Novel ini sakuel dari novel "Cinta yang pernah tersakiti."
Tuan, Dia Istriku.
Novel ini menceritakan kehidupan baru Jay dan Luna di Jakarta, namun kedatangannya di Ibu Kota membuka kisah tentang sosok Bu Liana yang merupakan Ibu dari Luna.
Kecelakaan yang menimpa Liana bersama dengan suami dan anaknya, membuatnya lupa ingatan. Dan berakhir bertemu dengan Usman, Ayah dari Luna. Usman pun mempersunting Liana meski dia sudah memiliki seorang istri dan akhirnya melahirkan Luna sebelum akhirnya meninggal akibat pendarahan.
Juga akan mengungkap identitas Indah yang sesungguhnya saat Rendi membawanya menghadiri pesta yang di adakan oleh Jay.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
...Brukkk...
..."Arrrggghh." Ringis Nathan yang merasakan sakit di tubuhnya....
...Indah pun mendekap tubuh Nathan seraya menutup matanya, mengira dirinya akan kembali jatuh ke sungai....
...***...
Untuk sepersekian detik, Nathan terpaku melihat wajah Indah yang ada di hadapannya. Jantungnya berdebar, dan Nathan bisa merasakan sesuatu yang bahkan Nathan sendiri tak mengerti perasaan apa.
"Apa ini? Kenapa aku merasa tidak asing dengan wanita ini." Batin Nathan yang menatap Indah tanpa berkedip.
Namun tak lama, Nathan segera tersadar dari lamunannya saat tubuh Indah terasa semakin berat.
"Mbak... Bisa minggir,,, berat." Pinta Nathan saat Indah tak kunjung bangkit.
Indah membuka mata dan terkejut saat menyadari dirinya berada di atas tubuh seorang laki-laki.
"Astagfirullah, Maaf Mas." Ucapnya gegas berdiri.
Nathan ikut bangkit meski merasakan sakit di tubuhnya.
"Ssshhhh, sakit sekali." Nathan memegangi tangannya yang terasa sakit.
"Mbak, saya tidak tau masalah apa yang sedang Mbak hadapi, tapi bunuh diri itu bukan solusi Mbak. Jadi sebaiknya Mbak pulang dan selesaikan masalah Mbak dengan baik-baik." Ucap Nathan yang masih mengira Indah berencana bunuh diri.
Indah mengerutkan keningnya, merasa heran dengan apa yang dikatakan laki-laki di hadapannya, "Bunuh diri? Siapa yang mau bunuh diri Mas?" Tanyanya.
"Lah ya Mbak, tadi ngapain di tepi sungai seperti itu, Mbak tadi mau loncat ke sungai kan?" Tanya Nathan.
"Apa?" Kaget Indah, "Jadi Mas mengira saya mau loncat ke sungai, makanya tadi Mas datang dan bikin saya terkejut sampai saya hampir jatuh ke sungai." Ucap Indah terdengar kesal.
"Iya." Sahut Nathan lantang, "Ehhh, Tunggu tunggu, jadi maksudnya Mbak tadi bukan ingin bunuh diri?" Tanyanya.
"Ya bukan lah Mas, ngapain juga saya bunuh diri. Mas yang hampir bunuh saya." Jawab Indah.
"Ohhh ya ampun, jadi aku hanya buang buang waktu saja disini." Gumam Nathan kesal lalu berbalik badan dan berlalu meninggalkan wanita itu.
"Dasar aneh." Rutuk indah yang kesal pada Nathan, Nathan yang mendengarnya pun tak menghiraukan nya.
Indah sekilas kembali memandang ke arah sungai, namun karena hari sudah sore, dia pun harus segera kembali ke rumah, dia berjalan melalui jalan setapak yang sudah lebih dulu di lalui oleh Nathan.
Namun Indah terlonjak saat melihat seekor ular yang tengah melintas di depan sana.
"Ahhhhh, ular... Ular..." Teriaknya reflek mundur ke belakang, namun Indah harus terjatuh karena kakinya tersandung batu yang ada dibelakangnya.
***
Tok
Tok
Tok
Rendi mengetuk pintu rumah yang di bangun oleh Jay khusus untuk anak anak panti, hari ini Rendi sudah dua kali mendatangi rumah itu mencari Indah.
"Kak Rendi." Lirih anak perempuan sekitar usia 10 tahun saat membuka pintu.
"Apa kak Indah sudah datang?" Tanya Rendi dengan raut wajah yang gelisah.
"Belum kak." Jawab anak perempuan itu.
"Astaghfirullah." Ucap Rendi gusar, "Apa Kak Indah sama sekali ngga bilang dia mau pergi kemana?" Tanyanya.
"Ngga kak, Kak Indah hanya bilang mau pergi sebentar, tapi sampai sekarang malah belum pulang." Jawab anak itu.
"Astagfirullah, kamu dimana Indah." Gumam Rendi yang benar-benar mengkhawatirkan Indah.
"Ya sudah, kalau Kak Indah pulang, suruh segera hubungi Kakak ya, Kakak akan coba cari kak Indah ke tempat lain." Ucap Rendi dan segera beranjak pergi setelah anak yang merupakan adik angkat Indah itu menganggukan kepalanya.
Rendi berlari kecil menuju mobilnya, dan segera masuk ke dalamnya, "Sayang, Kamu kemana sih? di rumah ngga ada, aku cari ke tempat yang biasa kamu datangi pun ngga ada, dan nomor kamu juga sulit untuk di hubungi, kamu bikin aku cemas." Gumam Rendi yang kelimpungan mencari keberadaan kekasihnya.
Dia berkali-kali menghubungi nomor Indah, namun lagi-lagi suara operator yang Ia dengar.
