NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Teman Ranjang

Bukan Sekedar Teman Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Dokter / Pernikahan rahasia
Popularitas:34.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Lestary

Xavier, dokter obgyn yang dingin, dan Luna, pelukis dengan sifat cerianya. Terjebak dalam hubungan sahabat dengan kesepakatan tanpa ikatan. Namun, ketika batas-batas itu mulai memudar, keduanya harus menghadapi pertanyaan besar: apakah mereka akan tetap nyaman dalam zona abu-abu atau berani melangkah ke arah yang penuh risiko?

Tinggal dibawah atap yang sama, keduanya tak punya batasan dalam segala hal. Bagi Xavier, Luna adalah tempat untuk dia pulang. Lalu, sampai kapan Xavier bisa menyembunyikan hubungan persahabatannya yang tak wajar dari kekasihnya, Zora!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 : Between Us

Tiga koper besar sudah tersusun rapi di bagasi mobil. Sinar matahari pagi menari di permukaan logam kendaraan yang mengilap, sementara sopir pribadi yang disiapkan Mama Anet dengan sigap membuka pintu belakang untuk mereka.

“Udara di luar kota pasti lebih segar,” ujar Mama Anet sambil mengenakan kacamata hitam dan topi lebar khasnya. Senyumnya sumringah, seakan tak sabar menghabiskan waktu dengan putra kesayangannya.

Zora menggandeng lengan Mama Anet dan mengangguk setuju. “Kita butuh waktu untuk rehat. Apalagi Xavier jarang sekali punya waktu senggang. Ini akan menyenangkan.”

Xavier hanya diam, membenarkan kemeja birunya yang sedikit kusut. Ia mencoba menyembunyikan rasa berat di dadanya—bukan karena keberangkatan ini, tapi karena pikirannya seolah tertinggal di tempat lain.

“Bisa kita langsung berangkat?” katanya singkat, masuk ke dalam mobil lebih dulu.

Sepanjang perjalanan, Zora sibuk bercerita tentang tempat-tempat wisata yang ingin ia kunjungi selama tiga hari ke depan. Ia menunjukkan beberapa tempat makan populer, galeri seni yang sedang trending, dan kafe-kafe kecil bergaya rustic yang katanya cocok untuk bersantai.

“Dan yang ini, Ma, kafenya pakai konsep taman. Bagus banget buat brunch.”

Mama Anet menimpali dengan antusias, “Wah, kita harus ke sana besok pagi! Itu ide bagus, Zora.”

Xavier hanya menanggapi dengan anggukan kecil, pandangannya menembus jendela mobil. Suara tawa Zora dan mamanya seakan sayup, seperti gema jauh yang tidak bisa ia kejar sepenuhnya.

Pikirannya justru terbang ke sebuah apartemen, ke arah seorang wanita yang mungkin baru saja bangun tidur dan merapikan rambutnya yang kusut.

Luna... gumam batinnya.

“Xavier?” suara Mama Anet menyentaknya dari lamunan. “Kau dengar kan? Kita bicara soal tempat makan malam nanti.”

Ia menoleh cepat. “Maaf, aku tadi tidak fokus.”

Zora tersenyum kecil, meski dari matanya terlihat bahwa ia menyadari sesuatu. “Tak apa, mungkin kamu lelah. Istirahat saja dulu, nanti kita bisa makan malam lebih awal di resort.”

Mama Anet meletakkan tangannya di atas tangan Xavier. “Yang penting kamu menikmati liburan ini. Anggap saja ini waktu kita memperbaiki kedekatan sebagai keluarga, ya?”

Xavier mengangguk pelan. “Ya, Ma.”

Namun di dalam dirinya, ada satu bagian yang tak bisa ikut berlibur. Satu nama, satu senyum, satu tatapan yang tak pernah benar-benar bisa ia tinggalkan.

*

Mobil berhenti tepat di depan sebuah resort bintang lima yang berdiri anggun di atas perbukitan. Arsitektur bergaya kolonial-modern berpadu dengan pemandangan alam yang memesona. Udara segar menyambut ketika pintu mobil dibuka, aroma pepohonan pinus yang menghiasi pelataran resort menyusup lembut ke dalam hidung.

“Selamat datang di Amandara Hills, silakan masuk, kami sudah siapkan villa private seperti yang dipesan,” ujar seorang petugas resepsionis ramah menyambut mereka.

Mama Anet tersenyum puas. “Ah, akhirnya bisa liburan yang tenang.”

Villa mereka berada agak terpisah dari bangunan utama resort. Suasana di sekitarnya sunyi dan damai, hanya suara alam dan semilir angin yang terdengar. Villa itu memiliki tiga kamar luas, kolam renang pribadi, serta balkon besar yang menghadap langsung ke lembah hijau.

Begitu sampai, Zora langsung membuka pintu kamar dan menghambur masuk. “Lihat ini! Kamarnya luar biasa,” serunya antusias, mengangkat tirai dan memperlihatkan pemandangan luar biasa dari balik jendela kaca besar.

Mama Anet memilih duduk di kursi rotan yang tersedia di balkon. “Tempat seperti ini cocok untuk menenangkan pikiran. Mama benar-benar butuh ini setelah semua kesibukan.”

Sementara itu, Xavier meletakkan koper di sudut kamarnya, lalu berdiri mematung di depan jendela. Dari balik kaca, ia bisa melihat bayangan dirinya sendiri—muka lelah dengan mata yang masih menyimpan banyak pertanyaan.

