NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Suamiku

Mengejar Cinta Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: sopiakim

Zely Quenby, seorang gadis yang bekerja di sebuah perusahaan. ia hanya seorang karyawan biasa disana. sudah lama ia memiliki perasaan cinta pada Boss nya yang bernama lengkap Alka farwis gunanda. Hingga timbul lah tekad nya untuk mendapatkan Alka bagaimana pun itu. meskipun terkadang ia harus menahan rasa sakit karena mencintai seorang diri.

bagaimana yah keseruan kisah antara Alka si bos galak dan crewet dengan gadis bermulut lembek itu?

pantengin terus yah, dan jangan lupa untuk tekan favorit biar bisa ngikutin cerita nya😍.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sopiakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24.bayangmu kekal

   Malam itu terasa panjang bagi Alka. Meski tubuhnya lelah dan tempat tidur seharusnya nyaman, matanya enggan terpejam. Ia hanya berbaring memandang langit-langit kamar, diam, nyaris tak bergerak, tapi pikirannya riuh. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, yang muncul justru bayanganZely dengan handuk yang melilit tubuhnya, kulit putih mulus, dan handuk tipis yang nyaris jatuh dari bahu. Bukan niatnya untuk mengingat-ingat, tapi otaknya seperti tak memberi izin untuk melupakan.

Alka mendesah pelan, menggulingkan tubuhnya ke samping, tapi tetap saja tak bisa tidur. Ia membenci ini—perasaan tak terduga yang muncul hanya karena momen canggung beberapa detik.

“Cuma istri kontrak,kamu ga berhak membayangkan seorang gadis dengan liar seperti itu Alka” gumamnya pelan, mengingatkan diri sendiri.

Tapi kalimat itu tak lagi setegas biasanya. Ada jeda di dalam hatinya, ruang kecil yang mulai diisi rasa ingin tahu yang lebih dalam dari sekadar batas kewajaran.

Ia menyesali refleksnya, tapi juga tidak sepenuhnya bisa menyalahkan diri. Ia hanya mengikuti naluri. Tapi yang tidak bisa ia kendalikan adalah—bagaimana tubuhnya bereaksi saat melihat Zely berdiri di sana. Alka menggertakkan gigi, mencoba mengusir bayangan itu, tapi percuma. Bahkan suara napas Zely yang tersengal karena gugup masih terngiang di telinganya.

“Kenapa harus inget hal begini, sih,” gumamnya, mengguling ke sisi lain.

Tapi meskipun lampu kamar sudah dimatikan, dan jam dinding sudah hampir menyentuh pukul tiga pagi, tubuhnya belum juga merasa tenang. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun tetap saja—kamar itu, ekspresi Zely, dan keheningan yang menggantung di antara mereka malam tadi... kini terasa jauh lebih berisik daripada suara apapun.

Bahkan sampai pagi tiba Alka masih tidak bisa mengusir bayangan kejadian malam itu. Ia benar-benar tidak menduga Zely ternyata hampir merusak struktur otaknya.

Sementara Zely menatap pantulan wajahnya di cermin sambil menghela napas pelan. Matanya sedikit bengkak karena sulit tidur semalaman—bukan karena kecoa, tentu saja, tapi karena seseorang yang muncul mendadak di kamarnya... dengan handuk... dan tatapan yang entah kenapa masih terus terbayang. Ia menggeleng pelan, mencoba menghapus ingatan itu dengan menyibukkan diri membuat kopi di dapur.

Meskipun Alka melarang nya untuk melayani atau menyiapkan sesuatu ia harus tau diri untuk tidak bermalas malasan dirumah itu. Setidaknya secangkir kopi ia suguhkan untuk laki-laki itu.

Saat Alka keluar dari kamarnya, suasana langsung terasa berubah. Langkahnya biasa saja, raut wajahnya pun datar seperti biasanya—tapi Zely cukup mengenalnya untuk tahu, ada sesuatu yang ganjil. Tatapan Alka terlihat menghindar, dan cara ia duduk di meja makan seperti sedang menahan sesuatu—entah itu kata-kata, atau pikiran yang belum selesai.

“Pagi mas, bagaimana tidur mas? Apakah nyenyak?" tanya Zely, mencoba membuka percakapan.

