Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.
SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSARA 24
Sejurus pandangan Saka terpaku melebar ke satu titik.
Motor yang dibelikan ibunya berdiri di atas tumpukan kayu kering yang sengaja disusun apik, persis kremasi zaman dulu. Cukup tinggi untuk digapai dengan cara mudah.
"Motor gua." Langsung dia berlari untuk mendekat ke arah motor yang berada dalam posisi sangat tidak baik itu, namun ayunan kakinya itu terhenti saat sosok seorang lelaki yang tidak dia kenali berdiri menghalangi pandangannya memunggungi motor.
Seringai di bibir pria seusia anak kuliahan itu mencuatkan keyakinan Saka jika sesuatu yang lebih buruk akan terjadi, seperti kehilangan misalnya.
"Lu mau motor lu, Bocah?!" tanya lelaki itu, santaiー dibubuhi nada yang sarkas.
"Minggir lu, Bang! Gua gak ada urusan sama lu! Gua mau ambil motor gua!"
Sesaat hening.
Lalu ....
"Hahaha!"
Pandangan Saka menyapu ke sekeliling. Ternyata sambutan dengan gelak tawa itu tidak hanya dari mulut satu orang di depan sana yang berada dekat motornya. Lelaki-lelaki muda lain yang tidak berseragam bermunculan mengelilingi. Tampang-tampang dengan seringai penuh olokan.
Namun ada satu wajah yang sangat dia kenali.
"Yordan!"
Anak itu berada terpisah sendiriーdi atas ketinggian lantai dua, loteng tanpa pembatas. Berdiri dengan tampang datar tegak tidak terusik. Perangainya lebih mengerikan dibanding ekor kalajengking yang penuh racun. Sorot matanya lahir dari penggabungan antara dendam dan kemarahan yang meluap seperti ombak.
"Gua paham sekarang. Orang itu yang pancing gua ke sini. Pasti ada hubungannya sama Liona."
Sekian detik saka mencuat tatapan sengit ke arah Yordan, lalu terganggu dengan ....
"Nih, lu ambil motornya kalo sempet!"
Kelopak mata Saka kembali melebar ....
"JANGAAANN!!!!"
Sayangnya ....
WUZZZHH!
Sebatang korek api menyala dilempar pria itu ke tumpukan kayu sembari lari, langsung menyebarkan api yang besar, menyelimuti motornya dalam sekejap.
Saka membeku menatap kibaran si jago merah di depan mata. Marah dan sedih berbaur menjadi air yang menggenang di pelupuk matanya.
"Motornya ...." Tenggorokannya mendadak sesak sekarang. "Mama ...."
Sikap itu kembali jadi bahan tertawaan orang-orang yang mengelilingnya.
"WOY, MEWEK ANAK TUYUL!"
"HAHAHA!"
"Cih, gua kira bakal seru. Anak yang katanya bisa kelarin kalajengking ini nyatanya cuma anak mami yang mewek pengen kelonan!"
"HAHAHA!"
"Udah sih, Nak. Cuma motor butut doang. Lu rampok dealer aja sana! Cari yang bagusan."
"Tul tuh. Sekalian gua nitip ninja satu."
"Hahaha! Skala gede-gedean sih itu, Jir."
Dua telapak tangan Saka yang menggantung di sisi tubuh menggulung perlahan hingga menjadi kepalan ketat. Seiring butiran bening di matanya jatuh menimpa pipi, tatapan anak itu sudah berubah. Diliriknya semua wajah dengan ekor mata yang menusuk setajam tombak.
"Woy, woy, woy! Apaan ni bocah masang muka kek mau makan orang?!"
Sesaat setelah cibiran itu terlontar dari mulut salah seorang, Saka melontar tantangan, "Berenti bacot lu semua! Mending siapin mental ... gua akan buat patah tulang-tulang kalian semua!”
Dingin, berat, seperti geraman, kalimat Saka itu seketika membuat hening. Mereka cukup terkejut. Bahkan Yordan yang mula tenang nampak sedikit terusik.
Seorang yang mungkin berperan sebagai leader barisan meneriakkan, "ABISIN DIA!"
Tanpa berkompromi, anak-anak muda itu maju per tiga orang membawa semangat tinggi hanya untuk mengeroyok seorang anak tanpa teman, berseragam sekolah menengah.
"MATI LU, ANAK SETAN! SIAPA SURUH LU GODAIN PACAR ORANG!”
Ketenangan Saka sudah tercabik, hatinya memanas menghasilkan perasaan yang menggiring pada keinginan kotor. Alhasil terciptalah dia yang melawan membabi buta.
