Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Jackpot, Aku jadi penjahat?!
“Hoaaam…” Lyra menguap panjang sambil meregangkan tangan. Tubuhnya masih terasa berat seolah habis tidur sangat lama.
Ia membuka mata perlahan—dan langsung mengerjap bingung.
“…Lho?” Matanya menyapu sekeliling ruangan asing yang tak dikenalnya.
Dinding putih polos, lemari kayu yang kusam, dan sebuah cermin besar berdiri di pojok ruangan. Tak ada satu pun yang terlihat familiar.
“Ini… di mana?!” serunya panik.
Lyra beranjak dari tempat tidur, berjalan mondar-mandir seperti ayam kehilangan induk. Jantungnya berdegup kencang, dan ia bahkan sempat mencubit pipinya sendiri.
“Auw! Sakit… berarti ini bukan mimpi.”
Pandangan Lyra kemudian tertumbuk pada cermin besar di sudut kamar. Rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Ia mendekat perlahan.
Begitu melihat pantulan di sana, Lyra langsung menjerit.
“AAAKHHHH!! SIAPA ITU?!”
Seorang gadis bertubuh gempal, pipi tembam, wajah penuh jerawat, dan rambut awut-awutan menatap balik padanya.
Lyra buru-buru meraba wajahnya sendiri. “T-tidak… ini nggak mungkin… KENAPA AKU JADI BEGINI?!”
Belum sempat ia berpikir lebih jauh, rasa sakit luar biasa tiba-tiba menghantam kepalanya.
“Aaarghh!!” Lyra memegangi kepalanya. Ingatan asing menyerbu masuk—seperti ratusan film diputar sekaligus dalam otaknya.
Gambar-gambar muncul: ia bekerja di sebuah perusahaan… jadi karyawan baru… sering ditumpuki pekerjaan… dan dibully habis-habisan oleh rekan kerja.
“Hah? Aku… pegawai baru? Sering dibully? Ya ampun hidupmu mengenaskan banget, dek…” gumam Lyra, matanya mulai berair saking pusingnya.
Lalu potongan memori lain muncul: tubuh ini yang akhirnya mati karena kelelahan dan kesehatan yang buruk.
Lyra tercekat. “Jadi… aku… transmigrasi?!”
Tapi tiba-tiba—kilatan lain muncul di kepalanya. Sebuah buku. Sampulnya familiar.
“Eeeh bentar… aku kayak… kenal cerita ini…”
Ia menepuk keningnya keras-keras.
“ASTAGAAA!!! Ini novel Putri Palsu yang Dicintai Semua Orang!!!”
Lyra terduduk lemas di lantai. “Jangan bilang… aku jadi TOKOH PENJAHATNYA?!”
Memori dalam kepalanya semakin jelas, seperti seseorang yang sedang membacakan narasi novel: Lina Kandiswara, gadis cantik yang baik hati dan dicintai semua orang… keluarga kaya raya super berpengaruh di Jakarta… rahasia besar bahwa Lina bukan putri kandung… dan—
“ASTAGAAAAA!! Tubuh yang aku tempati ini tuh putri asli yang jadi antagonisnya!”
Ia langsung merangkak ke pojok ruangan sambil memeluk lutut. “Hidupku tamat sudah…”
Lyra mengingat dengan jelas akhir cerita tragis si putri asli—dibuang ke hutan oleh keluarga sendiri setelah gagal operasi, sedangkan Lina hidup bahagia bersama pengusaha tampan Adrian Martadinata.
“OH NO NO NO NO!” Lyra mengguncang kepalanya. “Aku nggak mau mati konyol begitu!”
Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Lalu, dengan ekspresi serius yang jarang terlihat darinya, Lyra berdiri dan mengepalkan tangan.
“Baiklah! Aku akan jadi orang baik! Aku akan menjauh dari Lina dan keluarga Kandiswara, dan hidup bahagia jauh dari konflik! Ya, ini rencana yang sempurna!”
…
Krucukkk…
Suara perutnya yang berbunyi keras menghancurkan aura serius itu.
“…Tapi sebelumnya aku harus makan dulu,” gumamnya malu sendiri.
Lyra berjalan ke dapur, mengambil tiga bungkus mie instan—karena dua bungkus rasanya kurang, tapi empat bungkus terlalu banyak. Ia menyalakan kompor, menuang air ke panci, lalu mulai bersenandung riang.
“Du-du-du-du-du~ mie enak mie lezat mie bahagia~”
Tiba-tiba—PRAAANG! Sebuah benda jatuh menimpa kepalanya.
“AWWW! Hidupku ini penuh cobaan ya Tuhan…”
(Ding! Sistem Kaya Cepat aktif!)
“HAH?!” Lyra melongo melihat layar hologram transparan yang muncul di depannya.
“WOAAAH JACKPOT! Aku hampir lupa, transmigrasi tuh pasti ada cheat-nya!” serunya kegirangan.
“Ya, ya! Aku mau ikat sistem ini!”
(Ding! Sistem berhasil diikat. Selamat, Host!)
“Host? Jangan panggil host dong, aneh. Panggil aku Lyra aja!”
(Ding! Baik, Lyra.)
(Ding! Misi sampingan: beri nama untuk sistem.)
“Nama ya? Hmm… Zen! Gampang diingat!”
(Ding! Misi berhasil. Hadiah pemula diterima.)
“Eh, ada hadiahnya?” Lyra membuka hadiah itu, matanya langsung berbinar.
“WHATTT?! Pil pelangsing, pil pemutih, sama pil ingatan fotografis?! Ini cheat premium dong!”
Tak butuh waktu lama, Lyra meminum semua pil itu (setelah sedikit drama dengan Zen soal efek samping).
Beberapa menit kemudian, setelah adegan dramatis di kamar mandi yang sangat… bau…
Lyra berdiri di depan cermin. Ia menatap pantulan dirinya—tubuh ramping, kulit mulus, bibir merah merona. Matanya berbinar.
“Zen, aku janji bakal buat tubuh ini bahagia!” katanya penuh tekad.
…
“Eh, tapi kayaknya aku ada yang lupa ya?”
(Ding! Lyra sedang bikin mie setengah jam yang lalu.)
“AHHHH MIE KU!!”
Lyra menatap panci gosong di depannya, pasrah.
“Ya sudahlah… aku beli aja.”