"Kenapa aku malah berbasa basi seperti itu? Benar-benar pertanyaan aneh!" Batin Zely menyesali dirinya.

Alka hanya mengangguk pelan namun mencoba untuk mengalihkan kembali pandangan nya hingga kemudian dia memilih untuk duduk diatas sofa tepat di dekat televisi.

"Ini aku buatkan teh untuk mas," ucap Zely pelan.

Sebenarnya ia sempat membuatkan kopi untuk Alka namun melihat mata Laki-laki itu sedikit menghitam ia menebak Alka pasti begadang tadi malam, entah itu masalah pekerjaan atau lainnya.

Ia beralih meraih teh camomile untuk merelaksasikan pikiran Alka agar ia tidak begitu terpengaruh akibat begadang tadi malam.

"Seharusnya tidak perlu repot, tapi terimakasih untuk ini." Alka memilih untuk protes lagi. Jujur saja ia juga merasa hangat diperhatikan seperti ini.

Zely sendiri merasa dag dig dug ser kalau Alka lagi lagi menolak dan menegaskan batasan diantara mereka berdua. Tapi kali inisiatif bersyukur laki-laki itu dengan tenang membiarkan nya dan menerima teh itu dengan hangat.

Zely duduk dengan kikuk, sebenarnya ia juga tidak tahu kenapa ia duduk diseberang laki-laki itu, ia hanya duduk dengan pikiran siapa tau laki-laki itu ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.

Lampu ruang tamu menyala redup, memberi cahaya lembut di sela keheningan. Televisi di depan mereka tak menyala—layarnya hanya memantulkan bayangan samar Alka dan Zely yang membuat suasana menjadi sangat canggung.  Kalau saja televisi itu menyala maka Zely bisa mengalihkan pandangan nya ke layar tv.

Alka duduk tenang, menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil menyesap teh hangat buatan Zely. Uap dari cangkir keramik itu mengabur di udara dingin malam, mengisi ruangan dengan aroma camomile yang menenangkan jiwanya.

Zely duduk di ujung sofa satunya, dengan posisi menyamping, kedua lutut ia peluk pelan. Matanya menatap lantai, tapi pikirannya jauh—tersangkut di kejadian semalam. Apakah Alka juga memikirkan nya? Atau laki-laki hanya merasa itu bukanlah momen yang pantas di ingat? Tapi tatapan Alka malam itu seolah ada maksud.

Zely menarik napas diam-diam. Ia curi-curi pandang ke arah Alka—yang tampaknya tak terganggu sama sekali. Walaupun nyatanya Alka tengah mencoba berjuang untuk terlihat tenang saat ia sendiri dihantui bayangan semalam.

“Emmm gimana teh nya mas? nggak terlalu manis kan?” tanya Zely akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

Alka mengangguk pelan, tanpa menoleh. “Pas. Terimakasih.”

Singkat, padat dan sangat manjur untuk membuat basa basi Zely tampak basi. Bahkan menoleh saja ia seolah tak sudi.

Laki-laki seolah sengaja tidak ingin menoleh kearah Zely, ia sedang menghindari bersitatap dengan gadis itu.

"Apa ada yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Alka kemudian karena sejak tadi ia melihat Zely seolah ingin mengatakan sesuatu.

Zely menarik nafas pelan dan memang ia ingin menanyakan beberapa hal kepada Alka.

"Apa aku boleh bekerja mas?" Tanya Zely dengan sedikit ragu ia bahkan menunduk takut.

Alka terdiam, ia melihat gadis itu sangat takut bahkan ingin menanyakan hal itu. Apakah ia sudah membuat Zely begitu minder sampai menyampaikan pendapat saja ia sangat takut.

"Kamu butuh uang? Atau bagaimana? Mas bisa memberimu kalau kamu perlu."

Zely menggeleng "Tidak mas, aku sudah cukup mas beri kehidupan sebaik ini. Terimakasih banyak mas. Tapi rasanya aku sangat tidak sanggup jika hanya menikmati hidup seperti ini mas, aku malu dan aku juga merasa canggung untuk bahkan makan saja aku ragu mas. Aku takut di cap sebagai manusia yang taunya hanya numpang. "

Alka bisa memahami perasaan Zely, tapi jujur saja ia sama sekali tidak menganggap gadis itu demikian. Entah kenapa akhir akhir ini hatinya melemah jika melihat Zely. Awalnya ia benar-benar benci dam tidak suka harus menikah dengan gadis itu. Karena sejak awal ia sudah melihat kalah Zely seolah hanya ingin memanfaatkan dan menjebaknya.

