Sandy Sandoro, murid pindahan dari SMA Berlian, di paksa masuk ke SMA Sayap Hitam—karena kemampuan anehnya dalam melihat masa depan dan selalu akurat.
Sayap Hitam adalah sekolah buangan yang di cap terburuk dan penuh keanehan. Tapi di balik reputasinya, Sandy menemukan kenyataan yang jauh lebih absurb : murid-murid dengan bakat serta kemampuan aneh, rahasia yang tak bisa dijelaskan, dan suasana yang perlahan mengubah hidupnya.
Ditengah tawa, konflik, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah ini—misteri yang bisa mengubah masa lalu dan masa depan.
SMA Sayap Hitam bukan tempat biasa. Dan Sandy bukan sekedar murid biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 : Persiapan Ujian dan Rencana Wisata
Hari terus berganti. Minggu terus berlalu. Waktu yang lama. Lima Bulan sudah di lewati. Tidak banyak yang terjadi setelah pertarungan di Bar. Satu bulan pertama yang sangat sulit aku jelaskan waktu itu. Teka-teki sekolah, asal-usul kekuatan, organisasi, pertarungan dan masih banyak lagi.
Setelah insiden pertarungan di sebuah bar. Dua orang yang telah kami amankan, Lala (Adik Bagas) dan pimpinan mafia The Bear.
Informasi yang di dapatkan dari hasil interogasi sangat minim. Cara apapun yang dilakukan semuanya sia-sia. Bos The Bear memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Lala? Dia sementara waktu berada di sekolahku untuk pengawasan ketat.
Meskipun Bagas sudah menyetujui bahwa SMK Jangkar Pelita bergabung menjadi sekutu terakhir, tapi pihak OSIS sekolahku menolak. Karena sejujurnya keputusan tersebut bukan dari OSIS dari sekolah kami saja—melainkan diskusi Antara dua sekutu lain : Sekolah terbaik peringkat dua SMA Palu Adil (Swasta), Sekolah negeri dengan rata-rata mempunyai lulusan terbaik, SMAN Elang Merah. Lagipula menghapus pikiran orang yang sudah di cuci otaknya sangatlah sulit. Namun, Bagas boleh menemui Lala dengan waktu yang sudah di tentukan.
Lalu ada Nara yang sudah mendapatkan apa yang dia—di cegah. Karena Nara Ingin sekali mafia tersebut mati. Selain itu, mengenai kasusnya tersebut di masa lampau.. Bos The Bear memanglah dalang yang merencanakan penembakan tersebut, tapi dengan menyuruh orang. Motifnya ingin para politikus atau jurnalis aktif yang aktif menyuarakan suara keadilan bungkam dan tidak bersuara lagi.
"Kenapa kalian mencegahku untuk membalaskan dendam terhadap kematian ibuku dan ibunya Rio?" Nara bertanya sembari menatap tajam Kak Arthur dan kepala sekolah.
"Dendam tidak akan menghasilkan apa-apa, Nara. Kau hanya akan memicu yang lebih buruk. Lagipula kita masih butuh dia untuk hal yang lain." Jawab Kepala Sekolah.
"Bisakah Ayah angkat ku ini membiarkanku bebas melakukan apa saja sehari saja?" Nara jengkel.
"Tidak. Semua ini juga demi nasib kita orang-orang yang memiliki kemampuan khusus." Pak kepala sekolah meminum kopinya.
Nara mendengus kesal lalu memukul kaca tebal ruangan interogasi.
Ruangan khusus dan tersembunyi SMA Sayap Hitam. Lebih tepatnya di bawah tanah. Banyak sekali ruangan khusus, interogasi, tempat pelatihan kemampuan, dan masih banyak lagi.
"Belum ada perkembangan tentang obat-obat tersebut? Dan juga lokasi mereka?" Pak kepala sekolah bertanya kepada Kak Arthur.
"Belum sama sekali. " Jawab Kak Arthur menggelengkan kepala.
"Beruntung saja waktu itu Nara, Bora, Sandy memastikan apa yang Bora lihat tentang obat terlarang tersebut. Itu saja sudah membuat kita gempar. Kita semakin di buat berpikir oleh mereka tentang tujuan sebenarnya organisasi mereka. Tapi mungkin itu sedikit sepadan dengan kita mengetahui apa saja kemampuan mereka. Sudah ada Limaa anggota mereka yang kemampuan sudah di ketahui." Pak kepala sekolah menatap tajam Bos The Bear dari balik kaca tebal.
(Ruangan OSIS)
"Apa? Kalian bilang obat ini bisa membuat manusia bisa memiliki kemampuan seperti kita?" Kak Arthur terkejut.
