Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mabuk Cinta
Dirgantara Muller (ayah Cheisia) memiliki perusahaan kelas menengah. Jujur saja, tidak sulit untuk memiliki teman di tempat ini dibandingkan dengan sekolahnya yang sebelumnya.
Mengapa? Karena sistem strata sosial yang berlaku. Sedangkan di sekolahnya yang lama, nama baiknya dengan mudah dicemarkan oleh Bianca. Tapi di tempat ini... sedikit...
"Kamu Cheisia Muller? Kebetulan dalam proyek baru orang tua kita bekerja sama. Dengar! Memasuki sekolah ini, bukan hanya untuk sekedar bersekolah tapi juga untuk membangun koneksi masa depan." Ucap Tantra, remaja yang sedikit kemayu.
"Iya! Tidak mengerti kenapa orang tuamu menyekolahkan di sekolah biasa." Risa, putri tunggal pemilik rumah sakit heran.
"I...itu permintaanku. Karena adik angkatku bersekolah di sekolah biasa. Jadi agar orang tuaku menganggap sebagai anak baik, aku dulu menolak..." Cheisia tertunduk, menghentikan kalimatnya. Itu benar! Dulu sebelum waktu terulang dirinya begitu polos, mengira dengan mengikuti gaya hidup anak baik yang sederhana orang tuanya akan bangga. Akan lebih menganggap keberadaannya daripada Bianca.
Tapi, bukankah cara itu tidak berhasil.
"Bodoh!"
"Bodoh!"
"Bodoh!"
Cibir Jessie, Risa dan Tantra bersamaan. Mereka menggeleng heran.
"Baik boleh! Bodoh jangan!" Jessie kembali fokus pada smartphonenya.
"Begini, kamu tidak perlu pintar dalam akademis hanya untuk menjadi pemimpin perusahaan. Yang terpenting adalah relasi, bahkan ada beberapa perusahaan yang mengandalkan pernikahan bisnis untuk memperluas jaringan usaha mereka. Mengikuti anak angkat sedangkan kamu anak kandung. Melek lah! Buka mata!" Tantra menggeleng, benar-benar geregetan dengan teman barunya.
"Karena mataku sudah terbuka, aku pindah. Tapi di sekolah lama aku juga memiliki beberapa teman, sebagian besar kakak kelas yang sudah lulus. Aku tidak berkomunikasi dengan mereka lagi, jadi tidak ada teman di sekolah lama." Cheisia terkekeh.
Membuat ketiga orang itu kompak menatap ke arahnya.
"Kamu itu kalangan atas!"
"Kamu itu kalangan atas!"
Bentak Risa dan Jessie bersamaan.
"Kita seperti darah biru (bangsawan) walaupun darah masih merah! Tapi status sosial dan isi dompet tidak dapat berbohong. Seharusnya kamu yang menindas, kenapa kamu jadi yang tertindas?" Tantra memijit pelipisnya sendiri.
"Dengar! Mulai sekarang kamu adalah bagian dari kami. Masyakarat kapitalis, jangan biarkan kalangan bawah menindas kita, dengar!?" Ucap Risa serius.
Hingga.
Byur!
Seorang pria terkena guyuran air, pria yang hanya tertunduk merutuki pakaiannya yang basah.
"Mata empat! Mau menangis! Dasar cengeng!" Salah seorang siswa tertawa diikuti oleh siswa lainnya.
"Ke... kenapa kalian membully-nya?" tanya Cheisia tidak mengerti. Wanita yang mendekati dan membantu sang pemuda.
"Cheisia! Jangan membantunya!" Tantra menarik Cheisia agar bangkit.
"Dia hanya anak dari seorang dokter yang kebetulan sok tau. Dan mengusulkan untuk diadakan sidak, parfumku yang aku beli dari Paris disita guru karena si mata empat." Geram Risa, menghela napas berkali-kali.
Tempat dimana ada sisi baik dan buruk. Cheisia menghela napas kasar, membantu sang pemuda bangkit."Dia hanya perlu meminta maaf pada kalian kan? Aku akan mewakilinya meminta maaf."
Kalimat yang membuat sang pemuda membulatkan matanya. Tiga tahun menahan diri, untuk pertama kalinya ada seseorang yang membelanya.
"Cheisia---" Kalimat Tantra disela.
"Satu teman bertambah lebih baik daripada satu musuh bertambah. Mungkin dia suatu hari nanti akan menjadi jaksa atau hacker yang membatu atau akan menjerumuskan kalian. Jadi selama dia memiliki kemapuan tolong maafkan dia ya?" Permintaan Cheisia yang menunduk pada satu kelas.
Beberapa siswa menghela napas. Mereka membenci ini, tapi juga kalimat Cheisia masuk akal. Alan (nama siswa yang dibully) merupakan peringkat 10 besar di sekolah ini.
Bisa saja akan merepotkan jika bermusuhan dengan orang berbakat di masa depan.
"Kali ini kami memaafkanmu. Tapi kamu harus tau balas budi, tidak boleh menyerang satupun dari kami, atau meminta sidak tanpa pemberitahuan lagi." Tegas salah seorang siswa.
"Baik! Terimakasih! Terimakasih!" Alan menangis sesenggukan, setelah dua hari mengalami pembullyan tidak tau bagaimana harus meminta maaf pada anak-anak kalangan atas yang memiliki ego yang tinggi.