Mata-mata tercengang menyikapi perlawanan Saka yang sebat sulit terbaca.
Saat tiga orang yang maju pertama terpental hanya dengan masing-masing dua tonjokan Saka, yang lain mulai merasa berat untuk melawan.
“MAJU KALIAN, KEPARAT!” Salah satu berteriak keras, mengomando teman-temannya yang mendadak tolol.
Kali ini tidak satu per satu atau per tiga orang seperti awal, sisa dari mereka maju bersama. Jumlahnya mungkin sekitar delapan lagi.
Debu tanah kering meliput pergerakan sengit di antara pergelutan yang dilihat dari sisi mana pun tetap tidak seimbang secara jumlah.
Tapi Saka punya kekuatan yang setara dengan sekumpulan orang yang digabungkan. Dia ditempa kuat sejak usia dini, hasilnya tidak mengecewakan.
Lincah dan gesit, fokusnya detail, mampu mengantisipasi setiap serangan yang datang meski dalam keadaan membelakangi.
Alhasil satu per satu terpental, terpuruk dengan rasa sakit mendalam akibat pukul demi pukulan Saka.
Yordan sudah tak bisa mengkondisikan perasaannya yang mendadak kacau karena menonton adegan brutal seorang Saka Aksara yang ternyata kemampuannya sungguh sehebat yang dikabarkan.
Sekarang habis sudah. Semua anak buah yang diandalkan tidak ada yang berdiri lagi apalagi berani maju untuk menantang Saka sebagai usaha akhir.
Yordan terkejut saat tatapannya tiba-tiba bertemu dengan tatapan Saka yang bagai elang, menusuknya seolah ingin memakan. Dia tahu, beberapa detik ke depan pasti akan tak baik untuk dirinya. Menilik perasaan itu, dia memutuskan berbalik badan kemudian berlari kabur. Mempertaruhkan diri dengan taekwondo yang bahkan sabuknya belum sempurna, sama saja menyerahkan diri pada kematian.
Melihat tindakan itu, Saka jelas 'tak membiarkan. Yordan sudah pasti adalah otak dari kericuhan ini. Dia berlari hingga batas tembok bangunan, lalu mendongak, lumayan tinggi.
Namun dia adalah Saka, meski tak terlalu bagus nilai di akademis, semua jenis olahraga dia menguasaiーtermasuk urusan panjat memanjat.
Dari sebuah tiang yang terlihat tidak cukup kokoh, dia memijakkan kaki, naik seperti monyet.
Orang-orang nahas di bawah sampai menganga melihat kemampuannya itu.
Kini debam larinya menggema di lantai dua.
Sampai suara grang grung motor terdengar dari sebuah tempat.
Dengan lincah kakinya, sejurus pandangan Saka sudah menemukan Yordan yang sudah bertengger di atas motor dan memacunya.
Terus anak itu berlari mengejar dan memotong jalan berkelok-kelok melewati pilar demi pilar.
Meski tidak sepadan, tapi siapa sangka ....
BRAKK!
Motor yang dikendarai Yordan hilang kendali dan jatuh Saat Saka melempar sebatang kayu sebesar kakinya dari jarak belasan meter sembari lari.
Yordan bangkit cepat karena beruntung tidak terjepit badan motornya sendiri. Dengan napas sedikit terengah dan tampilan yang tak lagi rapi, Saka sudah berdiri di hadapannya.
"Kalo lu pake cara kayak gini cuma gegara gua deket sama Liona, lu makin nunjukkin diri kalo lu itu beneran banci."
Melebar dan tajam tatapan mata Yordan mendengar kalimat itu. "Sialan kayak lu kenapa sok-sokan deketin cewek gua?''
"Ck!" Saka berdecak, berkacak pinggang, lalu berkata, "Sebelum gua geret lu ke kantor polisi, lu bilang, lu mau gua bekuk pake cara apa?"
Mengetat rahang Yordan, semakin terpancing. Hilang perasaan ingin melarikan diri. "Berenti bacot, ayok duel sama gua!" Membawa amarah banyak, Yordan maju begitu saja.
Meski amarah bisa mendukung kekuatan negatif, tapi jika tidak punya fondasi kokoh, sama saja bergelut dengan akar hidup yang bisa melilit kapan saja.
Lagi, Saka mengerahkan banyak energi untuk bertahan dan melawan.
"Lumayan juga lu," katanya pada Yordan sembari terus bergelut. "Tapi sayang ... masih bagusan si Andi Wiguna."
“BANGSAT!”
sama-sama beresiko dan bermuara pada satu orang.. yordan..
🙏