"Tentu saja. Kami bertiga sudah melihatnya langsung. Selain itu, Kak Arthur bisa langsung tanyakan kepada Sumbernya." Bora menyeret masuk Bos The Bear yang sudah di tali kuat.
"Kalian bahkan menangkap dalang dari pengendarnya? Sulit di percaya." Kak Fahmi terduduk di sofa.
"Sebenarnya mereka hanya di suruh. Dalang sebenarnya kemungkinan besar adalah O3PMI." Nara menjawab.
"Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?" Tanyaku sembari menahan sakit. Lebam atas luka pukulan keras oleh P masih belum sembuh. Yah, meskipun lebamnya tidak terlihat karena seragamku yang menutupinya.
"Jika sudah begini, guru-guru bahkan kepala sekolah akan turun tangan." Jawab Kak Arlo.
"Arlo benar, tapi bagaimana dengan Bagas?" Kak Arthur bertanya.
"Dia masih pingsan. OB terlalu kuat untuknya. Lukanya cukup parah. Selain itu, ada hal lain yang mengejutkan sekaligus bisa kita manfaatkan." Bora mengepalkan tangan.
"Kak Arthur pastinya sudah tahu masalah sebenarnya yang di ajukan dari SMK Jangkar Pelita, kan?" Bora memastikan.
"Tentu saja." Kak Arthur mengangguk.
"Adiknya Bagas setelah di culik, dia di cuci otaknya lalu menjadi bagian dari organisasi O3PMI." Setelah Bora mengatakan itu satu ruangan menjadi hening.
"Tidak mungkin." Kak Alma syok.
"Setidaknya kita sudah berhasil menyelamatkannya meskipun seharusnya kita bisa membawa tawanan lagi." Celetukku.
"Tawanan lagi?" Kak Aurora bertanya.
"Benar apa kata Sandy. Ada anggota mereka bernama B. Dia memiliki kemampuan memanipulasi Es. B juga sebenarnya sudah di buat pingsan oleh Nara, tapi OB dengan sangat cepat membawa B pergi bersama P." Jawab Bora.
"P? Siapa lagi dia?" Kak Fahmi semakin bingung.
"Ngomong-ngomong Sandy.. Kenapa kau sedari tadi menunjukkan ekspresi aneh begitu?" Kak Anastasia menyidik.
"Dia kalah melawan P. P memiliki kemampuan paling mengerikan.. Dia bisa merampas kemampuan orang lain dengan meminum setetes darah milik korbannya dan Korbannya juga harus benar-benar mati." Jelas Bora.
"Membunuh? Merampas? Ini sangat di luar dugaan." Kak Fahmi mengerutkan dahi.
"Iya. Juga kemampuan paling hebatnya yang bisa menyaingi kemampuan Waktu milik Sandy saat bertarung dengannya adalah.. Kemampuan memanipulasi cahaya." Satu ruangan menjadi hening.
"Ini semakin serius saja. Lebih baik kita bahas ini di lain waktu. Aku akan membicarakan terlebih dahulu dengan Kepala Sekolah dan guru-guru yang lain." Ujar Kak Arthur.
(Masa kini)
"Untuk sementara waktu kalian fokus saja pada ujian sekolah dan ujian kelas khusus. Selain itu, kalian juga harus bisa menikmati masa-masa remaja juga." Pak kepala sekolah meletakkan gelas kopinya di meja.
"Tapi, bukankah ini sangat berbahaya bagi semua orang?" Kak Arthur protes.
"Sudah di putuskan. Kalian tidak boleh membantah. Selain itu, saya juga telah memikirkan sebuah perjalan kecil setelah ujian agar semua siswa-siswi juga senang. Kita akan darmawisata." Tegas Pak kepala sekolah.
...****************...
"Cuy!!! Lu pada udah denger belum beritanya?!" Beben Heboh memecah suasana tenang jam kosong.
"Beben tolong jangan ribut! Nanti kita kena teguran lagi sama kelas sebelah terus nanti di laporin ke Ibu Mariska dan aku lagi yang kena marahnya." Alex pasrah dan menayangkan Ibu Mariska yang memegang cambuk.
"Ada apa? Besok libur?! Kalau gitu bisa marathon anime One piece lagi." Reiji bersemangat.
"Bukan." Jawab Beben.
"Makan siang gratis?"
"Boleh bawa bahan kimia ke sekolah?"
"Yang telat harus joget?"
"WC di upgrade pintunya jadi lebih kokoh? Alhamdulillah! Berak di sekolah jadi aman, nih."
"Sekolah bolehin bawa hewan ke kelas?"
"Boleh modif kelas sendiri kayak kamar? Gas!" Deka bersemangat.
"Kalian nebaknya yang benar kenapa sih?" Beben bingung.