Ada rasa terimakasih tersendiri dalam benak Alan. Bagaimana siswi pindahan ini mengatasi masalah dan membelanya.
"Cheisia ayo! Kita bicarakan tentang pakaian di butik yang ibuku rancang." Risa menarik tangannya.
Memang begitu, selalu ada pembatas dalam setiap sekat lapisan sosial. Bahkan dalam lapisan sosial teratas tempat ini.
Tapi setidaknya dirinya mendapatkan sahabat yang... baginya aneh. Mereka benar-benar baik, tapi sekaligus keji, mungkin karena harus menjaga status sosial keluarga mereka di masa depan.
*
Kembali duduk kala jam makan siang. Tidak seperti di SMU biasa, dimana terdapat kantin dengan berbagai Chiki, mie instan, bahkan jajanan sosis.
Di tempat ini terdapat cafetaria yang menerapkan layanan makan. Tempat yang begitu luas dan berkelas dengan ahli gizi, serta petugas cafetaria yang mengenakan seragam koki.
Menghela napas kasar, pantas saja biaya sekolah di tempat ini benar-benar mahal. Desain bagaikan restauran, hanya makhluk kalangan atas yang berada di tempat ini.
Mata Cheisia melirik mencari sasaran. Siapa? Tentu saja Willem Alexander Niel Andreas.
"Cheisia ada beberapa orang yang ingin berkenalan denganmu. Mereka mengirim pesan padaku. Taipan dari perusahaan JR lumayan juga. Apa kamu ingin Gerald yang memiliki darah Arab, lumayan! Anak sultan." Entah apa yang dibicarakan Jessie, menunjukkan smartphonenya yang dikirimi beberapa pesan, oleh beberapa orang siswa sederajat, yang ingin berkenalan dengan Cheisia.
"Kalian mengenal Neil? Em maksudku... Willem Alexander Niel Andreas?" Tanya Cheisia ragu.
Ketiga temannya saling melirik."Tutup mulutmu..." bisik Tantra.
"Kenapa?" Tanya Cheisia mengernyitkan keningnya.
"Kami biasa memanggilnya Willy. Tidak ada yang berani membicarakan terang-terangan tentangnya. Dia pemimpin kelompok dengan kasta tertinggi di tempat ini. Kelompok anak dari golongan konglomerat yang bisa dikatakan semua anggotanya, kekayaannya tidak akan habis 7 tanjakan 8 tikungan. Jangan pernah mengganggu mereka atau berurusan dengan mereka, jika tidak ingin dibully oleh satu sekolah. Mengerti!?" Ucap Tantra serius.
Cheisia mengangguk, pertanda mengerti, jika dirinya ingin selamat di sekolah ini harus segera bersembunyi di ketiak Neil.
"Satu lagi, aku ingat kamu berteriak memanggil Willy (Neil). Apa kamu penggemarnya!? Jangan coba-coba mendekatinya, karena wanita terakhir yang mendekatinya sudah dikeluarkan dari sekolah ini karena mengalami pembullyan serius." Jessie berucap penuh kesungguhan. Mengingat beberapa wanita yang tidak tahu status.
"Aku mengerti." Cheisia kembali mengangguk. Itu artinya Neil begitu dingin dan tidak tersentuh di masa remajanya. Dirinya harus berusaha keras untuk menaklukkan hati suami liarnya. Harus lebih agresif lagi.
"Kamu baru di sekolah ini, jadi tidak tau. Ada kelas sosial yang tidak boleh disentuh sama sekali. Terdiri dari 22 orang siswa. 7 diantaranya memiliki kelompok eksklusif. Jika mereka lewat kamu harus menunduk." Tegas Risa pada Cheisia.
"Siap!" Jawabnya cepat. Dirinya akan lebih mudah menonjol di bandingkan dengan yang lainnya, jika yang lainnya menunduk.
Kala itulah pintu cafetaria terbuka. Bagaikan model, beberapa orang pemuda melangkah masuk. Semua siswa yang mereka lewati menunduk. Gila! Benar-benar kelas strata sosial.
Tapi anehnya Neil berada di paling belakang. Pemuda itu mengamati dari jauh. Berbisik pada Akira."Kamu lihat!? Stalker gila itu mengikutiku hingga ke sekolah ini."
Akira yang berada di samping Neil mengernyitkan keningnya."Kenapa tidak habisi saja?"
"Jangan! Aku ingin tau alasannya mengikutiku." Bisik Neil lagi pada Akira. Membuat Akira mengernyitkan keningnya, apa Neil salah minum obat? Biasanya langsung eksekusi saja.
Tapi.
"Neil sayang! Ayo duduk di sini! Adinda merindukanmu---" Teriakan Cheisia terhenti. Dengan cepat Tantra menutup mulut teman barunya.
"Maaf! Dia sedikit mabuk..." Risa menunduk meminta maaf atas nama Cheisia, berusaha keras untuk tersenyum.
Lagian pikiran orang sukses kebanyakan ga sempet ngurusin hidup orang lain mending dia ngembangin bisnis, ngumpul cari koneksi ngomongin hal penghasil cuan drpd cuma ngurusin hidup sm masalah orang, target pasar mu salah mbak bi 😅
kakanda katanya🤣🤣🤣🤣
kopi sudah otewe ya 👍💕😍