Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Udara pagi masih dingin, bau basah sisa hujan semalam masih terasa, matahari juga belum menampakkan dirinya. Namun semua itu tidak membuat seorang gadis cantik di dalam kamar bermalas-malasan. Alika, kali ini bangun lebih pagi, ia terlihat semangat karena berniat membantu Kevin memasak di dapur.
Setelah mandi dan memastikan penampilan nya rapih, Alika melangkahkan kakinya dengan ringan keluar kamar. "Astagaa!" pekik Alika terkejut, karena bersamaan Steve yang juga keluar kamar.
Steve hanya menolah sekilas, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai dasar. "Ckckck, Bukankah dia terlalu dingin dan cuek." gumam Alika masih memegangi dadanya karena kaget. "Pantas saja dia tidak punya pacar." ucap Alika, lalu gadis itu tersenyum mengingat 'pacarnya' ia segera berlari menuruni anak tangga, tidak sabar bertemu Kevin.
Saat sampai di dapur, Alika mengerutkan keningnya. "Kok sepi?" ia bertanya pada dirinya dan, karena di dapur tidak ada orang. Bahkan Steve yang tadi turun lebih dulu tak terlihat batang hidungnya.
"Apa gue kepagian," gumamnya, ia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. "Seharusnya sih mereka udah pada bangun." Ia berjalan menuju ruang tengah. Ia bukan gadis yang terbiasa berada di dapur, tentu saja ia tidak akan masuk ke dapur jika disana tidak ada orang.
Alika merebahkan tubuhnya di sofa sambil memainkan ponselnya, hingga tiga puluh menit berlalu. Para penghuni villa belum ada yang bangun, dan itu membuatnya bosan. Alika mendesah pelan dan melemparkan ponselnya kesamping.
Tak lama Steve, Dino, dan Gio masuk dari pintu utama, membuat Alika terheran. "Kalian dari mana?" tanyanya penuh selidik, matanya mencari keberadaan sang kekasih. "Kevin mana?" tanyanya lagi.
Steve diam dan terus berjalan, sedangkan Gio mengangkat bahunya, tanda jika dia tak tahu. "Emang cowok lo belum bangun?" Dino balik bertanya.
Alika berdecak kesal ditanya seperti itu. "Mana gue tahu, kan gue tanya sama kalian." sahutnya kembali merebahkan tubuhnya di sofa.
"Kami tadi bangun pagi dan jalan-jalan di sekitar villa, mungkin Kevin masih tidur." Gio mengambil ponsel dari saku celananya. "Ngomong-ngomong Ruby mana?" tanya Gio tidak melihat Ruby.
Dino memutar matanya malas mendengar nama Ruby. Alika menggelengkan kepalanya. "Gue belum liat Ruby," jawabnya singkat.
"Lo udah sarapan?" Steve melihat kearah Alika.
Sedangkan yang di tanya malah bingung. "G-gue?" tanyanya menunjuk dirinya sendiri.
"Ya iyalah, kan kami tadi udah sarapan bubur di luar." ujar Gio, membuat Alika meringis.
"Gue belum sarapan, kan gue ...," Alika tak jadi melanjutkan kalimatnya, ia malah melirik sinis pada Dino.
"Kalau gak bisa masak, itu di dapur kan ada sereal dan susu." celetuk Dino, membuat alika mendengus kesal. "Bisa kali buat sarapan, dari pada nanti pingsan, malah ngerepotin." sambungnya sambil bermain ponsel.
"Atau lo mau gue buatin mie instan? Soalnya gue gak bisa masak kayak Kevin." Dino, Gio, dan Alika kompak menatap Steve. Pria dingin dan cuek itu ternyata bisa juga perhatian, begitulah kira-kira dibenak mereka.
"Ehhh, gak usah." tolak Alika. "Gue bisa sarapan sereal atau roti kok, gue tadi liat di dapur." Alika beranjak menuju dapur.
"Kalian kenapa?" tanyanya, karena Dino dan Gio masih menatap heran.
"Lo gak berniat nikung si Kevin 'kan?" tanya Gio memicingkan matanya.
"Lo baru aja kasi perhatian pacar temen lo sendiri," Dino mengingatkan, di angguki oleh Gio.
Steve terkekeh pelan, pria itu menggelengkan kepalanya, matanya tertuju pada ponselnya. "Gue bahkan gak berminat untuk pacaran." sahutnya. "Dan gue gak suka merebut milik orang lain." kali ini Steve berkata penuh penekanan.
.....
Pukul 11.50 siang, Kevin baru keluar dari kamar. Ia melihat teman-temannya tiduran di sofa depan kamarnya, sambil bermain ponsel masing-masing.
