Putri Ceria gadis cantik yang harus menyandang status janda di usia muda. Saat berumur 19 tahun Putri menikah dengan pemuda dikampung tempat tinggalnya. Namun pernikahan yang baru seminggu itu harus kandas.
Setahun menjanda tidak mudah baginya. akhirnya Putri merantau ke kota. Di kota pun hidupnya penuh lika-liku.
"Bagaimana kalau aku yang membayarmu 1M," ucap kakek yang baru saja menolongnya.
Bagaimana kisah si janda muda hidup di Kota? Siapa kakek yang akan membayarnya 1 M?
Penasaran bagaimana kisah si janda muda, yuk langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom yara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Sahabat rasa saudara
"Apa rencanamu?" tanya Ratna yang langsung mendapat gelengan kepala dari Putri.
"Aku tidak kenal siapapun kak selain bibi dari kampung, dia teman ayah. Aku baru pertama kali ke Jakarta." Putri berhenti sejenak untuk menyeka air matanya.
"Disana, aku... "
Ratna nampak berpikir sebentar. "Aku tinggal dirumah kontrakan, kau mau tinggal bersamaku?" sela Ratna kemudian.
"Mau, kak. Mau... " jawab Putri tersenyum lebar dengan air mata yang masih membasahi pipi.
"Baiklah, ayo kita pulang!"
Pulang. Putri merasa terharu dengan ajakan wanita itu.
Ratna membantu Putri hingga lupa dengan masalahnya sendiri.
"Kakak sendiri, kenapa berada di taman?" tanya Putri saat mereka mengendarai sepeda motor milik Ratna.
"Hampir sama sepertimu hanya saja bukan terusir dari rumah tapi dari hati seseorang. Emmm... lebih tepatnya mungkin tak pernah dianggap."
Putri diam sedikit mengerti dengan perasaan wanita itu. Ratna pasti sedang patah hati pikirnya.
Tak lama mereka sampai dikontrakan. Ratna membuka pintu lalu memasukkan sepeda motornya.
"Rumahnya kecil, tapi cukuplah untuk kita berdua," ucap Ratna setelah menyuruh Putri masuk.
"Tidak apa - apa, kak. Kakak tinggal sendiri?"
"Ya, aku yatim piatu dengan status janda."
"Sama kak."
"Yatim piatu juga?"
"Sama - sama janda, kak." Putri tersenyum getir mengingat statusnya.
Meskipun masih bersedih, namun melihat wanita di hadapannya mampu membuat kesedihannya berkurang. Putri bahagia bertemu Ratna. Wanita yang dikirim Tuhan untuk membantunya.
*
"Kak, terima kasih. Sahabat rasa saudaraku. Andai saja aku punya saudara laki-laki, aku berharap kau jadi kakak iparku, sayangnya aku anak tunggal," ujar Putri sembari menatap wajah teduh wanita itu.
Tak lama Putri pun ikut terlelap disamping wanita itu.
*
*
Putri keluar dari dalam taxi dengan semangat 45, setiap datang ke rumah kakek, otaknya langsung nyambung ke 1M. Setelah membayar taxi, Putri pun masuk bersamaan dengan mobil mewah yang keluar dari dalam rumah mewah kakek.
Putri tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil, tapi pria yang didalam mobil dapat dengan jelas melihat ke arahnya.
"Berhenti!" teriak pria di dalam mobil tiba-tiba pada laki-laki paruh baya yang berada di belakang kemudi.
"Wanita itu?" tanya laki-laki yang berada di dalam mobil yang tak lain adalah Hardian pada pak Anton yang melihat ke arahnya dari pantulan spion.
"Nona tadi, Tuan?"
"Hemmm... "
"Dia wanita yang merawat mas Raditya."
Hardian mengerutkan keningnya. Dia ingat dengan jelas, siapa wanita yang barusaja masuk ke dalam rumahnya.
"Putar balik!" Perintah Hardian, pak Anton segera memutar mobilnya, kembali lagi ke dalam halaman rumah. Meskipun bingung ia tidak berani untuk bertanya lagi.
Pak Anton sudah lama bekerja menjadi sopir Hardian. Dia sudah terbiasa dengan sikap Hardian yang dingin dan irit bicara.
Hardian turun dari mobil dengan rahang yang mengeras. Bisa-bisanya ayahnya itu membiarkan wanita murahan masuk kedalam rumahnya.
Saat ia masuk, terlihat Ayah Malik, Raditya dan wanita itu bersama. Ayah Malik duduk disofa, Raditya di atas kursi Roda dan wanita itu berdiri dibelakang Raditya dengan mulut yang tak berhenti mengoceh.
Ketiganya tamoak akrab, meskipun Raditya tidak memberikan respon apapun.
Hardian sebenarnya bingung kenapa keponakannya itu bisa seperti itu. Kehilangan istri membuatnya terpuruk. Hanya karena istri yang tak setia.