Namun semenjak menikah dengan Zely, ia memperhatikan nya ternyata gadis itu sangat berbeda dengan gadis yang ia bayangkan sebelumnya.  Zely begitu tau diri, penyayang, perhatian dan berusaha agar bisa melakukan segalanya bahkan saat ia tak baik-baik saja.

"Mas sama sekali tidak berpikiran demikian,  tapi kalau kamu memang merasa dirumah saja tidak cukup. Boleh mas tau kamu ingin bekerja dimana?" Tanya Alka dengan lembut.

Damn

Zely hanyut, ia benar-benar tidak menyangka seorang Alka akan selembut ini kepada nya. Ia seolah bermimpi akhir akhir ini Alka kian melunak kepadanya.

"Belum tau mas, Yang pasti tidak akan ke tempat mas hehehe. Gamau malu maluin mas."

Hampir seluruh pihak agecy nya benar-benar kaget karena pernikahan Alka dengan Zely yang hanya seorang Asisten manajer disana. Artis papan atas saja kalah dengan Zely. Tentu saja hal itu membuat Zely takut untuk dekat dekat dengan agensi milik Alka bagaimana kalau ia bahkan akan membuat laki-laki itu malu karena memiliki istri rendahan seperti dia.

"Loh! Memangnya kenapa?"

"Bukankah mas sendiri yang sempat kebingungan kenapa orang rendahan seperti ku bisa masuk ke agensi mas?" Tanya Zely lembut namun seolah menyindir Alka.

Laki-laki itu hanya berdehem pelan, merasa bersalah namun ia tutup dengan wajah datar nya.

"Baiklah kamu coba pikirkan dulu mau kerja apa, nanti kita diskusikan. Mas ada urusan keluarga sebentar."

Alka bangkit dan menghabiskan teh buatan Zely,  gadis itu tersenyum mengangguk dan ia tidak mengira respon Alka begitu baik padahal ia sudah membayangkan Alka akan mengatai nya ini itu.

Sementara kini di rumah sakit Bunyi detak mesin monitor terdengar stabil, tapi lambat. Suasana di ruang IGD sedikit lebih sunyi dari biasanya. Lampu putih menyinari tubuh seorang gadis muda yang terbaring di ranjang, napasnya berat meski alat bantu oksigen sudah terpasang di wajahnya.

Radi berdiri di sisi ranjang, stetoskop masih tergantung di lehernya, wajahnya tegang. Tangannya memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Yesha dengan cekatan, sementara matanya menatap layar monitor di samping.

"Pasien asma berat, tidak sadarkan diri sejak dilarikan keisni dok. Saturasi sempat turun ke 82," lapor salah satu perawat di belakangnya.

Radi mengangguk pelan, lalu berbicara tenang,“Nebulisasi ulang setiap 20 menit. Tambahkan adrenalin inhalasi kalau tak ada respon dalam 30 menit. Pantau terus saturasinya.”

Tapi meski suaranya terdengar biasa saja, ada ketegangan di balik nada itu. Jujur saja Radi khawatir karena gadis muda itu tengah kritis.

Radi ingat betul sebelum ia masuk ke dalam ruangan Yesha kedua orangtuanya begitu khawatir dan juga sedih. Menambah beban moral di pundaknya,menjadi dokter benar-benar menguras energi dan emosinya.  Ia seolah ikut merasakan perihnya keluarga pasien namun itulah yang harus dibatasi oleh dokter agar ia bisa bersikap profesional.

Gadis itu masih menutup matanya rapat, tapi saat ia menyentuh tangan Yesha untuk memastikan sirkulasi perifer, jari-jari Yesha menggenggam pelan.

Refleks? Atau sadar?

Radi menatap wajah itu lagi. "Yesha? Apa kamu mendengar ku? Pasien atas nama Yesha. Coba berkedip kalau kamu mendengar ku."

Tak ada respons verbal, tapi pelan-pelan, saturasi di monitor mulai naik. 85... 88... 90.

Radi menarik napas lega, walau sedikit. Ia belum membiarkan dirinya merasa aman. Tapi sedikit harapan mulai tumbuh.

