Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33_Dibawa Pulang
"Shaka," Perempuan itu berlari kecil kearahnya, berhenti tepat di sampingnya setelah berhasil menahan pergelangan tangan Shaka.
" Masih pagi senyum napa, udah asem aja tuh muka kaya nasi di diemin seminggu." Tangannya menarik kedua sudut bibir milik Shaka membuat sebuah lengkungan.
" Ka,"
" Shaka!" Kesal Raya saat pria itu mengabaikan panggilannya " Bener-bener yah," Gumamnya kesal sembari mengepal kedua tangannya. "Shaka!" Raya menggigit kuat lengan Shaka saat pria itu masih mengabaikannya. Dan berhasil pria itu meringis kesakitan saat gigi tajam milik Raya menyentuh daging lengannya.
" Sakit Ray,"
" Idung aku juga sakit!" Rengek Raya berusaha melepaskan tangan Shaka yang mengapit idungnya " Aku nggak bisa nafas," lanjutnya lagi dengan suara mendengung.
" Lepas. Lepasin. Sakit!" Rengek Raya. Kakinya melangkah mengikuti langkah kaki Shaka dengan tangan yang masih mengapit hidung Raya.
Pria itu mengulum bibirnya, menutup rapat bibirnya agar tawanya tak pecah. Melihat Raya yang mengikuti langkahnya, kedua tangan milik Raya terus berusaha melepaskan tangannya dari hidungnya dan kepalanya yang sedikit mendongak karena ulahnya.
BRUKKK
Raya yang awalnya meringis kini terbahak melihat Shaka yang tersungkur dan jatuh ke dalam selokan. Untung selokan itu kering sehingga ia tak terlalu kotor.
" Mamam tuh selokan. Jail sama aku sih!" Raya membekap mulutnya agar tidak kembali tertawa. Shaka masih betah pada posisinya, tangannya mengibas-ngibaskan celananya yang sedikit kotor. Tangannya terulur meminta bantuan pada Raya.
" Gak mau!" Ketus Raya melipat kedua tangannya di dada. Tangan Shaka masih saja terulur kearahnya membuat Raya berubah pikiran dan berniat untuk menolongnya.
" Yaudah Sin-- Kyaaaaa!"
BRUKKK
" Aaaaa Shaka nyebeliiin!" Raya menepuk pantatnya yang kotor karena mencium tanah. Shaka dengan sengaja menarik Raya ikut bergabung dengannya " Jadi kotorkan!" Ucapnya lagi dengan bibir merengut.
" Impas," Tukasnya membuat Raya mendengus.
" Tolongin." Pintanya pada Shaka namun pria itu hanya menatapnya tanpa ada niatan untuk membantunya.
" Ihhh tolongin!" Ucapnya lagi. Kali ini tangan Raya menahan kakinya.
" Kamu tuh ya. Bisanya nyusahin mulu. Sini!" Bukannya marah atau apa Raya malah mengembangkan senyumnya dengan kedua tangan yang sengaja ia rentangkan.
Dengan baik hati Shaka mengangkat tubuh Raya dan membantunya keluar dari selokan itu " Apes banget sih hari ini. Udah mah dari rumah buru-buru belum sempat sarapan eh dateng ke kampus malah di suruh pulang lagi sakit mah ke hati juga. Ini juga, malah ikut jatuh ke selokan jadi kotorkan, udah cantik gini malah jadi bau. Tanggung jawab!"
" Apa?"
" Apa huh?" Tanya Raya balik " Sok soan lupa lagi. Meli sama Hana juga nyebelin banget, mentang mentang udah punya doi aku malah di lupain. Ihhh Rese!"
" Kerasukan Non? Dari tadi marah marah mulu! Gak pegel apa tuh mulut nyerocos mulu?" Raya melotot dengan kedua tangan yang mengepal tepat di depan Shaka.
" Apa?"
" Nyebelin!" Dengusnya merengut " Sini!" Raya mengambil alih kunci mobil milik Shaka yang ada di tangannya lalu pergi ke parkiran yang tak jauh dari tempat mereka.
Beberapa menit berlalu kini kedua mahluk berbeda jenis itu sedang terdiam betah pada lamunannya masing masing. Raya melirik malas pada Shaka yang sedang mengemudikan mobil. Matanya fokus pada jalanan. Raya menyandarkan kepalanya pada jendela dengan salah satu tangan yang menopang dagu. Matanya menatap lurus kedepan.
" Ini bukan jalan kerumah aku!" Ucap Raya saat menyadarinya.
" Emang bukan,"
" Loh terus ini mau kemana?" Tanya Raya menarik diri dan membetulkan posisi duduknya.
" Pulanglah."
" Pulang?" Ulangi Raya " Terus aku gimana?" Tanya nya menatap Shaka.
