NovelToon NovelToon
Mencintai Bos Mantan Suamiku

Mencintai Bos Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Romansa / Transmigrasi / Menikah dengan Kerabat Mantan / Agen Wanita
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.

Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.

Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.

Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Xadewa Lahir

Sudah entah berapa kali Nadia mondar-mandir ke kamar mandi. Rasanya ingin buang air besar, tapi tidak ada yang keluar. Perutnya makin tidak nyaman. Hingga akhirnya, saat keluar dari kamar mandi ia mendekati ibunya yang memang tidur sekamar dengannya karena tidak ingin Nadia sendirian, apalagi usia kehamilannya yang sudah tua.

"Ma, aku pipis nggak ketahan." Ujar Nadia sambil menunjukkan cairan yang mulai mengalir di kaki.

Begitu melihatnya, sang ibu langsung sigap. "Nak, itu bukan pipis, itu air ketubanmu. Kamu mau melahirkan!"

Mendengar itu, rasa mulas Nadia justru semakin menjadi. Ibunya pun sebenarnya panik tapi tetap cekatan. Ia segera berlari keluar kamar memanggil suaminya yang untungnya masih santai nonton pertandingan bola di ruang tengah.

"Pak, Nadia udah mau lahiran! Cepat kita bawa ke rumah sakit."

Tanpa banyak tanya, sang ayah langsung bangkit. Keduanya lantas membawa Nadia ke klinik bersalin 24 jam karena itu yang terdekat. Di sepanjang perjalanan, wajah sang ibu terus menatap putrinya sambil memberi ketenangan meski jantungnya sendiri dag-dig-dug.

Sampainya di Klinik, rasa sakitnya mulai intens. Dicek pembukaan sudah hampir sempurna. Dan kini tiba waktunya bidan meminta Nadia untuk mengejan. Meskipun tanpa suami di sisi, Nadia melewatinya tidak sendirian karena ada sang ibu yang terus menemani perjuangannya melahirkan buah hati.

Bapake di luar sana terus berdo'a untuk keselamatan dan kesehatan anak beserta cucunya. "Ya Allah... lindungi anakku dan cucuku. Lancarkan prosesnya, jangan ada hal buruk yang terjadi."

Tapi di dalam ruangan yang penuh perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya, bukannya kepala bayi yang terlihat ketika pembukaan sempurna, melainkan bokongnya. Bayi dalam posisi sungsang.

Situasi itu membuat bidan yang sudah berpengalaman menarik napas dalam. Namun ia tetap tenang. Dengan sigap dan penuh ketelitian, ia bekerja sama dengan perawat untuk segera melakukan penanganan sesuai prosedur.

Tanpa menimbulkan kepanikan pada Nadia, sang bidan mengarahkan setiap langkah dengan nada lembut seolah semuanya berjalan seperti biasa. Tapi di balik ketenangan itu, ia fokus penuh pada penanganan kelahiran yang tidak mudah ini.

Keringat Nadia sudah banyak sebesar biji jagung. Dia masih cukup tenaga untuk mengejan. Dalam hati ia mengajak bayinya komunikasi batin agar proses persalinan cepat terlewati dengan baik. Agar sang jabang bayi tidak ada halangan untuk keluar.

"Ayo, nak, kita berjuang sama-sama. Cepat keluar ya kamu, Mama au ngeden lagi nih."

...****...

Sementara di sisi lain, dalam waktu yang bersamaan.

Xadewa terbangun dari rebahannya. Matanya tidak bisa terpejam meski tubuhnya lelah. Ia tidak bisa tidur malam itu. Ada rasa gelisah yang menghantuinya, entah kenapa.

Dalam kesunyian malam, wajah Nadia, Licy dan Angin terbayang-bayang dalam benak. Namun bayangan Nadia terasa paling kuat menghampiri pikirannya. Mendadak ia teringat menghitung usia kehamilan istrinya.

Dengan sepuluh jari, Xadewa mulai menghitung. Ia terdiam saat sadar bahwa usia kandungan Nadia pasti sudah tua. Mungkinkah anaknya sedang lahir malam ini?

Kegelisahan makin menjadi. Ia bangkit, mondar-mandir di dekat jeruji besi. Lalu ia terduduk, rebahan lagi, kemudian bangkit lagi. Dan akhirnya ia nekat memanggil-manggil sipir.

Suaranya menebass keheningan malam, membangunkan seluruh isi sel.

"Heh! Berisik banget, malam-malam malah teriak!" hardik seorang napi senior yang ditakuti di blok itu. Dia bukan orang yang pernah menyerang Nufus, tapi tetap saja berpengaruh.

Xadewa tidak peduli. "Terus masalah buat lu?"

Ucapan itu langsung memicu emosi si napi senior. Ia berdiri dan menghampiri Xadewa dengan wajah marah. Kerah baju Xadewa ditarik kasar.

Namun yang mengejutkan penonton, Xadewa justru dengan tenang menepis tangan itu.

"Kurang ajar lo!" bentak napi senior itu lalu melayangkan pukulan.

Baru kali ini Xadewa terlibat masalah dengan sesama tahanan. Biasanya ia memilih menyendiri dan menghindari keributan, tapi tidak dengan sekarang.

Dengan refleks cepat, Xadewa menangkap tangan yang hendak memukulnya, lalu menekuknya ke belakang tubuh si napi. Satu tendangan tepat di belakang lutut membuat si napi tersungkur, berlutut dengan posisi tangannya dibekuk.