Ya istri keponakannya itu pernah mendekatinya, namun ia selalu mengabaikan wanita itu. Kenapa Hardian tidak memberitahu Raditya tentang wanita yang menjadi istri keponakannya itu, jawabannya adalah Raditya sangat mencintai istrinya, sudah pasti Raditya tidak akan mempercayainya. Cukup diawasi dari jauh.
Hardian berjalan mendekat ke arah ketiganya.
"Hardian," sapa kakek yang melihat kehadiran putranya. Seketika Putri melihat ke arah laki-laki yang datang.
Deg
Putri membulatkan kedua matanya melihat pria yang berdiri dihadapannya, dan yang membuat ia lebih terkejut lagi saat pria itu memanggil kakek dengan sebutan ayah.
"Apa ada yang ketinggalan?" tanya Ayah Malik karena tak menadapat respon dari putranya itu.
"Ayah, kita harus bicara."
Ayah Malik yang merasakan aura dingin dari wajah putranya, menyuruh Putri untuk membawa Raditya ke taman samping.
"Ada apa?" tanya ayah tanpa basa-basi.
"Wanita itu."
Sudah ayah duga, Hardian akan mempertanyakan wanita itu. Karena sedari masuk ayah melihat Hardian yang menatap Putri tajam. Tebakan ayah Malik, mereka sudah pernah mengenal sebelumnya.
"Dia adalah wanita yang merawat Raditya," jawab ayah seadanya.
"Hanya itu. Ayah pasti tahu apa maksudku?"
"Apa yang ingin kau katakan?"
Hardian menatap ayah Malik dengan tatapan mengintimidasi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Baiklah, ayah akan jelaskan." Ayah Malik menyerah. "Waktu itu kami tak sengaja bertemu, ayah menolongnya dan memawari dia pekerjaan ini."
Hardian merasa belum puas dengan jawaban pria yang sudah menjadi ayah kandungnya itu.
"Dia tidak seperti yang kau bayangkan, meskipun terlihat sedikit nakal tapi sebenarnya dia baik," lanjut ayah yang mengerti dengan tatapan Hardian.
"Sedikit?" Hardian tersneyum sinis. "Ayah pasti tahu bagaimana sepak terjang wanita murahan itu."
"Jangan menghinanya, dia hanya terpaksa."
"Kau hanya tidak mengenalnya, dan yang penting dia bisa merawat cucuku dengan baik," lanjut Ayah Malik.
Hardian tidak menjawab lagi. Dia langsung pergi meninggalkan ayah Malik.
Ayah Malik geleng-geleng kepala melihat kelakuan putranya itu.
*
*
Setelah berada diluar rumah, sayup-sayup Hardian mendengar suara tawa wanita itu.
"Menjijikkan!"
Mulutnya mengeluarkan umpatan, tapi kakinya melangkah ke arah asal suara tawa wanita itu berasal.
Dia melihat sendiri, bagimana wanita itu menyuapi Raditya dengan telaten dan mulut yang terus bicara.
"Cerewet." Satu kata pujian keluar lagi dari mulut Hardian untuk wanita itu.
"Mas, satu lagi ya." Putri masih memaksa Raditya untuk membuka mulutnya. Raditya kalau sudah tidak mau makan dia tidak akan membuka mulutnya lagi.
"Baiklah, sarapan hari ini selesai, tapi janji besok harus habis ya."
"Sepertinya hariku selanjutnya akan sial," keluh Putri. Ia teringat dengan laki-laki yang memanggil Kakek dengan sebutan ayah.
"Kenapa kebetulan sekali." Putri menghela nafasnya panjang.
"Mas, cepat sembuh ya."
Hardian meninggalkan tempat itu dengan pikiran yang entahlah. Yang pasti dia tidak suka dengan keberadaan perempuan itu.
Dia juga tidak mengerti dengan pikiran ayahnya sendiri. Bagaimana bisa memasukkan wanita murahan kerumah mereka. Hardian yakin ayahnya pasti tahu siapa wanita itu sebenarnya.
Pak Anton melajukan mobilnya ketika tuannya sudah duduk dikursi belakang dengan wajah dinginnya. Pak Anton tidak berani menebak apa yang telah terjadi.
*
*
Malam hari.
Putri menginap di rumah kakek, karena dia sedang libur kerja.
Putri yang merasa haus, keluar dari dalam kamar menuju dapur melewati tangga, dia malas untuk naik lift.
Langkahnya terhenti ketika melihat sosok pria yang ia hindari sedari tadi kini tengah berdiri di depan kulkas dengan posisi membelakanginya.
Di detik berikutnya pria itupun berbalik sebelum Putri melarikan diri, hingga membuat Putri salah tingkah. Merasa diperhatikan, Putri melanjutkan tujuannya ke dapur. Mengambil gelas lalu mengisinya dengan air putih lalu meneguknya hingga tandas.
Setelah meletakkan gelas itu, Putri berbalik hendak kembali ke kamar.
"Apa tujuanmu?" Pertanyaan Hardian membuat langkah wanita itu terhenti.
👇👇👇
Terjebak Dalam Cinta Hitam