Pria itu tertawa sesaat lalu melirik sekilas pada Raya yang sedang merengut padanya " Gak ada yang ngajakin pulang bareng terus ngapain Nona naik mobil Saya?"
" Ih Shaka aku serius jangan bercanda!"
" Aku juga nggak bercanda. Emang tadi aku ngajakin kamu pulang? Enggak kan?!" Raya semakin mengerucutkan bibirnya. Memang benar Shaka tidak mengajaknya pulang. Lalu apa yang harus Raya lakukan?
" Yaudah turunin aku di sini," Ekspresinya masih sama merengut dengan bibir mengerucut.
" Yaudah turun!"
" Apa?"
" Turun!" Perintah Shaka kembali. Shaka keluar dari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Raya.
" Kamu serius nurunin Ak__ loh ini dimana?" Tanya Raya setelah menyembulkan sedikit kepalanya dan melihat ke sekelilingnya.
" Rumah aku. Yaudah cepet turun!" Raya menuruti perkataan Shaka. Tak sebawel tadi Raya lebih banyak diam dan mengekori setiap langkah Pria itu.
Raya menurut saat Shaka menyuruhnya untuk menunggu di ruang tamu. Pria itu pergi menaiki anak tangga menuju lantai dua. Mungkin ke kamarnya. Pikir Raya.
Raya mengedarkan matanya menelisik dan melihat ke setiap penjuru ruangan yang terdapat di dalam rumah Shaka. Sepi itulah yang dapat Raya simpulkan. Rumah Shaka sangat megah tak kalah besar dengan Rumahnya. Kakinya melangkah mendekati sebuah lemari kecil yang terdapat beberapa bingkai Foto.
Bibirnya tertarik kearah berlawanan, tangannya mengusap lembut sebuah bingkai Foto kecil yang terdapat Foto anak laki laki berusia sekitar sepuluh tahunan. Raya yakin itu pasti foto Shaka. Pipinya Chubby dengan Ekspresi datar yang sangat kentara, bahkan ekspresinya itu masih menempel dan melekat sampai sekarang.
" Nih," Raya menoleh saat Shaka sudah berada di sampingnya. Pria itu sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai. Kaos polos berwarna hitam dengan celana sebatas lutut membuat Shaka semakin terlihat Tampan dengan pakaiannya yang sederhana.
" Mama lagi nggak ada. Aku nggak berani ngambil barang mama. Jadi pake punya aku aja dulu. Itu juga ukuran yang paling kecil!"
Raya menerima sebuah kemeja putih berlengan panjang miliknya. Tanpa Shaka perjelas pun Raya mengerti kenapa Shaka memberikannya sebuah baju karena baju yang di pakainya kotor.
" Kamar mandinya dimana?" Tanya Raya.
" Di kamar aku boleh. Di kamar mandi deket dapur juga boleh. Terserah mau di mana aja!" Jawabnya sembari melengos pergi keruang tamu. Raya hanya bisa mendengus dan mendumel dalam hati. Dia kan tamu tapi kenapa Shaka tidak melayaninya dengan baik?
Dengan memberanikan diri Raya melangkahkan kakinya sendiri mengikuti nalurinya, mencari kamar mandi yang katanya dekat dapur. Berbeda dengan Raya yang terus merutuk dan menyumpahi Shaka justru kini pria itu sedang asik duduk santai di sofa di temani cemilan dan makanan ringan yang lainnya.
" Ka, Shaka!" Panggil Raya setelah kembali dari kamar mandi.
" Apa?"
" Ini rumah apa kuburan? Sepi bener. Orang tua kamu kemana?"
" Kepo." Jawabnya membuat Raya kembali mendengus
" Aku nanya serius Ka, coba sih jangan becanda mulu!" Ucapnya mendaratkan pantatnya di sofa bergabung dengan Shaka.
" Papa ke kantor bentar lagi juga pulang, kan sebentar lagi waktu makan siang. Kalo mama paling keluar beli keperluan dapur sama bi Sumi!" Raya mengangguk sembari ber oh ria. Tangannya ikut mencomot keripik singkong yang ada di tangan Shaka.
" Anak tunggal?"
" Ngapain sih nanya nanya? Wartawan bukan polisi juga bukan. Tapi nanya nanya mulu. Dasar netizen!"
" Aww apaan sih Ray," Ringisnya setelah mendapat satu pukulan bantalan sofa dari Raya.
Raya mendengus berdiri sembari bertolak pinggang menatap geram pada Shaka " Kalo nggak mau di tanya mangkanya nanya. Ini mah diem mulu kaya patung pancoran!"
" Lah pengen banget Non kayaknya di tanya. Sorry nggak ada waktu!" Raya menggigit bibir bawahnya kuat kedua tangannya mengepal erat. Dengan brutal Raya kembali memukul Shaka dengan bantal sofa membuat pria itu berteriak meminta Raya untuk menghentikannya.