Sebagai cowok sejati, meski kesakitan, napi tersebut tidak berteriak sakit dan minta tolong. Napi senior berusaha melepaskan diri tapi tidak disangka tenaga Xadewa kuat.

Dalam waktu singkat Xadewa mengikat tangan napi itu dengan kabel ties yang ternyata sempat ia simpan saat kerja bakti membersihkan tempat pembuangan. Kaki napi pun ikut diikat. Kini pria itu tidak bisa bergerak sama sekali.

Para penghuni sel lain hanya bisa terdiam menyaksikan semuanya. Xadewa yang biasanya pendiam, malam ini menunjukkan sisi lain yang selama ini tersembunyi.

"Am-pun bos, lepasin gue." Napi senior yang berhasil dibekukan akhirnya menyerah. Dia akui ada yang lebih kuat dari dirinya di sel ini.

"Gua lepasin asal lu mijitin gua malam ini, gimana? Nggak mau yaudah."

"Mau bos, mau. Tolong lepasin ikatannya."

Sebenarnya napi senior itu umurnya jauh diatas Xadewa, bisa dibilang seperti paman dan keponakan. Akan tetapi yang berlaku di sini siapa yang kuat dia bos nya. Malam ini pun Xadewa yang gusar dipijit oleh ketua geng disana. Sungguh pemandangan yang langka.

Meskipun sudah dipijat, Xadewa tetap merasa tidak nyaman. Hatinya gelisah, pikirannya terus melayang pada Nadia. Ia benar-benar ingin tahu kabar istri dan calon anaknya. Rasanya ingin sekali bertemu sipir untuk meminjam HPnya, dan menanyakan langsung kabar Nadia.

Baru saja Xadewa hendak berdiri dan memanggil sipir, napi senior segera mencegahnya.

"Bos, mau ngapain?"

"Gua cuma pengen pastiin istri sama calon anak gua di luar sana baik-baik aja."

Napi itu menggeleng pelan. "Kalau teriak-teriak manggil sipir, sekarang agak susah. Soalnya mereka udah pada males datang gegara gue sering manggilin buat hal-hal nggak penting."

Dia mendekat, lalu menepuk bahu Xadewa. "Tapi kalau bos cuma mau pastiin kabar orang rumah, sini gue kasih tahu caranya."

"Ya udah, lu kasih tahu gua, cepet!"

...****...

Tangis bayi memecah keheningan ruangan bersalin. Bayi Nadia dan Xadewa akhirnya lahir ke dunia. Sang ayah Nadia segera masuk untuk mengadzani cucunya, sementara Nadia berbaring lelah di ranjang, memulihkan tenaga setelah perjuangan luar biasa.

Nadia membatin, Oh, begini ternyata rasanya melahirkan. Gila, perjuangannya luar biasa. Nggak boleh durhaka sama ibu. Harus sungkem pokoknya.

Ia juga teringat pada sosok ayah yang selalu banting tulang demi menafkahi keluarga. Ayah juga gak kalah hebat. Ibu dan Bapak, sama-sama luar biasa dalam hidup anak.

Setelah semuanya beres, dan bayi mungil itu tertidur dalam balutan bedongan, ibunya Nadia yang menggendong hendak meletakkannya di box bayi. Nadia pun bertanya masih dengan napas yang belum sepenuhnya stabil.

"Ma, anak aku cowok apa cewek?" Ia bertanya karena tadi saat bidan mengumumkan, kesadarannya setengah melayang antara lelah dan lega. Ia tidak sempat benar-benar menyimak. Namun yang menjawab justru ayahnya.

"Perempuan, tapi..."

"Tapi apa, Pa?"

.

.

Bersambung.

1
Muliana
Eh tamat? Beneran?
Muliana
Semua manusia juga gitu /Sob/
Teteh Lia
di rumah banyak, ngapain nyomot punya orang ...
"Kamu salah orang... salah orang.. kamu salah orang...
lah gw jadi nyanyi /Facepalm/
aleena
ahaha ,anak kecil lain Kalo di olo olok mesti nangis
tpi ini beda,,,
Muliana
Kan, nurun gen Xadewa
Muliana
Miris ya, tapi itulah yang sering terjadi.
Kekurangan seseorang dijadikan bahan ledekan
Zenun: iya betul
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
otww🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
Muliana
Astaga /Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
Dewa banget/Facepalm/ atau jessi/Facepalm//Facepalm/
Zenun: dewa kayanya 😁
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
marah bales marah ya Nad/Facepalm//Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
masa bacahnya begini amat ya di Boy😓😓
Muliana
Wanita, sampai hampir mati pun, gengsi tetap nomor satu /Facepalm/
Zenun: ehehe
total 1 replies
Muliana
Karena Angin sudah merasakannya
〈⎳ FT. Zira
ditunggu lauching karya barunya kak🥰😍
〈⎳ FT. Zira
eehh.. udah mau end ya kak??😳😳

kalo aku ngrasa plotnya ngebut sih di cerita ini
〈⎳ FT. Zira: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@: sengaja si zenun tuh. mo gulung si dewa dia 😁😁
total 2 replies
〈⎳ FT. Zira
Boya??😅
aleena
Cowok
namanya Xander bukan
Muliana
btw, lanjut besok ya. belum kuat natap layar ponsel terlalu lama
Muliana
Wah, selamag ya untuk Xadewa dan Nufus.
Jika Xadewa jadi seorang ayah, Nufus malah diakui oleh sang ayah
Muliana
mungkin inilah yang dikatakan ikatan batin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!