Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab
BRAK!
Suara benturan keras mengagetkan Yumi. Mobilnya bertabrakan dengan sebuah mobil mewah. Yumi segera turun dari mobil, memeriksa kerusakan yang terjadi. Dari mobil mewah itu, seorang pria turun, memeriksa mobilnya dengan ekspresi kesal.
"Apa Anda bisa bawa mobil dengan benar?" tanya Yumi, nada suaranya ketus, menyalahkan pria itu.
Dominic, pria yang baru saja keluar dari mobil mewah itu, melihat kerusakan mobilnya yang cukup parah.
"Kamu yang memotong jalan! Seharusnya saya yang bertanya," ujar Dominic, tatapan matanya tajam dan penuh amarah. Ia menatap Yumi dengan tajam, mencurigai bahwa tabrakan ini bukanlah sebuah kecelakaan biasa. Ia melihat ada sesuatu yang mencurigakan dari sikap Yumi yang terlihat tenang dan bahkan sedikit menantang.
"Saya?" Yumi melihat mobilnya, mengakui kesalahannya. Ia memang memotong jalan Dominic.
"Apakah Anda bisa mengganti kerugian mobil ini?" tanya Dominic, menunjuk mobilnya yang penyok.
"Anda kan kaya, kenapa harus minta ke saya?" jawab Yumi dengan santai, nada bicaranya meremehkan Dominic. Sikapnya yang acuh tak acuh membuat wajah Dominic semakin keras. Amarahnya semakin membuncah.
Dominic mengabaikan Yumi. Baginya, waktu sangat berharga, dan ia sedang terburu-buru. Ia lebih memilih untuk segera pergi daripada berurusan dengan wanita kurang ajar itu. Namun, ia tak akan melupakan kejadian ini. Ia akan mencari cara untuk membuat Yumi membayar atas kerusakan mobilnya.
"Hey, Anda sudah nabrak mobil saya, sekarang mau pergi gitu aja? Harus ganti rugi, dong!" Yumi menarik ujung jas Dominic, mencegahnya pergi.
Dominic menoleh, melihat tangan Yumi yang masih memegang jasnya. Sebuah senyum sinis terukir di bibirnya.
"Kau berniat menggodaku?" tanya Dominic, nada suaranya meremehkan Yumi.
"Anda terlalu berlebihan! Padahal saya tidak bermaksud demikian. Saya cuma ingin meminta ganti rugi," bantah Yumi, menarik tangannya dari jas Dominic.
"Saya tidak punya uang cash,"
"Cek juga bisa," kata Yumi, mencoba tetap tenang meskipun ia tahu Dominic tak akan mudah percaya.
"Kau yang menabrak mobil saya! Berapa yang harus saya bayar, Nona Yumi? dan Berapa yang Anda harus bayar?!" Dominic sudah kehilangan kesabaran. Ia ingin segera pergi, meninggalkan wanita yang menurutnya merepotkan ini.
Namun, Yumi kembali menghalanginya. Ia terus menahan Dominic, tidak membiarkannya pergi begitu saja. Ia tampak bertekad untuk mendapatkan ganti rugi atas kerusakan mobilnya, meskipun harus berhadapan dengan pria kaya dan berpengaruh seperti Dominic.
Drrt... drrt... drrt...
Ponsel Dominic berdering, memotong perdebatannya dengan Yumi. Ia segera mengangkat telepon tersebut.
"Tuan, misi kita bocor. Kita kehilangan miliaran karena semua senjata api yang akan diluncurkan tertangkap polisi. Ada beberapa anak buah kita juga tewas tertembak. Maaf, Tuan. Coba saja Anda tiba lebih cepat, mungkin semuanya masih bisa diselamatkan," suara panik Axel terdengar dari seberang telepon.
Dominic menatap Yumi dengan mata memerah karena amarah. Seketika itu juga, ia menyadari semuanya. Yumi adalah dalang di balik kebocoran informasi tersebut. Wanita itu telah membocorkan rencana mereka kepada polisi, menyebabkan kerugian besar dan jatuhnya korban jiwa.
Amarah yang membara memenuhi dadanya. Ia tidak akan membiarkan Yumi lolos begitu saja. Ia akan membalas dendam atas pengkhianatan dan kerugian besar yang telah ditimbulkan oleh wanita itu. Kehilangan miliaran rupiah dan nyawa anak buahnya adalah harga yang sangat mahal.
"Kau yang melakukannya!" suara Dominic meninggi, napasnya memburu, gigi-giginya terkatup rapat menahan amarah yang hampir meledak. Tatapan matanya tajam, mengancam, seperti ingin membunuh Yumi di tempat.
"Saya? Apa yang sedang Anda bicarakan? Saya tidak mengerti," jawab Yumi, tetap bersikap tenang. Ia berusaha mengelak, menutupi keterlibatannya dalam kebocoran informasi tersebut. Namun, ia tahu, Dominic tidak akan mudah percaya.
Dominic mendekati Yumi, jari-jarinya mencengkeram lengannya dengan kuat hingga tulang terasa nyeri. "Kenapa kau terus mengganggu hidupku?! Sudah kubilang berulang kali, bukan aku yang melenyapkan anak-anak dan ibumu! Kenapa kau begitu keras kepala?!" Urat-urat di lehernya menegang, wajahnya memerah menahan amarah yang meluap. Mata Dominic menatap tajam ke dalam mata Yumi,
Yumi membalas tatapan Dominic tanpa gentar. Air mata menggenang di pelupuk matanya, namun ia tetap teguh.
"Anda marah? Berapa miliaran yang Anda rugi?" Yumi bertanya, suaranya tenang namun di balik cadarnya, sebuah senyum getir terukir di bibirnya. Ia menikmati momen ini, melihat amarah Dominic yang semakin tak terkendali. Urat-urat di wajah Dominic menegang, menunjukkan betapa besar amarahnya.
"Kalau bukan Anda yang membunuh putra-putra dan ibu saya, lantas ini apa?!" Yumi mengeluarkan sebuah ponsel, menghidupkannya, dan memutar sebuah rekaman audio. Suara Dominic terdengar jelas, memberikan perintah kepada Axel untuk membunuh anak-anak dan ibunya. Bukti yang tak terbantahkan.
Kedua pasang mata bertemu, dipenuhi amarah yang membara. Udara di antara mereka terasa berat, dipenuhi dendam yang tak tertahankan. Keheningan melanda sesaat, hanya suara nafas mereka yang terdengar. Kemudian, Yumi bertanya lagi, suaranya bergetar menahan emosi, "Anda bisa menjelaskan ini?!"
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