" Rasain. Bodo amat. Siapa suruh nyebelin. Dinginnya cueknya Subhanallah banget. Ada ya manusia kayak kamu. Harusnya kamu bersyukur aku mau berteman sama kamu tau!"
" Tapi aku nggak minta kamu buat jadi temen ak." Pukulan Raya terhenti. Matanya semakin menggelap dengan kepalan tangan yang semakin kuat.
" Dasar muka triplek!"
" Awww!" Shaka kembali meringis kesakitan saat Raya menginjak kuat kakinya. Bahkan saking kuatnya pipi Shaka memerah menahan sakit.
" Raya sini kamu!" Merasa alarm bahaya berbunyi nyaring di kepalanya Raya segera berlari menghindari kejaran Shaka. Terjadilah Aksi kejar kejaran antar kedua mahluk itu sesekali mereka saling meledek dan memaki. Saling lempar bantal sofa dan kembali main kejar kejaran.
" Ka udah Capek!" Keluhnya. Kakinya masih melangkah menghindar dari kejaran Shaka.
" Sini," Shaka masih saja mengejar Raya dengan kaki pincangnya.
" Aaa tante tolongin Raya," Raya berlari kearah daun pintu utama. Sosok wanita paruh baya yang baru saja memasuki rumahnya di kejutkan dengan Aksi kejar kejaran antara Putranya dengan seorang Perempuan. Raya berlindung di balik punggung mamanya Shaka membuat pria itu sedikit kesusahan untuk menarik tubuh mungilnya.
" Tante tolongin Raya, Shaka nya ngejar ngejar Raya mulu!" Adunya. Tapi Shaka tak gentar dengan pengaduan Raya terhadap mamanya.
" Sini kamu. Beraninya ngadu. Cepet tanggung jawab!"
" Ahhh Tante tolongin!" Raya memegang lengan Mama Iren saat Shaka menarik Raya seperti kucing dan itu berhasil membuat mamanya menggelengkan kepala.
" Nakal kamu yah. Itu anak Orang Ka bukan anak kucing. Main tarik tarik aja!" Raya tersenyum puas penuh kemenangan melihat Shaka kesakitan karena jeweran mamanya.
" awww sakit mah. Sakit. Raya emang anak orang mah. Tapi kelakuannya kaya kucing garong. Gak mau diem. Mulutnya juga berisik. Udah dong lepasin sakit nih!"
" Shaka," Geram sang Mama.
" Iya iya cuma bercanda ma. Udah dong lepasin sakit Ma!" Pintanya. Iren mendengus lalu melepaskan jeweran pada telinga putra tunggalnya itu. Matanya menatap Raya yang sedang tersenyum lebar padanya.
" Halo Tante. Nama Aku Raya temennya Shaka," Raya memperkenalkan diri se sopan mungkin.
" Namanya cantik kaya yang punya," Puji mama Iren dengan senyum yang ikut mengembang.
" Ah tante bisa aja. Raya mah cantik nya biasa aja kalo tante baru luar biasa!" Puji Raya membuat Wanita paruh baya itu tersenyum mendengarnya.
" Yaudah kamu tunggu di ruang tamu dulu ya tante mau ke dapur mau masak sebentar lagi papanya Shaka pulang."
" iya tante," Jawab Raya mengangguk.
" Yaudah Shaka kamu temenin Raya dulu ya. Awas jangan macem macem kalo nggak, tar mama yang hukum kamu. Layani tamu dengan baik ok?!"
" Ck. Iya iya. Kalo gini terus berasa jadi babu!" Raya memeletkan lidahnya membuat Shaka menyumpahinya.
Selepas Mama Irena pergi ke dapur Raya dan Shaka kembali duduk di ruang tamu dengan TV yang menyala. Sudah capek berdebat dan lelah untuk membalas ledekan antar keduanya. Dua duanya memilih untuk berdamai dan saling duduk bersampingan menonton salah satu FTV di salah satu stasiun Tv.
Mungkin karena kelelahan tanpa menunggu lama Shaka sudah pergi ke alam Mimpinya. Raya yang merasakan bahunya terasa berat melihat kearah sampingnya dimana terdapat Shaka yang tertidur pulas di bahunya. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas, tangannya menyisir poni Shaka yang sudah mulai memanjang. Hidung mancungnya membuat tangan Raya gatal untuk menyentuhnya dan bulu matanya yang lentik membuat Raya sebagai wanita merasa iri.
" Wajah yang tenang. Raut muka yang tegas. Aroma yang sudah tak asing lagi. Pelukan yang penuh rasa aman dan hati yang dingin mulai mencair. Aku yakin Aku bisa meruntuhkan benteng pertahananmu itu. Kamu baik tapi nyebelin, kamu usil tapi ngangenin. Tapi aku suka kamu yang seperti ini!" Gumam Raya menatap lekat wajah Shaka yang tertidur pulas di bahunya.