Kevin melirik jam antik yang ada di sudut ruangan, lalu kembali melihat kearah teman-temannya. "Kalian sudah sarapan?" tanyanya sambil menguap.
"Busyetttt, tuan muda baru bangun." sarkas Gio melihat Kevin masih dengan muka bantalnya.
Tanpa rasa bersalah Kevin berjalan menghampiri mereka lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa tempat Alika duduk. "Kamu sudah makan?" kali ini pertanyaan nya hanya ditujukan pada Alika.
Alika tersenyum tipis dan mengangguk. "Sepertinya kamu sangat kelelahan," kata Alika melihat Kevin kembali memejamkan matanya.
Kevin kembali membuka matanya. "Mungkin efek kehujanan kemarin," sahut Kevin beralasan.
"Kayak nya sih, Ruby juga belum turun. Sepertinya dia juga belum bangun." kata Alika. Kevin menegakkan tubuhnya.
Pria itu melihat kearah tangga. "Jadi, Ruby juga belum bangun?" tanyanya, semua yang ada di ruangan itu mengangguk. "Gue mandi dulu deh, baru masak buat makan siang." Kevin beranjak dan kembali masuk dalam kamarnya.
"Udah kayak orang yang abis kerja lembur aja tuh bocah." celetuk Gio menggelengkan kepalanya.
Hanya membutuhkan waktu 20 menit, Kevin sudah keluar kamar dengan penampilan lebih segar. Kaos putih dan celana ponggol hitam, di tambah rambut yang sedikit basah, membuat Kevin terlihat sangat mempesona di mata Alika.
Pria itu menuju dapur, dan tanpa di minta yang lainya juga kompak ikut ke dapur. "Kalian tadi sarapan apa?" tanya Kevin sambil mengeluarkan bahan-bahan dari dalam kulkas.
"Kita bertiga sarapan bubur ayam di ujung perempatan sana, kalau Alika makan sereal." jawab Gio.
"Sorry ya, gue kesiangan." ucap Kevin.
"Gak apa-apa kali, namanya juga liburan." sahut Alika tersenyum manis.
Kali ini Kevin masak seafood, ada udang goreng mentega, gurame asam manis, calamari, dan cah brokoli. Membuat yang lainnya berdecak kagum melihat kemampuan Kevin mengolah makanan itu.
"Menu ini aja gak apa-apa kan? Soalnya gue udah laper banget." ujar Kevin, jujur saja ia memang sudah sangat lapar, tenaganya terkuras habis semalam, dan ia melewatkan sarapannya.
"Gak apa-apa gimana? Ini udah lebih dari cukup kali." sahut Gio, sedangkan Alika hanya menatap Kevin dengan kagum dan penuh rasa bangga.
"Udah, gak usah gitu banget liatnya." Dino melemparkan bonggol brokoli yang hendak ia buang pada Alika.
"Ckckck, sirik lo!" dengus Alika sebal.
"Udah, ayo makan. Gue dah laper banget," ajak Kevin menarik kursi lalu duduk.
"Gue panggil Ruby, dulu ya." ucap Gio saat mereka semu sudah duduk. Namun saat membalikkan tubuhnya, terlihat Ruby sudah di ujung tangga dasar. "Panjang umur banget calon pacar gue," gumam Gio, tersenyum lebar.
Kevin hanya menggelengkan kepalanya mendengar ocehan Gio. Karena ia yakin jika Ruby tidak akan tertarik pada temannya itu. Ia mulai menyuapkan makanannya, karena memang benar-benar lapar.
Ruby tersenyum tipis saat Gio menarik kan kursi untuknya, pandanganya tertuju pada Kevin. "Vin, Lo punya obat gak? Semalam badan gue pegal-pegal banget sampai gak bisa tidur, sepertinya pagi ini harus minum obat." ujar Ruby sambil memegangi tengkuknya.
Kevin terdiam sejenak, lalu pria itu tersedak dengan hebatnya, membuat makanan yang ada dalam mulutnya keluar dan menyiprat kemana-mana.
"Vin, lo hati-hati dong." Alika yang memang duduk disamping Kevin, dengan sigap menepuk-nepuk punggung pria itu dan memberikan minum.
"Thanks," ucap Kevin, ia melihat kearah Ruby yang terlihat tenang, bahkan wanita itu menarik ujung bibirnya.
Kevin mendesah pelan. "Kayaknya di sini cuma ada obat luar di kotak P3K, kalau mau obat minum, harus beli dulu." ucap Kevin. Ia tentu paham dengan obat yang dimaksud Ruby bukan obat sembarangan, melainkan pil kontrasepsi. Mengingat semalam Kevin menumpahkan banyak didalam, dan Ruby sudah lama tidak mengonsumsi pil itu.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