Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Berlibur
Icha masih di samping Raffi. Setelah dokter memberikan obat, Raffi tertidur dengan nyenyak. Icha memandangi Raffi. Setelah pertemuan mereka di kantor pengacara beberapa waktu yang lalu, Raffi terlihat lebih tua dibandingkan dengan usianya.
Badannya sedikit lebih kurus, wajahnya seperti orang kebanyakan beban pikiran. Raffi juga terlihat lebih ramah dari sebelumnya.
Apakah perubahan Raffi ada kaitannya dengan warisan Carmen atau Raffi sadar dan menyesali semua perbuatannya dulu.
Jujur, Icha sangat membenci Raffi. Baru-baru ini Icha membeli saham perusahaan tempat Raffi bekerja. Icha tercatat sebagai pemilik saham tertinggi di sana. Icha menyelidiki semua pekerjaan Raffi dan Raffi terbukti korupsi. Icha menggunakan kekuasaannya untuk memecat Raffi.
Tidak hanya itu, Raffi juga terancam kehilangan harta bendanya. Harta peninggalan Carmen yang diberikan Icha kepadanya seperti perhiasan, uang, habis dibayarkan Raffi untuk membayar utang-utang pengobatan Alula.
Menurut kabar yang beredar, pertengkaran selalu terdengar di rumah itu. Suara teriakan, pecahan kaca sering menghiasi hari-hari Raffi dan Kania. Dan tetangga pernah memergoki Kania dijemput oleh pria lain.
Icha meneteskan air mata. Semua informasi dia dapat dari tetangga rumah Raffi. Icha kembali menatap Raffi. Icha bertanya-tanya dalam hati, apakah perbuatannya salah. Icha hanya ingin Raffi merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa uang, tanpa keluarga.
Belum juga puas dengan aksi balas dendamnya, rumah masa kecilnya terbakar. Raffi kembali mendapat luka di tubuhnya.
Icha bangkit dari tempat duduknya naik ke atas tempat tidur. Icha memeriksa ponselnya. Fairel dan Putra setelah pergi tidak memberikan kabar. Icha melihat ada sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak tersimpan dalam list kontaknya.
Icha tersentak, hampir saja ponsel di tangan Icha terlepas dari tangannya. Icha memperhatikan foto sepasang pengantin yang sedang berciuman. Icha bahkan memperbesar tampilan layar untuk memperjelas penglihatan.
Icha tertawa, Icha sudah menduga, Fairel tidak tulus. Fairel masih sama seperti dulu. Fairel ingin membalas sakit hatinya. Pasti Fairel ingin membuat Icha jatuh cinta dan setelah itu Icha akan diceraikannya.
Icha meneteskan air mata. Icha mantap akan meninggalkan Fairel. Tapi sebenci-bencinya Icha, dia akan mengingat kebaikan Fairel. Fairel selama 4 tahun telah menjaga dan mengobati Carmen. Icha mendengar pintu ruangan VVIP dibuka. Icha menoleh ke samping dan ternyata Itu adalah Putra.
"Udah beres Ka urusannya?" tanya Icha.
"Udah," jawab Putra.
"Ka, aku laper. Apa masih ada warung makan yang buka malam-malam begini?" tanya Icha.
"Ada, dekat sini. Ayo."
Waktu menunjukkan jam 10 malam. Icha ingin makan gorengan. Putra membawanya ke taman kota yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Di taman itu dipenuhi kuliner dari jajanan sampai makanan berat.
Icha dan Putra memesan jajanan kekinian seperti croffle, corndog, martabak mozzarella, dengan minuman hangat. Mereka duduk di kursi panjang sambil menikmati pesanan.
Tidak ada pembicaraan, masing-masing dari mereka asik dengan lamunan. Putra saat ini memikirkan Fairel yang ingin membebaskan Carmen meski harus mengorbankan Icha. Demi keselamatan Carmen, Putra harus merahasiakannya dari Icha
Sementara itu Icha memikirkan nasibnya ke depan. Icha harus mandiri. Untuk sementara Icha akan pergi keluar kota. Icha tidak percaya lagi dengan Putra. Putra menyembunyikan pernikahan Fairel dengan Sofia.
Icha juga memikirkan Carmen dan Raffi. Carmen selama ini tinggal di villa Fairel dengan layak sedangkan Raffi masih di rumah sakit. Icha memegang kepalanya,.rasa pening mulai terasa.
"Kenapa Cha?" Putra mulai mengkhawatirkan Icha.
"Ka, aku ingin ambil cuti kerja boleh?"
