🏆🥈Juara 2 YAAW S 10
" Aku akan melakukan apapun untukmu. Meski harus kembali menemui pria itu. Hidupmu adalah hidupku. Bunda mohon bertahanlah sayang. Hanya kamu hidup bunda nak. "
Akibat kesalahan semalam yang dia perbuat Kaluna melahirkan seorang putra yang ia beri nama Taraka. Ia membesarkan Tara seorang diri, namun hancur hati Kaluna saat dokter memvonis putra nya yang berusia 5 tahun ini dengan penyakit yang mengancam nyawa.
Kesehatan Taraka semakin memburuk. Dengan berat hati ia pun Akhirnya pergi mencari pria tersebut agar putranya bisa hidup lebih lama.
Bagaimana reaksi si pria saat tahu dia ternyata memiliki putra dari wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya itu?
Akankah hidup Taraka terselamatkan?
Folow IG author @anns_indri
Kalau suka jangan lupa tinggalkan like setelah membaca. Terimakasih. Like Anda dukungan terbesar bagi penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JMB 18. Mimpi Yang Terwujud
Sepertinya efek obat yang diberikan Brisia mulai bekerja. Saat ini Yasa merasa kepalanya sangat sakit. Pria itu rasanya ingin membenturkan kepalanya ke dinding.
Hasna dan Radi sungguh terkejut melihat putra nya yang begitu kesakitan. Nataya langsung maju menghampiri Yasa bersama Radi, untuk membawa ke atas hospital bed.
" Kak, apa yang kamu rasakan sekarang?"
" Sakit Nat, ini sakit banget. Kepalaku rasanya hampir pecah."
Nataya mengambil ponselnya dari saku jas dokternya dan menghubungi salah seorang perawat. Ia meminta perawat tersebut membawa analgesik untuk diberikan kepada Yasa. Perawat yang dipanggil Nataya tampak berlari masuk ke dalam bangsal yang ditempati Yasa.
" Terimakasih sus."
Nataya langsung menyuntikan obat tersebut ke tubuh Yasa. Lambat laun yasa mulai tenang. Tidak berapa lama pria itu tertidur. Hasna yang tadi sungguh panik kini bisa bernafas lega.
" Nat, ada apa sebenarnya dengan Yasa?"
" Nataya juga tidak tahu paman. Sebaiknya paman dan bibi pulang dulu saja. Bawakan pakaian untuk kak Yasa. Aku akan menunggu Kak Yasa di sini."
Tadinya Hasna enggan meninggalkan Yasa tapi apa yang dibilang keponakannya itu tentu benar adanya. Ia harus segera pulang dan kembali lagi. Hasna ingin melihat putra dan cucu nya baik-baik saja. Meskipun tes DNA itu belum keluar hasilnya tapi melalui tes yang dijalani Yasa maka bisa dipastikan 90% Tara adalah anak Yasa.
Nataya tidak kembali ke ruangannya, ia memilih tidur di bangsal tempat Yasa saat ini berada. Satu pesan ia sampaikan kepada salah satu dokter residen untuk mengabarinya jika ada sesuatu yang darurat. Dokter muda itu melepaskan jas dokternya lalu membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di dalma bangsal. Ia sejenak melihat ke arah sang kakak sepupu.
" Haish, aku nggak nyangka hidupmu jadi ruwet begini kak. Apa kabar jika Ciara tahu. Tapi sebenarnya lebih cepat Ciara tahu maka semakin bagus. Gadis itu gadis yang baik. Tapi mungkin belum berjodoh dengan mu. Kamu juga tidak akan meninggalkan Tara dan ibunya kan? Meskipun tidak ada cinta di hati kalian tapi Tara sungguh membutuhkan kalian berdua. Bukankah witing tresno jalaran seko kulino?"
Nataya memejamkan matanya. paling tidak dia bisa tidur untuk sesaat di dalam bangsal tersebut sambil menunggui sang kakak sepupu. Tapi sebelumnya Nataya memastikan kalau Yasa sudah benar-benar beristirahat.
Beberapa saat kemudian Nataya mulai mengarungi mimpinya. Pria itu tidur dengan lelap. Berbeda dengan Yasa, ia tampak gelisah dalam tidurnya. Seperti ada sesuatu yang mengganggu alam bawah sadarnya.
Yasa mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuhnya. Keringat dingin terus bercucuran.
" Kaluna!"
Nama itu diteriakkan oleh Yasa yang terbangun di tengah malam. Ia menduduk lesu sambil mengacak rambutnya.
" Ya Allaah, apa yang sudah aku perbuat."
Yasa tergugu, ia melihat potongan-potongan kejadian masa lalu. Bukan seluruhnya tapi bayangan itu sungguh jelas. Bagaiman dia melakukan kesalahan pada waktu itu. Seketika rasa bersalah memenuhi hati Yasa. Terlebih dia mengingat cerita Topan bahwa Kaluna hidup di kota S selama 6 tahun.
