"Perjodohan memang terlihat begitu kuno, tapi bagiku itu adalah jalan yang akan mengantarkan sebuah hubungan kepada ikatan pernikahan," ~Alya Syafira.
Perbedaaan usia tidak membuat Alya menolak untuk menerima perjodohan antara dirinya dengan salah satu anak kembar dari sepupu umminya.
Raihan adalah laki-laki tampan dan mapan, sehingga tidak memupuk kemungkinan untuk Alya menerima perjodohannya itu. Terlebih lagi, ia telah mencintai laki-laki itu semenjak tahu akan di jodohkan dengan Raihan.
Namun, siapa sangka Rayan adik dari Raihan, diam-diam juga menaruh rasa kepada Alya yang akan menjadi kakak iparnya dalam waktu dekat ini.
Bagaimana jadinya, jika Raihan kembali dari perguruan tingginya di Spanyol, dan datang untuk memenuhi janjinya menikahi Alya? Dan apa yang terjadi kepada Rayan nantinya, jika melihat wanita yang di cintainya itu menikah dengan abangnya sendiri? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Saran Di Balik Kenyataan
..."Mengindari lebih baik, jika harus melihatnya menangis akibat apa yang di lihatnya nanti. Bukan berarti menyakiti, tapi mencoba untuk sementara menutupi sebelum semuanya terjadi."...
...~~~...
Sontak saja Rayan terkejut dengan suara dari Raina yang berhasil mengalihkan fokusnya kepada pintu masuk yang sudah tidak ada lagi orang yang di carinya di sana.
"Ah, enggak ada apa-apa kok, Raina. Hanya saja tadi aku sempat melihat Abangku di sana," ucap Rayan tanpa sadar mengatakan sesuatu yang di carinya.
"Abang? Memangnya ada Abang kamu di sini?" seru Raina dengan kedua alis yang bertaut, karena heran dengan ucapan dari Rayan.
Rayan yang mendengar itu langsung menyadari kesalahannya yang mengatakan hal yang belum pasti kebenarannya.
"Mungkin enggak ada. Dan sepertinya aku salah lihat saja tadi," ucap Rayan dengan tidak menunjukan kecurigaannya itu agar Raina tidak begitu penasaran akan ucapannya tadi.
"Oh, kirain memang ada," balas Raina dengan mempercayai ucapan dari Rayan.
Rayan hanya diam saja dan tidak ingin membuat Raina menunggu terlalu lama. Ia pun segera mengalihkan pembicaraan.
"Oh ya, Raina. Konsep yang kamu mau seperti apa untuk pemotretan promosi butik kamu ini?" tanya Rayan yang langsung membicarakan soal pekerjaan.
Dengan pertanyaan seperti itu dari Rayan. Ia pun tersenyum manis kepadanya. "Iya, aku mau konsep pemotretannya itu di buat seperti tradisional dan ada ciri khas batik Jawa-Jawanya gitu. Dengan background yang minimalis tapi modern gitu loh. Gimana kamu paham tidak maksud ucapanku tadi?" ucapnya dengan menggambarkan konsep yang Raina inginkan.
Rayan pun mencoba memahami ucapan dari Raina. Hanya butuh waktu berapa menit saja, konsep pemotretan yang di inginkan Raina sudah tergambar di dalam kepalanya itu.
"Ya, aku paham seperti apa konsep yang Mbak Raina ini inginkan," ucap Rayan dengan memberikan panggilan penghormatan.
Kening Raina sedikit berkerut ketika Rayan memanggilnya dengan panggilan yang begitu formal.
"Loh, kok kamu panggil aku Mbak sih? Raina saja biar lebih akrab, kita juga sudah bertemu sebelumnya," ucap Raina dengan mengembangkan senyuman di bibirnya.
"Iya Raina, tadinya karena kita sedang bekerja. Jadi, sudah seharusnya bersikap formal," kata Rayan dengan mengungkapkan alasan yang sebenarnya.
Raina malah tersenyum. "Enggak papa kali, Rayan. Mau kerja ataupun tidak, panggil aku Raina saja. Justru kalau formal kayak gitu enggak enak jadinya," serunya dengan tidak mempermasalahkan nama panggilan.
"Ya udah, kalau begitu. Pemotretan kita mulai ya? Kamu sudah siapkan model dan juga bahannya yang akan di promosikan?" ujar Rayan dengan bersikap begitu profesional dalam bekerja.
"Seperinya sudah, modelnya Al ...," sahut Raina yang terhenti karena suara pelayannya yang datang.
"Maaf, Bu Raina. Saya menganggu, baru saja model untuk produk batik kita, mengabarkan bahwa beliau berhalangan datang," ucap Sindi---pelayan kepercayaan Raina dengan menemui bosnya itu.
"Loh kok bisa begitu mendadak? Tidak profesional banget, katanya model terkenal, tapi kok kerjanya tidak profesional? Jadi, kalau kayak gini pemotretannya gimana, Sin?" ucap Raina terlihat begitu kesal karena model yang di pesannya itu berhalangan untuk datang.
"Saya juga belum tahu, Bu. Akan tetapi, saya akan usahakan untuk mencari pengganti Bu Alya untuk model pemotretan butik Ibu," bales Sindi sembari menundukan kepalanya.
"Ya udah, cepat kamu cari pengganti model barunya! Pemotretan akan segera berlangsung," ucap Raina dengan begitu tegas.