"Astaghfirullah, kamu kemana Indah, aku harus cari kamu kemana lagi." Gumamnya nampak Frustasi.
Dia mulai memikirkan tempat yang kemungkinan besar akan di kunjungi oleh Indah.
"Apa mungkin Indah ke sungai." Tebak Rendi, "Ya sepertinya dia kesana, sebaiknya aku coba cari dia disana." Ucapnya lalu gegas melajukan mobilnya menuju sungai yang pernah Ia kunjungi bersama Indah.
***
"Awwww." Rintih Indah saat terjungkal ke belakang.
Nathan yang berada jauh di depannya menoleh ke belakang saat mendengar teriakan, dan dia bisa melihat wanita yang membuatnya kesal itu terjatuh.
"Awww sakit." Indah memegangi kakinya yang terasa begitu sakit.
Nathan dengan malas kembali menghampiri Indah, dia tak mungkin meninggalkan seseorang dalam bahaya, karena ular itu masih di hadapan wanita itu.
Indah terus berusaha berdiri karena Ular itu semakin mendekat padanya, meski harus menahan sakit yang teramat sangat di kakinya.
Nathan meraih dahan pohon yang panjang, lalu berusaha mengambil ular dengan dahan itu, dia segera membuang ular itu ke sungai setelah mendapatkannya.
Tanpa bicara apapun, Nathan melempar dahan pohon asal, lalu beranjak pergi meninggalkan Indah, namun hati kecilnya seakan memintanya untuk kembali saat suara rintihan Indah kembali terdengar.
"Awwww.. Awwww." Rintih Indah seraya berpegangan pada pohon untuk berdiri.
Indah bahkan kesulitan untuk melangkahkan kakinya, "Ya Allah, bagaimana aku bisa pulang." Keluh Indah.
Dia pun mengambil benda pipih di dalam tasnya, Ia hendak menghubungi Rendi untuk menjemputnya, namun wajahnya berubah sendu saat ponselnya kehabisan baterai.
"Astaghfirullah, lengkap sudah penderitaan ku." Gumamnya lalu menaruh kembali ponsel itu ke tas.
"Sudahlah, aku paksakan jalan saja." Ucapnya celingukan mencari kayu yang mungkin bisa membantunya untuk berjalan.
Dan saat melihat dahan kayu, dia pun hendak meraihnya, namun tiba-tiba saja seseorang membopong tubuhnya.
"Ahhhhh." Teriak Indah, "Apa yang kamu lakukan?" Sentak Indah yang begitu memekik di telinga Nathan.
"Ngga usah teriak teriak bisa kan, saya cuma ingin membantu." Ucap Nathan.
"Lepas...Lepas..." Berontak Indah, "Kamu pasti ingin modus kan, turunin ngga, atau saya teriak." Ancam Indah, Nathan pun akhirnya menurunkan Indah dari gendongannya.
"Kamu pikir disini akan ada orang yang mendengar kamu? Apa kamu ngga lihat disini tidak ada siapa-siapa?" Ucap Nathan melihat sekeliling, "Hanya orang gila yang akan datang kesini, termasuk kamu." Sambung Nathan geram seraya mengangkat jari telunjuk nya tepat di hadapan Indah.
Indah yang merasa kesal pun menepis tangan Nathan, "Hehhh, dasar orang aneh, kalau yang datang kesini kamu anggap gila, berarti kamu sendiri juga gila, ngapain kamu kesini, Hah?" Pekik Indah.
Nathan terkesiap, "Ya... Ya... Aku kesini karena mengira kamu mencoba bunuh diri, aku ngga mungkin dong ngebiarin orang bunuh diri dihadapan aku."
"Halahhh alasan, Justru gara-gara kamu, saya hampir mati." Kesal Indah.
Nathan mengepalkan kedua tangannya, menahan amarah yang hampir meledak, "Aku ngga punya banyak waktu buat kamu, kalau kamu ngga mau aku tolong, ya sudah, nikmati saja penderitaan mu." Ucap Nathan berlalu.
Nathan tak ingin berdebat lebih lama, karena waktu bahkan sudah hampir maghrib. Dia harus segera mencari penginapan sebelum besok mendatangi rumah orang tua Luna.
Indah menatap sekeliling yang memang sepi, langit yang mulai gelap membuat tempat itu sangat menyeramkan, Dia menatap lagi laki-laki yang sudah berjalan di depannya.
Dia ingin meminta tolong, tapi lidahnya terasa kelu untuk bicara, dia pun paksakan untuk berjalan dengan menyeret kakinya yang terasa sakit.
Nathan menoleh ke belakang dan merasa kasihan pada wanita itu, Dia pun kembali berbalik badan dan menghampiri Indah.
"Biar ku bantu." Tawarnya kali ini tak langsung menggendong tubuh Indah, melainkan hanya memapahnya.
"Te...terimakasih." Jawab Indah gugup.
Jantungnya terasa berdebar saat berdekatan dengan Nathan, ada perasaan nyaman yang menyeruak di dalam hatinya.
***
Rendi menghentikan mobilnya tepat di belakang mobil milik Nathan, Rendi pun sedikit heran saat melihat ada mobil yang terparkir disana.
Rendi gegas turun dari mobil dan melangkah menuju jalan setapak yang biasa di lalui oleh Indah setiap akan mendatangi tempat itu.
Namun langkah Rendi terhenti saat matanya menangkap seorang laki-laki yang tengah memapah wanita yang sangat di cintainya.
"Indah." Teriak Rendi mengepalkan kedua tangannya, sorot matanya begitu tajam, ada rasa sakit dan cemburu yang menyeruak dalam hatinya.
Indah mendongak dan terkejut melihat Rendi ada di depan sana.
"Mas Rendi." Lirih Indah terkejut.