Aku, Bora dan teman-teman yang lainnya seperti Dimas, Ivan hanya diam memperhatikan sedari tadi kelas mulai heboh.
"Mungkin tentang ujian." Celetuk Bora.
"Ujian itu seperti biasanya, kan?" Aku bertanya.
"Iya dan di tambah kalian orang berkemampuan harus mengikuti ujian dari kelas khusus yang di ikuti." Jawab Bora.
"Eh? Tunggu serius?!" Aku terkejut.
"Kau sepertinya belum mengetahuinya, ya?"
"Aku tidak peduli, sih. Toh aku bukan dari sini." Ivan mengangkat bahu lalu hendak pergi.
"Oh, tidak boleh begitu!" Bora memegang erat bahu Ivan.
Ivan berusaha untuk melepaskan diri dengan susah payah.
"Kau harus tetap mengikuti ujian tukang bolos! Selain itu, banyak sekali pelajaran yang tertinggal, bukan?" Bora mencekram bahu Ivan dengan lebih keras.
"Makanya dari itu, lebih baik tidak usah ikut ujian." Celetuk Bora.
Tinggi badan Ivan bisa di bilang buka tinggi remaja SMA pada umumnya tetapi SMP
"Kau bilang apa tadi?" Bora mengakat kerah baju belakang Ivan.
"Bukan apa-apa." Ivan ketus.
"Bukannya tujuanmu itu untuk mengamati mereka berdua dan membuat kehidupan yang lebih baik?" Bora menunjuk ke arah Raga dan Vania yang sedang mengobrol di bangku depan dekat pintu masuk kelas.
"Cih! Baiklah." Ivan pasrah.
"Siapa?" Aku bertanya penasaran.
"Bukan siapa-siapa." Jawab Bora santai.
"Yang penting, apapun itu bisa jadi kontenku yang bagus. Benar tidak Guys?!" Ravel bergaya. Dia memang seorang selebgram sekaligus artis remaja terkenal yang sudah syuting juga di banyak tempat di luar negeri.
"Artis memang beda." Gumam Dimas.
"Apa bakal ada lomba olahraga angkat beban?" Fahri sedang mengangkat meja naik turun seperti barbel.
"Harap jangan melakukan olah raga aneh di sekolah." Alex mencoba menghentikan.
BRAK! Pintu kelas di buka dengan sangat keras.
"Kalian ini tidak bisa di bilangin, ya?!" Ibu Mariska marah. Dia menyeret Adit, Rino dan Genta di belakangnya.
Satu kelas mendadak seperti para prajurit yang teratur. Semuanya hening dan duduk rapih.
"Tunggu apa yang sudah mereka perbuat?" Aku menoleh ke arah Beben.
"A-anu. Sebenarnya kami langsung ngintip ke ruang guru untuk cari informasi, eh malah kepergok." Jawab Beben polos.
CTAS!
"Ngaku juga kamu." Ibu Mariska menjewer telinga Beben.
"Ampuni saya, Bu." Beben merengek.
"Kalian ikut Ibu sekalian ke BK." Ibu Mariska menghela nafas panjang.
"Mumpung sudah terlanjur,.Sebaiknya ibu sampaikan saja sekalian." Ibu Mariska berdiri di tengah kelas.
Beben, Rino, Adit dan Genta di tali erat oleh Ibu Mariska agar tidak kabur.
"Ini salah, Lo!" Cetua Adit ke Beben.
"Lah kok gua? Bukannya kalian bertiga sama aja pengen tahu info penting itu?" Beben membela diri.
"Enggak tuh." Jawab Rino dan Genta serentak. Mereka berempat pun cekcok.
"Bisa tidak kalian diam!"
CTAS! Ibu Mariska memecutkan cambuknya ke lantai dan membuat empat sekawan absurd sekejap terdiam.
Bukan tanpa sebab Ibu Mariska paling di takuti ketika menjadi guru pengajar apalagi cambuknya yang mengerikan. Cambuk dan sifat disiplinnya itu tidak lain agar bisa menemukan pasangan yang tidak mempermainkannya. Umur Ibu Mariska masih 24 tahun, loh. Dan dirinya belum menikah. Lalu untuk bisa mendidik anak-anak muridnya agar menjadi lebih baik.
"Jika kalian berisik lagi. Cambukku yang akan berbicara, kalian mengerti?" Tegas Ibu Mariska.
"Bukannya cambuk itu benda mati? Lah kok bisa ngomong?" Bisik Beben.
"Benar juga, ya. Aneh sekali." Tanggap Genta.
"Bicara apa kalian?" Ibu Mariska menatap tajam empat sekawan absurd.
