Kembar, Cinta Dan Pilihan

Di kota kecil tempat Annanta tinggal, pagi yang begitu indah kembali menyapa. Gadis itu sudah terlihat cantik dengan dres se-lutut. Beberapa kali ia melihat tubuhnya di depan cermin sederhana yang ada di dalam kamar Anna. Ternayta, kehidupan percintaan Anna pun hampir sama rumit nya dengan dirinya.

Pagi sekali Ananta sudah selesai dan bersiap untuk pergi ke tempat kerja. Gadis itu keluar kamar, mencari ibunya yang begitu sibuk menyiapkan menu sarapan pagi ini dan memeluknya dari belakang.

“Ada apa ini?” Tanya wanita paruh baya itu.

“Enggak ada apa-apa. Aku hanya ingin memeluk ibu.” Jawab Ananta. Entahlah, pagi ini ia hanya mengikuti nalurinya.

Wanita paruh baya itu berbalik, lalu mengusap lembut kepala putrinya. Gadis kecil yang terpaksa ia bawa untuk hidup sederhana bersamanya.

“Apa sarapannya sudah siap? Raksa sudah disini.” Suara sang ayah terdengan. Laki-laki paruh baya itu juga memasuki dapur sederhana bersama laki-laki muda yang selalu saja terlihat tampan.

Ananta segera berbalik. Matanya bahkan tidak berkedip dan terus menatap laki-laki yang kini juga sudah menatap jahil padanya.

“Awas nanti ngiler kamu tu.” Ucap Raksa. Laki-laki itu lantas tertawa. Ayah dan Ibu pun ikut tertawa mendengar kalimat jahil itu.

“Ngapain kamu ke sini? Bukannya kamu lagi marah sama aku?” Kali ini Ananta sudah terlihat marah. Bagaimana ia tidak marah, laki-laki ini sudah membuatnya kalang kabut karena tidak ikut makan malam. Bagaimana ia akan menjelaskan pada Anna, jika laki-laki yang mencintai gadis itu mulai menyerah karena kelakuannya.

“Siapa yang marah? Semalam Papa baru pulang dinas dari luar kota, dan aku harus menemui nya untuk membicarakan beberapa hal penting.” Jawab Raksa menjelaskan.

“Sudah, sudah... Bicaranya nanti aja saat kalian di perjalanan. Sekarang waktunya sarapan. Nanti kalian terlambat.” Wanita paruh baya yang selesai meletakkan hidangan terakhirnya, menarik putrinya itu dan membawa nya duduk di meja yang sama.

Ananta maupun Raksa tidak lagi mengeluarkan sepatah kata. Dua orang itu ikut menikmati sarapan nikmat pagi itu dalam diam. Tiba-tiba, Ananta teringat jika ia ia tidak menjelaskan perihal ayah dan juga ibu tirinya pada Anna. Dan seharusnya, pagi ini gadis itu akan bertemu dengan keluarga penuh drama itu. Semoga saja, Anna bisa mengatasinya.

Setelah menikmati sarapan yang kembali membekas di hati, Raksa segera mengajak Ananta untuk berangkat ke tempat mereka kerja. Laki-laki kembali seperti biasa. Senyum ramah juga sikap jahil, membuat hati Ananta lega. Gadis itu berpikir, sikap Raksa semalam, akan membuat laki-laki ini menciptakan jarak.

Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Raksa mulai melajukan mobil itu perlahan. Setelah berbicara dengan ayah nya semalam, kini Raksa mulai merencanakan banyak hal tentang hubungannya yang tidak jelas dengan Anna.

Yah, mereka berdua memang tidak menyepakati hubungan spesial apa pun. Tapi kali ini, ia ingin mencoba lagi. Mencoba untuk meyakinkan Anna, jika gadis yang kini duduk tenang di sampingnya ini, adalah satu-satunya gadis yang ia inginkan untuk hidup bersama hingga menua.

“Semalam aku sudah memutuskan.” Ujar Raksa tiba-tiba, membuat Ananta segera menoleh, menatap laki-laki itu penuh tanya. “Ayo kita menikah. Kita tinggalkan kota ini, dan memulai hidup baru tanpa gangguan keluargaku.” Sambung Raksa lagi, membuat Ananta seketika terbatuk.

“Kamu sudah enggak waras.” Jawab Ananta.

“Jika Ayah dan Ibu yang kamu khawatirkan, kita bisa mengajak mereka untuk tinggal bersama kita.” Raksa seakan bisa membaca apa yang ada di pikiran Ananta.