Zora muncul di belakangnya, menyentuh bahunya ringan. “Hei... kau baik-baik saja?”

Xavier menoleh singkat, lalu memaksakan senyum. “Ya, hanya sedikit lelah.”

“Setelah makan malam nanti, kita bisa duduk di balkon sambil minum wine. Aku bawa sebotol dari rumah.” Zora mencoba menyuntikkan keceriaan. “Ini waktu kita, Xavier. Jangan pikirkan hal lain, ya?”

Xavier hanya membalas dengan anggukan samar.

Tak lama kemudian, suara Mama Anet memanggil dari balkon, “Ayo kita istirahat sejenak sebelum makan malam. Nanti kita pesan makanan di restoran utama, mama sudah lihat menunya—terdengar menggoda.”

Zora tersenyum dan menepuk lengan Xavier. “Kau dengar sendiri, ayo kita nikmati momen ini.”

Namun dalam hati Xavier, suasana hening dan tenang dari resort ini justru semakin memperjelas suara lain dalam kepalanya—yang bernama Luna. Diam-diam, ia mengeluarkan ponselnya, membuka galeri foto, dan berhenti pada satu gambar: Luna tertawa lepas di dapur apartemen mereka, saat membuat pancake gosong yang dulu nyaris membuat alarm kebakaran berbunyi.

Senyumnya menghilang perlahan.

Ia menaruh kembali ponselnya, lalu keluar kamar menuju balkon, bergabung dengan Mama Anet dan Zora.

*

Langit masih mendung sejak pagi, dan apartemen Luna terasa lebih hening dari biasanya. Bahkan suara ketel air mendidih pun terdengar terlalu nyaring di telinganya. Luna duduk meringkuk di sofa dengan selimut tipis menyelimuti tubuhnya. Wajahnya pucat, dan kantung matanya semakin dalam dari hari ke hari.

Ia mencoba meneguk teh hangat yang baru saja ia buat—tapi belum sempat meneguk dua kali, bau samar dari dapur membuat perutnya bergejolak. Sekejap kemudian, ia bangkit terburu-buru menuju kamar mandi.

Untuk kesekian kalinya hari itu, Luna muntah.

Tubuhnya lemas, tangan meraba dinding untuk menopang tubuh. Ia menatap bayangannya di cermin: rambut awut-awutan, mata sembab, dan keringat dingin membasahi pelipisnya. Tubuhnya mulai sulit diajak kompromi. Ia bahkan tak bisa menahan aroma makanan sederhana seperti telur rebus atau roti panggang.

“Apa yang terjadi dengan tubuhku?” gumamnya lirih.

Saat kembali ke ruang tengah, ia sempat melirik ponsel di meja. Notifikasi dari media sosial masih ramai—dan salah satunya, unggahan terbaru dari Zora.

Luna terdiam lama. Dadanya terasa sesak oleh emosi yang bahkan tak bisa ia namai. Bukan sekadar cemburu. Bukan marah. Tapi… sejenis kehilangan yang asing dan membuatnya merasa kosong.

Ia mengalihkan pandangan, lalu memutuskan untuk mematikan ponsel.

Tak ingin tahu apa pun. Tak ingin melihat siapa pun.

Perutnya masih mual, tapi ia tahu ia perlu makan sesuatu. Dengan langkah pelan, ia menuju dapur, mencoba memasak bubur sederhana. Tapi baru memotong daun bawang, aroma tajam dari sayuran itu saja sudah membuat perutnya kembali berontak. Ia membuang pisau, bersandar ke meja dapur, dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Tangisnya pecah—pelan, rapuh, dan teredam.

Tak ada Xavier yang menyodorkan air hangat. Tak ada yang panik sambil mencari kotak P3K saat ia tanpa sengaja mengiris jarinya.

Ia benar-benar sendirian.

Dan kali ini, kesendirian itu bukan pilihan.

1
Lin Frie
up lg
Ni made Wartini
lanjut, update nya jgn sedikit ya🙏
Rahmawati
hmm penasaran sm masa lalu zora
Rahmawati
skrg main teror ya zora
Nengsih Irawati
Masa lalu Zora ternyata tidak terduga,,,ayolah ceritakan luna
Nengsih Irawati
Semakin berani meneror
Moh Zaini Arief
semoga kalian ber dua baik2 saja cukup dengarkan xavier luna dan percayalah
Ni made Wartini
lanjut, makin seru nih
Nengsih Irawati
Keren km Xavier,,, selalu Gercep kalo itu menyangkut Luna🥰
Nengsih Irawati
Dasar kompor,,, berbagai cara pasti dilakukan Zora,moga aja Luna g terpengaruh
Nengsih Irawati
Zora emang keterlaluan,,, wanita paling egois
Moh Zaini Arief
bagus xavier.... jangan biarkan prasangka dan praduga
Syah Rara
superrrrrrrr /Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Ayu_Lestary: Terima kasih 💐
total 1 replies
Syah Rara
bagussss
Syah Rara
Sepertinya seru..
Rahmawati
zavier km luar biasa, rela menempub perjalan jauh utk menemui lun
Rahmawati
Luna jgn terpengaruh sm bualan zora
Rahmawati
makin muak sm zora😡
Rahmawati
hahahah, udah tau gk di inginkan masih aja maksa
Rahmawati
kek gini aja terus, jgn hiraukan zora itu, Xavier kl bisa tunda dulu pernikahan sm zora
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!