"Boleh, mau ke mana Cha?"
"Gak tau Kak, kayaknya aku perlu piknik tapi sendiri ya. Aku gak mau ada Kak Putra, he he," Icha mengedipkan mata.
"Oke, silakan piknik ke manapun kamu mau."
"Aku gak mau balik ke rumah sakit. Aku mau pulang," Icha beranjak dari tempat duduknya.
"Oke, Kaka antar," Putra juga berdiri.
"Kak gak usah, aku bisa sendiri. Aku pulang dulu ya."
"Eh, Cha ...."
Icha melambaikan tangannya dan masuk ke dalam taxi yang kebetulan berhenti di depannya. Icha meminta taxi mengantarkannya ke suatu tempat.
Taxi Icha berhenti di sebuah rumah sederhana. Icha membayar taxi dan keluar. Icha perlahan mengetuk rumah itu. Terdengar langkah kaki dari dalam rumah. Pintu rumah terbuka.
"Icha!" Seorang gadis seusia Icha memeluk Icha.
"Maaf, malam-malam tanpa kabar datang ke rumahmu," Icha membalas pelukannya.
"Masuk, sudah makan?"
"Sudah."
Icha dan Wulan bertemu di saat Icha kehujanan di sebuah toko kue. Saat itu Icha membeli kue tart untuk Putra. Dan ketika ingin membayar, dompet Icha ketinggalan. Bukan hanya dompet, Icha juga ketinggalan ponselnya.
Pada saat itu Wulan yang kebetulan kerja di toko kue, membantu Icha untuk membayar kuenya dan Wulan mengantar Icha ke kantornya dengan motor matiknya. Dari situlah Icha dan Wulan mulai berteman.
Wulan bisa mengetahui Icha pasti ada masalah keluarga. Karena tidak seperti biasanya Icha mengirim pesan atau telepon. Malam ini Icha langsung datang ke rumahnya.
Icha ingin mengajak Wulan pergi liburan selama seminggu. Wulan langsung setuju. Kebetulan toko kue tempatnya bekerja meliburkan karyawannya karena bosnya keluar kota.
Icha dan Wulan memutuskan untuk beristirahat karena esok pagi mereka akan pergi berlibur bersama.
Pagi pun menjelang. Setelah sarapan, Icha dan Wulan berpamitan kepada kedua orang tua Wulan dan meminta izin untuk liburan. Icha juga memberi kedua orang tua Wulan uang untuk keperluan selama satu minggu ke depan.
Icha dan Wulan pergi ke terminal bus. Mereka akan pergi liburan ke pantai. Icha sengaja naik bus agar Putra tidak dapat menemukannya.
Di perjalanan, Icha dengan pelan-pelan cerita tentang apa yang telah dia alami. Mulai dari pertemuan mengharukan dengan Carmen, musibah yang dialami Raffi dan juga duka atas pernikahan Fairel.
Wulan sebagai sahabat menghibur Icha. Wulan akan menemani Icha selama seminggu. Wulan harap, Icha akan melupakan sejenak masalahnya selama mereka liburan.
Dan tiba-tiba saja bus yang mereka tumpangi melambat. Sopir terlihat panik. Sopir dan temannya mulai mencek bus. Penumpang juga mulai ngomel perjalanan mereka jadi terhambat.
"Bang, ada apa Bang?" tanya salah satu penumpang.
"Gak tau Bang, sebentar ya saya cek dulu," sahut sopir bus.
Icha dan Wulan memperhatikan sekeliling jalan. Mereka berhenti di jalan raya yang sepi. Dari tadi mereka tidak melihat kendaraan yang lewat.
Di dalam bus mulai tercium aroma melati yang amat pekat. Masing-masing penumpang melihat sekeliling mereka. Semua berpandangan dan tidak ada yang bersuara. Icha tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Wulan mengetik sesuatu di ponselnya dan menunjukkannya kepada Icha. Mata Icha membelalak ketika membaca pesan Wulan. Dalam sekejap cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi mendung dan berangin. Sopir dan temannya masuk kembali ke dalam bus.
Dari samping kanan dan kiri bus terlihat sekelebat bayangan hitam dan putih melintas. Suasana horor mulai membuat bulu kuduk merinding.
Semua penumpang berteriak kaget saat melihat di depan bus mereka ada penampakan wanita berbaju putih lusuh menunduk dengan rambut panjang menutupi wajahnya.
Wanita itu mengangkat wajahnya dan mengeluarkan suara tertawa nyaring melengking menusuk telinga.
"HIIIIII HIIIIII HIIIII,"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...