“Good girl,”

Gadis itu perlahan berkedip walaupun belum sadar sepenuhnya, Radi tersenyum dan tak sadar mengelus pelan pergelangan tangan Yesha.

"Kamu aman sekarang, kamu aman dengan ku. Kuatlah gadis manis, masih banyak keindahan di dunia ini. Kamu belum melihat jelas wajah tampan pria ber jas putih ini hehehe."

Radi berlalu setelah menjelaskan lebih lanjut kepada perawat kalau sewaktu-waktu ada perkembangan.

Pintu ruang IGD terbuka perlahan, dan Radi keluar dengan langkah tenang. Tapi di balik ketenangannya, napasnya masih belum sepenuhnya stabil.

Di lorong, dua sosok langsung berdiri dari bangku tunggu. Ibu Yesha menggenggam tasnya erat, sementara sang ayah menatap Radi penuh harap. Wajah keduanya tampak lelah—campuran antara kecemasan, kurang tidur, dan kekhawatiran yang menahun.

Radi menanggalkan sarung tangan medisnya perlahan sebelum mendekat. “Pak, Bu...”

“Bagaimana Yesha, Dok?” tanya ibunya cepat, matanya berkaca-kaca.

Radi mengangguk pelan, suaranya tenang. “Kondisinya stabil sekarang. Kami sudah beri terapi untuk meredakan serangan asmanya. Saturasinya sudah mulai membaik, dan... sebentar lagi kemungkinan besar dia akan sadar.”

Sang ibu langsung menutup mulutnya, menahan napas lega yang hampir berubah menjadi tangis. Ayah Yesha mengangguk cepat, seperti tak percaya bisa mendengar kalimat itu hari ini.

“Terima kasih, Dok,” ucapnya, suara berat dan serak.

Radi tersenyum kecil, tapi dalam. “Masih butuh waktu istirahat. Paru-parunya sempat cukup tegang. Tapi Yesha kuat. Dia tahu caranya bertahan.”

Sang ibu menatap Radi lebih lama, seolah ingin berkata sesuatu—mungkin menyampaikan rasa terima kasih yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

“Kami boleh lihat sebentar?”

Radi ragu sejenak, lalu mengangguk. “Satu orang dulu, ya. Bergantian. Tapi jangan bangunkan dia. Biarkan tubuhnya pulih.”

Saat sang ibu masuk ke ruang perawatan, Radi tetap berdiri di lorong bersama ayah Yesha.

“Kami sudah khawatir sekali... dia selalu keras kepala soal kesehatannya,” kata sang ayah pelan.

Radi menatap ke arah pintu ruang perawatan. Di balik sana, Yesha masih terlelap, tapi selangkah lebih dekat ke kesadaran. Ia menggenggam hidupnya lagi.

...🎀Bersambung 🎀...

Hayoooo Alka kamu kenapa mendadak jadi softboy eyyy? Ada maksud kah ini? Atau dah mulai timbul benih benih cintahhh?.

Jangan lupa yah like komen dan votenya wan kawan.

See you guys🫶

1
partini
hubungan mereka abu abu
aku
sape naroh bawang jahat dpn mata woey!!! perih nih!! 😭😭😭
Penulis kentang🍠: 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
ayo donk ka jangan gengsi sebelum zely pergi lo
kalea rizuky
jangan jatuh hati dluan zel nanti sakit wong dia kulkass
Penulis kentang🍠: Bener bangettt☺️
total 1 replies
partini
aku suka orang ketiga cowok ,,karena apa karena jarang sekali di novel tuh ada Thor , kebanyakan ulet bulu
ini beda 👍👍👍👍
Penulis kentang🍠: aaa makasiii kak, pantengin terus yaaaa🫶❤️
total 1 replies
partini
mau gimana lagi ya emang kamu bodoh namay jg rasa cinta ya gitu
partini
zel mending benteng in hati mu mulai sekarang takutnya sakita Ampe ulu hati jantung dan paru-paru ,,biar dia yg mencintai zel ,,di cintai tuh lebih baik dari pada mencintai, mencintai nyesek sediri
Penulis kentang🍠: realllll, kalau kita kecintaan kita yang bakal rugiii
total 1 replies
partini
🤭🤭🥰
Penulis kentang🍠: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!