Bagaimana jadinya jika kamu harus menanggung dendam dari masalah yang tidak pernah kau perbuat sama sekali.
Amanda Monata, terpaksa menjadi tawanan bos ayahnya karena sang kakak yang pergi melarikan diri saat pesta pertunangannya dengan pria tersebut hingga membuat dirinya lah yang menanggung semua beban dan hutang milik ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Cerewet
"Tuan, aku bisa sendiri," ucap Amanda pada Arthur ketika dia hendak kembali do gendong oleh pria itu.
Rasanya sangat tidak pantas sekali jika dia bisa berjalan dengan baik tapi malah digendong seperti itu. Amanda sehat dan Dia merasa bahwa dirinya sanggup hanya untuk berjalan saja. Dia bukan orang sakit atau orang lumpuh yang harus mendapatkan perhatian khusus.
"Kenapa kau terlalu banyak bicara sekali sekarang? apakah rasa sudah mengandung anakku maka kau berani melawanku?"
"Maaf, aku tidak pernah bermaksud untuk melawan. Hanya saja memang aku masih sanggup hanya untuk berjalan saja Tuan. Kedua kakiku baik-baik saja dan tidak perlu bingung atau menggunakan kursi roda seperti ini." jawab Amanda dengan lembut. Dia tidak ingin menyakiti hati pria itu karena dia tahu bahwa apa yang harus dilakukan saat ini hanya demi calon anak yang ada di kandungannya. Bukan karena pria itu mencintainya atau apapun. Tolong ingatkan Amanda bahwa dia hanya seorang wanita yang tidak sengaja mengandung benih dari pria kaya raya. Katakanlah seperti itu karena memang itulah yang terjadi.
Tapi bolehkah Amanda berharap bahwa Arthur juga mencintainya? Entahlah, setidaknya dia sudah tahu bahwa pria itu tidak lagi bersikap kasar padanya dan tidak lagi menyakitinya, itu sudah lebih dari cukup untuk Amanda.
"Kau tidak berhak mengatakan apapun di sini karena aku adalah pemilik rumah. Kau harus harus patuh pada setiap apa yang aku katakan. Kau tidak berhak menolak apapun yang aku lakukan, termasuk menggendong mu seperti ini. Aku juga tidak membutuhkan izin dari siapapun untuk melakukan apa yang aku inginkan!" ucap Arthur dengan penuh penekanan hingga membuat Amanda tidak bisa mengatakan apapun lagi.
Intinya saat ini dia hanya harus patuh pada Arthur saja, seperti apa yang pria itu katakan padanya tadi.
"Baiklah," jawab Amanda pasrah. Dia hanya bisa pasrah dalam gendongan Arthur. Setidaknya dia bisa selamat dari amukan pria itu jika menurut seperti ini.
Saat mereka hendak menaiki anak tangga, Amanda juga melihat ada beberapa pekerja yang sedang mengerjakan sesuatu di ujung sana hingga membuatnya ingin bertanya pada Arthur tapi pria itu langsung menjawabnya lebih dulu.
"Mereka sudah membangun lift untukmu dan selama masa pembangunan itu kau tidak diperbolehkan untuk turun dari tangga jika aku tidak ada di rumah! kau ingat Amanda, setiap apa yang kau lakukan ada konsekuensi di balik semua itu. Jangan sampai kamu membahayakan dirimu sendiri apalagi calon anakku. Kau tidak diperbolehkan untuk keluar dari kamar selama masa pembangunan lift. Jika sampai aku tahu kau keluar dari kamarmu, maka kau akan mendapatkan hukumannya!" jelas Arthur hingga membuat Amanda menatap tidak percaya pada pria itu. Apalagi ini Tuhan? batin Amanda menjerit, apalagi saat pria itu sudah mengatakan bahwa dia tidak diperbolehkan untuk keluar dari dalam kamar dan turun dari tangga.
"Tapi kenapa?"
"Kau tidak ku suruh untuk menjawab. Kau hanya harus patuh dan mematuhi setiap perkataanku. Jika aku mengatakan bahwa kau tidak diperbolehkan untuk turun dari tangga maka itu keputusan akhirnya. Jangan membuatku marah hanya karena masalah seperti ini Amanda. Sekarang istirahat! Aku harus pergi ke kantor!" Arthur menurunkan Amanda di atas tempat tidur dan menyelimuti kaki mulus wanita itu sebelum dia pergi.
"Ingat, apa pun yang kau lakukan aku akan mengetahuinya!" ucap Arthur sebelum dis pergi meninggalkan Amanda di dalam kamarnya sendirian.
***