"Baik Bu, saya akan usahakan mencari penggantinya," jawab Sindi dengan berlalu meninggalkan Raina yang tengah berbincang dengan Rayan.
Rayan yang mendengar perdebatan itu, cukup tertarik akan obralan yang telah di dengarnya itu, sehingga membuatnya menatap kepada kliennya itu.
"Maaf Raina, tadi kamu bilang modelnya yang bernama Alya itu tidak bisa datang ya?" tanya Rayan dengan sedikit basa-basi.
Raina yang masih menunjukkan wajah kesalnya, seketika menatap kepada Rayan yang tengah bertanya kepada dirinya.
"Ah iya, Rayan. Maaf ya kamu jadi menunggu lama, karena modelnya tiba-tiba berhalangan untuk datang. Padahal semuanya sudah siap dan kamu pun sudah datang ke sini," ucap Raina dengan berusaha tersenyum di depan Rayan, walaupun ia masih kesal karena model yang di pilihannya itu membatalkan tiba-tiba.
"Oh enggak papa kok, Raina. Mungkin modelnya memang lagi ada keperluan mendesak. Dan ya tadi aku denger, modelnya itu Alya. Apa modelnya itu Alya Syafira?" tanya Rayan untuk sekedar memastikan saja.
"Nah iya benar, itu model terkenal itu. Alya Syafira, tapi dia tiba-tiba membatalkan tiba-tiba. Padahal aku sudah keluar banyak uang untuk bisa memesan jasanya agar butik aku ini semakin laris, jika Alya Syafira yang mempromosikan butikku ini," sahut Raina dengan wajah kesalnya.
Rayan yang melihat itu cukup kasian, karena Raina terlihat sangat kecewa, setelah Alya membatalkan pemotretannya itu. Terlihat jelas dari wajah Raina bahwa dia memang mengusahakan semuanya untuk bisa mengembangkan bisnisnya itu.
"Sudah enggak papa, kamu bisa tunda pemotretan hari ini, sampai Alya bisa datang untuk pemotretan di toko butikmu ini," ucap Rayan dengan memberikan saran.
"Enggak bisa gitu dong, Rayan! Semua sudah siap, modelnya saja tuh enggak bisa mengerti kliennya," ujar Raina dengan penuh kekecewaan.
Rayan sejenak terdiam, dia nampak bingung untuk menangani kondisi yang seperti ini. Di mana, ia sudah tahu bahwa Alya memang tidak bisa datang, karena kakak iparnya itu kakinya sakit akibat insiden semalam, dan tengannya terluka, sudah pasti Alya membatalkan kerjasama dengan Raina. Dan di sisi lain, Rayan pun tidak tega melihat Raina begitu kecewa.
Namun, setelah beberapa saat terdiam z dan mencari solusi dari semuanya, Rayan pun mendapatkan ide cemerlang.
"Emmm ... gimana kalau kamu saja yang jadi modelnya, Raina?" ujar Rayan dengan memberikan saran.
Kedua mata wanita itu langsung membulat sempurna. "Apa? Yang benar saja, Rayan! Aku bukan seorang model, maka bisa aku menjadi penganti modelnya coba," serunya dengan tidai ingin menerima saran dari Rayan.
"Enggak papa, di coba saja dulu. Mana tahu kamu bisa jadi model butik kamu sendiri dan tidak mengeluarkan uang banyak," ucap Rayan dengan memberikan sebuah saran yang cukup bagus.
"Tapi ...," kata Raina terdiam.
Dan Sindi datang menghampiri Raina untuk melaporkan informasi mengenai model yang tengah di carinya.
"Maaf Bu, kamu tidak menemukan model yang kosong hari ini. Semua model mendapatkan job yang tidak bisa di tunda, karena mereka terikat kontrak dengan kliennya." Sundi dengan jelas memberikan kabar tidak baik.
"Yah, kamu ini gimana sih? Kan bisa cari di tempat lain! Ini kan mendesak, kira sudah siapkan semuanya. Mana mungkin di tunda?" sahut Raina yang terlihat tidak senang dengan kabar itu.
"Udah enggak papa, Raina. Jalan satu-satunya, ikuti saran aku saja, jika kamu memang ingin pemotretan ini tidak di tunda," ucap Rayan dengan memberikan pengertian.
Raina yang awalnya ragu, tapi setelah memikirkan kembali ucapan Rayan, memang ada benarnya juga.
"Baiklah, aku mau jadi modelnya, tapi kamu ingat! Jangan buat muka aku jelek dan jadi caci maki orang banyak!" ucap Raina dengan terpaksa harus menerima saran dari Rayan.
Rayan pun tersenyum mendengarnya. "Iya kamu tidak perlu khawatir, aku akan membuat butik kamu ini menarik minat orang-orang untuk datang," sahutnya dengan tidak main-main.
"Oke deh, kita lihat saja nanti," kare Raina yang sebenarnya memang tidak yakin, tapi tidak ada pilihan lain.
Dan Rayan yang menyarankan seperti itu bukan karena apa-apa, itu adalah pilihan yang memang rumit tapi baik untuk Alya dan juga butik Raina.
"Maaf Raina, aku membuatmu menjadi model sementara, tapi aku akan mengusahakan butikmu ini semakin ramai. Dengan cara ini, Alya tidak perlu datang, karena takutnya Alya akan bertemu dengan Bang Raihan dan Silvi, jika terbukti benar mereka ada di butik ini," ucap Rayan dengan tersenyum tipis menatap Raina yang terlihat masih kesal.
.
.
.