“Dan kamu pikir Ayah dan Ibu mau? Mereka enggak akan mau merusak masa depan anak orang lain demi kebahagiaan putri mereka, Raksa. Kamu seperti enggak kenal Ayah dan Ibu aja.” Jawab Ananta. Yah, ia baru tiga hari hidup bersama sepasang suami istri itu, tapi ia sudah bisa melihat bagaimana sikap kedua orang tua Anna dalam menjalani hidup. Mereka menyayangi Raksa, sama seperti mereka menyayangi Anna.

“Makanya, An... Aku butuh bantuan kamu untuk meyakinkan mereka. Ayolah, aku udah mau tua ini. Keinginanku hanya ingin nikah sama kamu.” Mohon Raksa. Kali ini, laki-laki itu sudah seperti anak kecil dan itu membuat Ananta tertawa lucu. “Aku serius...” Raksa kembali memohon.

“Kenapa kamu tidak izinkan aku untuk datang meyakinkan kedua orang tuamu, bahwa aku layak dan bisa buat anak mereka bahagia?” Ananta memberi pilihan lain.

Kening Raksa berkerut. Ini pertama kalinya Anna mengucapkan kalimat seperti ini. Biasanya, gadis ini terkesan tak peduli bahkan langsung menolak jika itu menyangkut kedua orang tua mereka.

“Emangnya kamu mau?” Raksa cemberut.

“Yaa enggaklah. Mana tau ibu mu bakal jambak aku nanti. Aku enggak sebodoh itu kali...” Ananta tertawa keras saat melihat wajah Raksa semakin cemberut.

“Makanya, ayo kita kawin lari aja.” Raksa kembali memberi ide.

“Enggak ah, nanti capek lari-lari.” Jawab Ananta, membuat Raksa semakin frustrasi. “Udah ah, lupain dulu ide kawin lari kamu, sekarang aku mau hadapi dunia nyata, jadi tukang bersih-bersih di hotel milik laki-laki yang sangat mencintai ku.” Ananta kembali tertawa, lalu bergegas keluar dari mobil Raksa.

Suasana hati gadis itu sudah kembali baik karena pagi ini. Entah karena ajakan nikah dari Raksa, atau karena laki-laki itu sudah kembali seperti tiga hari yang lalu. Ternyata beginilah rasanya dicintai ugal-ugalan oleh laki-laki baik.

##

Di lain tempat, di kota besar yang penuh sesak, mobil yang sedang di kendarai Rendra terus melaju pelan. Jam berangkat kerja memang selalu membuat jalanan dipenuhi kendaraan. Laki-laki nampak terlihat tenang dan sabar. Sedangkan Anna yang terbiasa dengan pagi yang indah di kota kecil tempatnya tumbuh, mulai terlihat gusar.

Tidak hanya jalanan yang begitu padat membuatnya gelisah pagi ini, tapi pertemuan pertama dengan orang-orang yang belum ia tahu sifat nya, ikut mengganggu pikirannya pagi ini.

“Jangan terlalu khawatir.” Tiba-tiba suara dari samping tubuh Anna terdengar. Anna menoleh, dan menatap wajah Rendra dari samping.

“Benar kata Rendra. Jangan terlalu memikirkan si jalang itu. Dia enggak akan berani menyakiti kamu selama ada mami di sini.” Wanita yang sedang duduk di bangku penumpang tepat di belakang Anna, ikut menimpali.

Rendra tersenyum, dan Anna bisa melihat senyum hangat laki-laki itu. Sial, jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Jantung yang sudah lama ia beku-kan karena sikap arogan keluarga Raksa, kini sepertinya kembali hidup karena sikap manis yang begitu tiba-tiba dari Rendra.

Sejahat apa ibu tiri Ananta? Apa seperti di drama yang pernah ia tonton? Menjebak putri sah hingga mampu membuat ayah kandung melukai putrinya. Anna memeluk tubuhnya karena merinding dengan pikirannya sendiri.

Cukup lama waktu yang mereka habiskan di jalanan. Anna yang terbiasa jam seperti ini sudah menikmati sarapan nikmat bersama ayah dan ibu juga Raksa, mulai terasa lapar. Harusnya, ia membawa sebungkus roti di dalam tas nya. Dasar perut kampungan.

Mobil perlahan berhenti. Seorang petugas keamanan mulai membuka lebar pintu gerbang. Anna menatap bangunan yang tidak kalah mewah dari milik Rendra itu, dengan seksama.

Part berikutnya penuh drama ibu tiri wkwkw