" Jadi dia memilih lari dan meninggalkan keluarganya serta pendidikannya untuk membesarkan Tara sendiri? Dia tidak mencari ku karena alasan itu. Ya Allaah Kal, kenapa kamu senaif ini sih?"
Yasa tentu bukan seorang pengecut yang akan lari dari tanggung jawab. Jika waktu itu Kaluna memberitahu tentang keadaan dirinya yang hamil tentu Yasa akan bertanggung jawab meski itu dilakukan karen sebuah kesalahan. Dan mengapa harus sampai membuat Yasa hilang ingatan.
" Aku tidak akan melepaskan mu Kal. Tara adalah putraku, dan kau ibu dari putraku. Tentu akau akan mempertahankan mu untuk berada di sisi ku."
Yasa tentu tidak berpikir banyak mengenai hubungan yang akan ia jalin dengan Kaluna nanti. Tapi satu hal yang jelas bahwa dia harus bertanggung jawab atas kesalahannya. Keluarga besarnya selalu mengajarkan itu.
Ia pun melirik ke arah jam tangannya, saat ini sekitar pukul 23.30 malam. Yasa baru ingat bahwa dia belum melakukan kewajiban 4 rakaatnya. Yasa berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Ada sajadah di sana, mungkin milik Nataya. Yasa lalu membentangkan sajadahnya dan memulai kewajibannya.
Setelah menunaikan yang wajib Yasa pun menjalankan yang sunah. Paling tidak 2 rakaat selalu ia jalankan setiap malamnya. Air matanya berlinang memohon ampun atas segala kesalahan yang di perbuat. Ia juga memanjatkan doa agar putranya segera pulih.
Yasa kembali melipat sajadahnya setelah selesai bermunajat. Ia berjalan keluar. Yasa ingin menemui Taraka. Tampak di depan ruang ICU dua orang paruh baya tengah tertidur. Yasa sedikit memicingkan matanya saat melihat mereka.
" Kok kayak kenal ya sama bapak dan ibu ini."
Yasa bergumam pelan. Pandangannya teralihkan kepada Kaluna. Wanita itu rupanya tidak tidur. Terlihat dia sedang membaca ayat suci dengan lirih disamping Taraka. Yasa berjalan masum dan menghampiri Kaluna.
" Kal," panggil Yasa.
" Eh pak. Ada apa ya," jawab Kaluna sambil menutup kitab sucinya.
" Beristirahatlah di bangsal milik Tara. Biar aku yang menunggunya."
Kaluna menggeleng. Dia tidak ingin meninggalkan Tara bara sebentar pun. Ia ingin terus berada di samping putranya itu.
" Kal, kamu perlu istirahat juga."
" Saya di sini saja pak. Takutnya nanti Tara bangun dan menangis mencari saya."
Yasa pasrah, tampaknya bujukannya tidak mempan. Yasa juga tidak bisa memaksa Kaluna. Jika Kaluna menginginkan untuk terus disamping Tara itu adalah hak wanita itu.
Namun satu hal yang membuat Kaluna heran, rupanya Yasa mengambil kursi dan duduk di sebelah Kaluna. Tadinya Kaluna pikir Yasa akan keluar dari ruang tersebut.
" Aku mengingat semuanya Kal. Walaupun masih sepotong-potong, tapi aku ingat saat itu. Aku sungguh minta maaf."
Deg
Jantung Kaluna serasa berhenti saat Yasa membisikkan hal tersebut tepat di telinganya. Ia menautkan kedua telapak tangannya dan meremmas satu sama lain. Kaluna merasa gugup, ia menunduk dalam terlebih saat Yasa kembali mengucapkan kata maaf karena membiarkan Kaluna kesusahan membesarkan Tara seorang diri.
" Bapak tidak perlu minta maaf, semuanya adalah akibat kecerobohan saya. Saya yang harusnya minta maaf karena bapak sudah jadi bahan pertaruhan waktu itu. Dan semuanya berakhir perbuatan yang melanggar norma dan agama."
Kaluna menunduk paham. Hingga saat ini dia merasa bahwa dirinya berlumur dosa. Terkadang dia ragu apakah semua ibadah yang dia lakukan diterima atau tidak. Tapi satu hal yang pasti ia selalu meminta pengampunan terhadap Tuhannya. Ia yakin Rabb nya Maha Mengampuni setiap hamba yang ingin bertaubat.
Bukankah Dia lebih menyukai taubatnya seorang pendosa dari pada ahli ibadah yang sombong? Dan saat ini itulah yang Kaluna sedang lakukan, selalu memohon ampun untuk setiap dosa yang pernah dia lakukan.
" Bunda ... ."
Taraka membuka matanya. Kaluna dan Yasa langsung bangkit dari duduknya dan mendekatkan tubuh mereka kepada Tara. Bocah berusia 5 tahun itu tersenyum melihat dua orang yang berdiri di depannya adalah bunda dan ayahnya. Pria yang selama ini ada di mimpinya kini bisa ia lihat dengan jelas.
" Alhamdulillaah mimpi Tara terwujud juga."
TBC