Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 – Surat dari Langit
Surat Misterius
Pagi itu, saat kabut masih menyelimuti menara timur Akademi Eldamar, seorang burung berwarna perak mendarat di balkon kamar Kaith (Xiao Chen). Burung itu bukan burung biasa. Matanya bercahaya ungu, dan dalam cakarnya tergenggam secarik gulungan bersimbol segel kuno.
Kaith membuka gulungan itu.
> "Kepada Sang Pewaris Langit. Jika kau membaca ini, maka salah satu dari kami telah gagal."
> "Aku adalah Luthen, Raja Keenam dari Garis Pahlawan Suci. Aku tidak mengikuti jalan mereka. Dan jika kau bersedia, datanglah ke reruntuhan Kota Salazar dalam tiga hari. Kebenaran dunia ini… terlalu kotor untuk dibuka di tempat terang."
—Luthen, sang Pengkhianat Cahaya.
Kaith menatap surat itu dalam diam. Sejenak matanya memancarkan aura dingin, lalu surat itu terbakar menjadi debu.
> “Seseorang dari dalam ingin bicara…”
Rapat Rahasia Dewan Sihir
Di tempat lain—tepatnya di Pusat Dunia Sihir, Kota Menara Seribu Cahaya—para tetua sihir berkumpul dalam ruang tak berwaktu.
Lima kursi diisi oleh para keturunan langsung dari Pahlawan Awal: Ignis, Lumina, Tyros, Vanes, dan pemimpin mereka: Grandmaster Aldevan.
> “Cedric gagal,” ucap Ignis dengan nada penuh penghinaan.
“Qi itu nyata, dan bocah itu… bukan dari dunia ini.”
Aldevan mengangguk perlahan.
> “Maka kita harus membuat dunia takut padanya. Sebelum dia menjadi simbol… dan menjungkirbalikkan dunia sihir.”
Elvira Merasakan Sesuatu
Sementara itu, Elvira yang sedang berkultivasi di halaman belakang akademi tiba-tiba tersentak. Aura Qi di sekitarnya melonjak tak terkendali.
> “Guru…”
Ia membuka matanya. Dalam pandangannya, langit di kejauhan tampak bergetar, seolah sedang membuka mata ketiga.
Ia segera menuju ke kamar Kaith.
Namun kamar itu… kosong. Kaith sudah pergi.
Yang tertinggal hanyalah secarik kertas.
> “Aku akan pergi sebentar, ke tempat yang disebut Salazar. Jika aku tak kembali dalam tiga hari, jangan cari aku. Lindungi akademi.”
—Kaith
Reruntuhan Salazar
Tiga hari kemudian.
Kaith berdiri di depan reruntuhan kota kuno. Dinding-dindingnya hancur, namun jejak sihir purba masih membekas. Salazar dulu dikenal sebagai kota suci para penyihir, sebelum dimusnahkan dalam Perang Seratus Tahun.
Kaith melangkah masuk.
Sebuah suara bergema di antara puing-puing.
> “Kau datang lebih cepat dari perkiraanku.”
Dari balik bayangan, muncul seorang pria berjubah abu-abu. Rambutnya putih panjang, matanya biru suram. Di tangannya tergenggam tongkat sihir berlapis kristal darah.
> “Aku Luthen.”
Kebenaran Tersembunyi
Luthen memanggil Kaith duduk. Di tengah reruntuhan ada altar dengan batu cahaya tua yang mengambang—Core Dunia Sihir.
Luthen menjelaskan.
> “Dulu, manusia tidak punya sihir. Yang pertama datang adalah Qi. Dunia ini awalnya milik para Penjaga Qi.”
> “Namun lima pahlawan—nenek moyang kami—membunuh mereka dan menyegel kekuatan Qi. Mereka menciptakan sistem sihir baru, mengganti struktur dunia.”
Kaith mengangguk. “Aku sudah menduganya.”
> “Tapi yang kau tak tahu… jiwa para penjaga Qi belum musnah. Mereka tersebar dalam reruntuhan dunia. Jika seseorang sepertimu… membuka segelnya, dunia ini akan runtuh dari dalam.”
Kaith menatap batu cahaya.
> “Dan kau mengundangku ke sini untuk apa?”
> “Untuk memberimu pilihan. Bunuh lima keturunan pahlawan… atau bantu mereka membuka segel dan biarkan Qi dan Sihir bertarung… lalu lihat siapa yang bertahan.”
Pilihan Xiao Chen
Kaith berdiri.
> “Aku tak tertarik pada balas dendam. Aku ingin… kedamaian. Tapi jika mereka memaksa—aku akan hancurkan mereka satu per satu.”
Luthen tersenyum pahit. “Seharusnya begitu.”
Namun tiba-tiba, langit berubah merah. Lima simbol bersinar di angkasa, membentuk lingkaran sihir tingkat dunia.
> “Kita terlambat…”
Luthen berdiri gemetar.
> “Mereka telah menemukan kita.”
Serangan dari Langit
Cahaya emas turun dari langit.
Lima penyihir tingkat dewa dari garis Pahlawan muncul di atas reruntuhan Salazar. Mereka mengenakan jubah kerajaan penuh simbol sihir.
> “Luthen, pengkhianat darah!”
“Dan kau… makhluk dari luar dunia!”
Sihir-sihir raksasa mulai terbentuk. Mereka tidak bicara. Mereka berniat menghapus Kaith dan Luthen dari sejarah.
Kaith menatap mereka dingin.
> “Ini... deklarasi perang?”
Ia menarik napas, dan melepaskan tiga lapisan segel Qi dalam tubuhnya.
Langit meledak.
BOOOOM!
Aura kultivasi murni naik hingga mencapai batas dunia. Lima penyihir terguncang. Beberapa terlempar mundur hanya karena tekanan spiritualnya.
> “Apa ini… kekuatan Dewa dari langit?”
Kaith melayang di udara, rambutnya berkibar, matanya bersinar putih terang.
> “Aku datang bukan untuk jadi simbol. Tapi kalian paksa aku… menjadi kutukan.”
Perang tak terucap telah dimulai.
Kaith, Raja Para Dewa yang tersesat ke dunia sihir, kini berdiri di persimpangan: melawan para pewaris pahlawan, atau menyatukan dunia yang telah hancur oleh warisan darah.
Langit sudah membuka matanya. Dan dunia… akan segera terbakar.