(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-30
...🖤🖤🖤...
Beberapa menit sudah berlalu, namun dokter yang menangani Jesi tak kunjung keluar dari dalam sana. Membuat Nyonya Pamela terus berjalan mondar mandir dengan gelisah.
"Kenapa para dokter itu belum ada yang keluar?" gumam Nyonya Pamela cemas.
"Sabar Ma, mungkin saja mereka sedang memastikan Jesi baik-baik saja," ucap Aleandro pusing melihat ibunya terus mondar-mandir bak setrika panas.
"Enteng sekali ucapan mu Aleandro, apa kamu tidak khawatir kalau adikmu itu kenapa-napa," sentak Nyonya Pamela marah menatap Aleandro yang nampak santai.
"Lalu aku harus apa Ma? Jesi terus memaksaku untuk melakukan kejahatan terhadap gadis yang memiliki trauma," balas Aleandro ikut kesal.
"Kau," geram Nyonya Pamela melangka mendekati Aleandro, kemudian...
Plak!
Satu tamparan mendarat di rahan kokoh milik Aleandro, membuat orang-orang disekitar mereka terkejut menatap mereka. Aleandro berdiri terdiam menatap dingin sang ibu yang kini sangat marah hingga tubuhnya gemetar tak karuan.
"Kau bilang gadis? Dia bukan gadis, melainkan wanita jalang yang ingin merebut suami adikmu sendiri Aleandro, camkan itu," tekan Nyonya Pamela dengan nafas memburu kasar menatap Aleandro.
Ceklek.
Pintu gawat darurat terbuka lebar menarik perhatian Aleandro dan Nyonya Pamela, dan munculah para dokter dari balik pintu ruangan sambil mendorong bangkar berjalan keluar.
"Jesi," lirih Nyonya Pamela segera berlari kecil menghampiri mereka.
"Mama," lirih Jesi langsung menangis menatap sang ibu.
"Iya sayang, katakan apa ada yang sakit?" tanya Nyonya Pamela menangis sedih melihat keadaan putri kesayangannya itu.
"Mama, kakiku keseleo dan seluruh tubuhku terluka," kelu Jesi.
"Astaga sayangku, pasti kamu sangat kesakitan."
Nyonya Pamela terus mengikuti bangkar milik Jesi menuju ruang rawat VIP yang sudah disiapkan, lalu masuk ikut masuk ke dalam.
Dengan penuh hati-hati, para dokter memindahkan Jesi dari bangkar ke kasur, lalu salah satu dokter menatap Nyonya Penelope.
"Beruntung Nyonya Muda hanya keseleo dan terdapat beberapa luka di tubuhnya Nyonya Besar, lain kali coba untuk lebih perhatian lagi," jelas dokter.
"Baik terima kasih dokter," ucap Nyonya Pamela menghela nafas lega.
"Kalau begitu, kami permisi dulu," pamit sang dokter.
"Iya."
Para dokter pun segera keluar dari ruangan, dan masuklah Aleandro ke dalam ruang rawat itu dengan wajah lesu menghampiri mereka berdua. Melihat kedatangan sang Kakak, Jesi seketika marah.
"Untuk apa Kakak kemari?! Bukannya Kakak bahagia melihat keadaanku, dan juga harga diriku yang hancur di mata orang-orang diluar sana!" pekik Jesi kedua matanya memerah menatap Aleandro.
"Kakak akan membantumu," celetuk Aleandro.
Jesi seketika terdiam menatap sang ibu yang kini ikut menatap dirinya. Kedua kebingungan dengan keputusan Aleandro barusan.
"Jika kamu terpaksa, lebih baik kamu pergi dari sini. Percuma aku melahirkan seorang anak laki-laki di dalam keluarga Rodrigues, kalau dia hanya diam seperti sebuah batu saat harga diri adiknya sendiri diinjak-injak diluar sana," ucap Nyonya Pamela penuh kecewa tanpa menatap ke arah Aleandro.
"Maafkan aku Ma, karena telah membiarkan orang lain membuat harga diri keluarga besar Rodrigues menjadi bahan lelucon di luar sana. Aku janji, mulai hari ini aku akan membuat pria bajingan itu membayar semua perbuatannya," tegas Aleandro.
"Kak, jangan sentuh Alex. Aku hanya minta Kakak menjauhkan jalang itu darinya," sela Jesi tidak terima kalau sampai Aleandro menyakiti Alex.
"Baiklah terserah kamu," desis Aleandro kesal, berbalik dan pergi meninggalkan ruangan itu.
*
*
*
(Di sisi lain)
Bug.
Bug.
Bug.
"Ah, sial... aaakkhhh," desah Alex terus bergerak maju mundur menghentakkan sesuai ritme.
Setelah pertengkaran mereka tadi, Alex memutuskan membawa Luna pulang ke mansion dan melakukan olaraga panas disana.
Sudah beberapa menit Alex bergerak dengan liar diatas tubuh Luna, namun ia tak kunjung mencapai pelepasan, mungkin karena tidak Luna tidak mengeluarkan suara apapun saat ini.
"Luna, kalau kamu tidak mengeluarkan suara, akan aku pastikan dia hhhmmpp." Kedua mata Alex membulat sempurna saat Luna tiba-tiba saja mencium bibirnya.
"Lakukan seperti yang biasa kamu lakukan Alex," bisik Luna di telinga Alex, mencoba menenangkan Alex, agar Alex tidak melakukan apapun yang akan menyakiti orang yang tidak bersalah hanya karena cemburu.
"Kalau begitu." Alex segera melepaskan diri, lalu berbaring di samping Luna."Duduklah diatasku Luna," bisik Alex menatap Luna.
Mau tak mau Luna pun menurut dan melakukan apa yang diinginkan oleh Alex. Ia pun perlahan bangkit dan naik keatas tubuh polos Alex.
"Masukan," perintah Alex menatap wajah cantik Luna.
Luna mengangguk pelan meraih milik Alex yang berdiri tegak, kemudian perlahan duduk diatasnya. Perlahan namun pasti, milik Alex pun sedikit demi sedikit di lahap oleh milik Luna hingga tenggelam sempurna.
"Ugh, Luna." Erang Alex mendongak keatas sambil menelan luda dengan kasar, saat sensasi nikmat begitu dahsyat menghantam tubuh dan pikirannya."Bergeraklah sayang," tita Alex merentangkan kedua tangannya dengan lebar membiarkan Luna mengambil alih permainan panas mereka.
Dengan skill seadanya, Luna pun mulai bergerak dengan kaku diatas tubuh Alex. Alex yang tak sabar segera mencengkram kedua pinggang Luna, kemudian menggerakkan pinggang Luna maju mundur dengan cepat sambil mendesah nikmat, begitu pun dengan Luna yang terpaksa ikut mendesah agar tidak memancing emosi Alex.
(Bersambung)
cerita nya ringan dan mudah di mengerti.
semangat ya thor