"Enggak ada Bu." Keempat sekawan absurd susah payah menelan ludah.
"Berhubung jam kosong, ibu akan pakai untuk pemberitahuan pengumuman." Ujar Ibu Mariska.
"Dalam Jangka beberapa Minggu lagi kalian akan segera melaksanakan ujian. Namun ada yang berbeda kali ini." Ibu Mariska menjeda ucapannya.
"Setelah rapat akhirnya keputusan di buat. Sekolah kita akan melakukan Darmawisata setelah ujian." Jelas Ibu Mariska yang membuat satu kelas menjadi heboh bukan main.
"Bagus! Bisa jadi spot foto bagus untuk kontenku!" Ravel mengeluarkan smartphonenya lalu mengetik Sesuatu di Instagram miliknya.
"Semoga tempatnya salah satunya ke mall dan ada event cosplay! Semoga ada Mahiru chan!" Reiji mulai berkhayal.
"Wibu akut." Komen Dimas.
"Ada tempat game zone tidak, Bu?" Deka antara kecewa dan senang.
"Semoga tidak terlalu banyak orang." Gumam Alea.
CTAS! Hening kembali.
"Dengarkan ibu sampai selesai." Ibu Mariska membenarkan kacamata miliknya.
"Darmawisata kita akan ke tiga tempat menarik. Taman Safari, Mall Galaxy, dan juga taman hiburan SERU SEMESTA." Tambahkan Ibu Mariska.
"Terakhir, ibu minta untuk fokus berlatih bagi orang yang memiliki kemampuan agar tes kelas khusus berjalan lancar. Lalu Ibu minta juga kalian menentukan siapa-siapanya yang akan ikut dalam festival lomba persahabatan Sekolah seluruh Indonesia. Sekian." Ibu Mariska kemudian pergi sembari menyeret empat sekawan absurd bersamanya.
"Tamatlah kita." ujar Rino.
"Lomba, ya?" Aku mulai merasakan sedikit risih ketika mendengarkan kata tersebut.
Kata-kata jahat yang keluar dari teman-teman lamaku dari SMA Berlian menggema di pikiranku.
"Ada apa Sandy?" Bora sedari tadi memperhatikanku.
"Tidak ada apa-apa." Jawabku singkat.
Aku melirik ke arah bangku kosong. Bangku Nayyara biasanya duduk.
"Oh, kamu lagi memikirkan Nayyara, ya? Aku tahu kau pasti memikirkannya karena dia sedang absen karena harus melakukan syuting acara masak di luar kota." Bora menyikutku.
"Bukan soal itu." Ketusku.
"Pasti tentang masa laluku di sekolah yang lama, kan?" Bora menebak dengan benar.
"Darimana kau tahu? Aku membaca pikiranku, ya?" Aku menyidik.
"Aku bukan Beben, ayolah." Bora meyakinkan.
"Ekspresi raut wajahmu sangat mudah di tebak saat Ibu Mariska menjelaskan tentang hal tadi." Jelas Bora.
"Tenang saja! Semuanya akan baik-baik saja." Bora menepuk Bahuku.
"Bora bisakah kau kesini sebentar? Aku perlu bantuan untuk menentukan pilihan!" Seru Alex.
"Baiklah." Bora kemudian menghampiri Alex.
Aku menghela nafas lalu menatap keluar jendela. Meski banyak sekali kejadian menegangkan penuh misteri saat bersekolah di sini aku sangat merasakan apa arti kenyamanan. Benar alat Bora, semuanya akan baik-baik saja. Aku hanya perlu fokus dengan diriku yang menjalani lembaran baru di sekolah penuh keabsuran sekaligus paling buruk ini.
TING! Pesan notifikasi masuk dari Smartphoneku. Tertulis dari Nayyara.
"Maaf aku telat
membalas pesannya.
Materi apa saja yang
Disampaikan sejauh ini?"
"Sejauh ini jam pertama itu kosong lalu Ibu Mariska mengisinya dengan pengumuman."
"Pengumuman? Apa isinya?"
"Kita setelah ujian akan melakukan Darmawisata ke tiga tempat berbeda yang menyenangkan. Taman Safari, Mall Galaxy, dan juga taman hiburan SERU SEMESTA."
"Asyik sekali! Aku tidak
menantikannya. Ayo kita
berjuang di ujian lalu
bersenang-senang
bersama!"
Aku tersenyum menatap pesan yang sedang aku baca. Aku juga merasakan demikian. Semua kehidupan di sekolah baru ini lebih menarik dari kehidupan sekolah lama.
Dan siapa sangka. Aku dan semuanya menemukan sesuatu yang mengejutkan di masa Darmawisata. Seorang pengkhianat dari sekolah SMA Sayap Hitam.