditunggu setiap updatenya ya
total 1 replies
Jelita S
kok aku gk sabaran y liat Lukas bucin akut sama Cammy😀😀😀
Archiemorarty: Sama aku juga...
total 1 replies
ir
ayoo kita dampingi cucu menantu kita glow up, sebelum pulang ke rumah cammy sendiri, nanti ajak mampu dulu ke rumah calon mertua dulu ya kak, bila perlu menetap ajalah di kediaman Lorenzo, biar bianca uring²an
ir
aku baru mau komen, alhamdulillah ga ada gangguan dari ulat birahi ehh part selanjutnya nongol 😌😌
Archiemorarty: Hahahahaha, apa itu damai
total 1 replies
Jelita S
ah si ulet bulu masih sok perhatian,,hempaskan Briana 😡😡
Archiemorarty: hahahaha.... keributan itu wajib
total 1 replies
Jelita S
GK sabar liat Cammy bisa melihat🥰🥰🥰
Archiemorarty: percaya othor lebih gx sabar liat cammy bia liat 😌
total 1 replies
Jelita S
ah semakin gak sabar nunggu up mu thor
Archiemorarty: Xixixi...sabar ya
total 1 replies
ir
ayoo gass iki cucu ke Zurich liburan rame² kita 🤣🤣
Archiemorarty: Kapan lagi kan bisa liburan ke sana
Archiemorarty: Kapan lagi kan bisa liburan ke sana
total 2 replies
Jelita S
akhirnya Lukas jatuh cinta jga😄😄😄😄😄😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!