⛔ jangan plagiat ❗❗
This is my story version.
Budayakan follow author sebelum membaca.
Oke readers. jadi di balik cover ungu bergambar cewek dengan skateboard satu ini, menceritakan tentang kisah seorang anak perempuan bungsu yang cinta mati banget sama benda yang disebutkan diatas.
dia benar-benar suka, bahkan jagonya. anak perempuan kesayangan ayah yang diajarkan main begituan dari sekolah dasar cuy.
gak tanggung-tanggung, kalo udah main kadang bikin ikut pusing satu keluarga, terutama Abang laki-lakinya yang gak suka hobi bermasalah itu.
mereka kakak-adik tukang ribut, terutama si adik yang selalu saja menjadi biang kerok.
tapi siapa sangka, perjalanan hidup bodoh mereka ternyata memiliki banyak kelucuan tersendiri bahkan plot twist yang tidak terduga.
salah satunya dimana si adik pernah nemenin temen ceweknya ketemuan sama seseorang cowok di kampus seberang sekolah saat masih jam pelajaran.
kerennya dia ini selalu hoki dan lolos dari hukuman.
_Let's read it all here✨✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
•Ujian•
Olimpiade semakin dekat, Ujian malah sudah dimulai hari Senin ini. Dalam satu hari ada dua atau tiga pelajaran sekaligus.
Zyle mengawali pagi seperti biasa dengan sarapan roti bakar khas Ren sambil mendengarkan ceramah bunda di telfon, sekaligus motivasi iming-iming hadiah dari ayah mereka.
Asal tidak remedial, bunda menjanjikan sepatu roda pink untuk Zyle. Katanya biar lebih feminim dibanding skateboard. Sedangkan bila nilainya diatas rata-rata ayah akan membelikan untuknya motor baru.
Ren tersinggung mendengar itu. Soalnya motor saja ia beli sendiri dari uang tabungan selama empat bulan. Lah ini Zyle tinggal ujian nilainya bagus udah dapet motor baru, mahal lagi.
Tapi Ren tidak terlalu peduli. Soalnya ia benar-benar sibuk mengurus bermacam hal. Mulai dari persiapan ujian sampai persiapan untuk kuliahnya. Pokoknya rumit.
Hari-hari terus berputar, pekan demi pekan, sampai tiba hari dimana ujian terakhir dilaksanan.
Dengan tekun dan semangat membara demi meraih hadiah yang dijanjikan, Zyle belajar sangat keras sampai-sampai rambutnya ada yang rontok.
Itu jelas wajar karena kecemasannya tentang lomba sains. Belum lagi sains bukanlah pelajaran yang bisa diremehkan, terutama fisika.
Menjelang dekatnya hari olimpiade, hanya tinggal hitungan hari saja, Zyle dan Gwen diminta bersiap-siap untuk menginap beberapa hari di luar kota untuk mengikuti olimpiade itu. pihak sekolah sudah menyiapkan penginapan selama delapan hari.
Dengan kata lain, Zyle sama sekali tidak bisa melihat kelulusan Ren atau Devano bahkan saat mereka berdua berangkat ke luar negeri.
"Kejam banget." keluh Zyle.
Devano tertawa. "kata siapa?"
Gwen terdiam melirik Ren yang duduk di bangku sebelah sambil mengutak-atik laptop. Dalam hati ia tidak menyalahkan Zyle juga yang bersikap agak manja pada kakaknya, karena walaupun tidak akur, sepertinya sejak kecil mereka saling melengkapi satu sama lain.
"besok, dibaca-baca terus materinya ya zi." tukas Gwen.
"siap panutan." sahut Zyle lemas.
"gak semangat gitu. emang Lo semau itu liat gue lulus?" ledek Devano.
Zyle menelungkupkan wajahnya ke meja. Devano mengambil sehelai rambutnya, tersenyum. "Gue kirim fotonya aja ya?"
"padahal gue mau coba pake toga juga..." ekspresi Zyle berubah kecewa berat seolah kehilangan bumi dan seisinya.
"Halah! Bocil itu harusnya pake Pampers!" sempat-sempatnya Ren mencibir di tengah mengerjakan soal.
ternyata Zyle tidak tantrum seperti biasa diledek begitu, yang ada dia malah menghampiri kakaknya dan ikut duduk berdempetan.
Ren menahan senyum tanpa menoleh. "apaan begini?"
Zyle memeluk lengan Ren. "Jangan pergi."
"suka-suka gue dong. Udah Sono belajar yang bener, nanti kalo Lo menang olimpiade gue janji kasih Lo surprise spesial." ucap Ren mantap.
Zyle masih tidak mau melepas lengan kakaknya. "Zizi juga mau ikut."
"Gak bisa princess."
"mau."
"ya gak bisa."
"pwiss~?"
melihat kelucuan mereka, Devano tersenyum. yang satu tegas melarang, satu lagi membujuk dengan modal wajah imut. Zyle sampai manyun mirip pinguin.
Ren jadi merasa bersalah meninggalkan Zyle. Tapi mau bagaimana lagi.
Seiring berjalannya waktu, semua akan berubah, umur bertambah, kesibukan melilit, fisik menua, dan semua yang ada di dalam dunia ini. Karena pada dasarnya dunia adalah fana, tidak ada sesuatu yang terus terjaga selamanya.
tapi sebesar apapun seorang adik, secantik apapun, sedewasa apapun, di mata Ren Zyle tetaplah adik perempuan manja yang sering menempelinya kemanapun ia pergi.
dulu saat kecil, setiap kali Ren ke warung, Zyle pasti diam-diam mengikuti meskipun sudah dilarang bunda. Terkadang dia juga ikut dengan Ren berenang di sungai, pulang-pulang sudah membawa banyak batu bermacam bentuk di dalam lipatan bajunya dan wajah kotor karena pasir.
***
"kak...."
"hm?"
"kalau kakak mau nikah nanti di luar negeri, jangan lupa kabarin Zizi ya?"
"kenapa harus?"
"kakak gak sejahat itu kan? Iya kan? Pokoknya Zizi harus tau."
Ren berdecih pelan, tersenyum miring. "Lo berat zi."
Zyle asyik menghabiskan ice cream yang dibelikan Ren. "berarti kakak lemah."
Apapun itu. Barusan terjadi tragedi mengenaskan.
Zyle jatuh dari seluncuran di skatepark dan membuat skateboard kesayangan hadiah dari sang ayah patah karena usianya yang sudah lama. Gadis itu sampai menangis, tidak terima.
Padahal Zyle sudah jarang sekali jatuh karena skateboard. Mungkin fokusnya berkurang akhir-akhir ini akibat banyak pikiran.
Zyle juga mendapat luka di lututnya. Ren jadi harus berlari ke apotek terdekat membeli obat dan penutup luka steril bermotif kelinci pink sekalian membeli sebungkus ice cream untuk membujuk Zyle.
Alhasil, sekarang Zyle digendong di punggung Ren sambil makan ice cream, muka merah sehabis nangis, baju kotor.
"emang kakak suka sama siapa sih?" tanya Zyle penasaran, menusuk pipi Ren.
Ren tidak menjawab.
"berarti kakak gay ya?"
"Lo makin berani, zi?" setelah bertanya seperti itu, Ren tiba-tiba menggoyangkan Zyle sembari berlari kecil. "gimana, gue kuat kan?"
Zyle tertawa lepas.
Sepertinya ia memang harus berjuang sendiri tanpa Ren sebentar lagi. Jadi, nikmati saja momen terakhir seperti ini.
Kelak, Ren akan jadi milik perempuan lain dan mempunyai keluarga sendiri. Memikirkannya saja membuat Zyle murung.
Waktu berjalan sangat cepat. Tak terasa kakaknya sudah harus berkuliah.
"Zyle."
"ya?"
"Semangat olimpiadenya. Banggain bunda, jangan bikin ulah terus." ujar Ren.
Zyle menyandarkan kepalanya di punggung Ren, manyun. "kakak juga...."
"Gue punya sesuatu buat Lo, titipan dari someone special. Gue jamin Lo seneng sampe jungkir balik." kata Ren lagi. "tapi, bukan gue yang kasih langsung. bunda."
"bunda?"
"Yoi."
Zyle mulai menebak-nebak. Pikirannya malah tertuju pada Devano.
***