Novel bertema Percintaan Manis
Rina Arumi Yasmin berstatus mahasiswa semester akhir telah menyabet sabuk hitam dalam seni bela diri. Berjumpa dengan laki-laki misterius yang ternyata menurut Rina adalah malaikat pelindungnya. Akankah ia berjodoh dengan malaikat pelindungnya?
Semoga reader senang dan termotivasi setelah membaca novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuk_Rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Kita Wayang Dia Dalang
Yuda menghadap Mak Dayang “Ibu dalem ugi Rendi pamit tilem hotel, InsyaAllah benjing balik kota M.” (ibu saya dan Rendi pamit tidur di hotel. Insya Allah besok kembali ke kota M)
“Nggih sumonggo, tapi nak Yuda lan Mas Rendi benjing mampir mriki riyen toh?” tanya Mak
(iya silahkan, tapi nak Yuda dan mas Rendi besok mampir ke sini dulu kan?)
Rina yang menjawab “Inggih mak, Rina nggih balik kota M nyambut. Rina nebeng malih kaliyan kanda Yuda”
“Nggih pun, atos-atos nggih nak Yuda! Maturnuwun martabake Mak lan Pak seneng!”
(Ya sudah, hati-hati. Terimkasih martabak nya)
“Alhamdulillah Nggih ibu sami-sami, pamit riyen” Yuda dan Rendi bergantian salim pamit dari rumah Rina
Rina mengantar hingga ke teras “sampai ketemu besok kanda”
“Sampai ketemu besok, jangan berpikir yang negative apalagi berprasangka!” pesan Yuda pada Rina
“Iya..iya…!”
“Bye..”
Saat dalam mobil yang bergerak “Kita langsung ke hotel atau ke suatu tempat dulu?” tanya Rendi
“Adakah tempat ngopi yang nyaman di sini? Aku browse dulu, kau konsentrasi nyetir saja” Yuda menjawab
“Kalau ngajak ngopi pasti ada yang serius!”
“Sok tahu…"
“Aku memang baru kemarin berteman dengan seorang Yuda Taufik Rahman” sindir Rendi
“iya..iya..dasar mak-mak. Aku sudah dapat ini tempatnya, ada menu tutut juga”
“Hah..tutut?”
“Iya tutut sawah..sepertinya enak” jawab Yuda antusias
“Kita coba ke sana sebelum ke hotel” Lanjutnya lagi
...……………………….....
Rina duduk di kursi meja makan kemudian melamun.
“Ono masalah nduk?” (Ada apa nak?) tanya Mak Dayang
“Rina ajrih mak” (Rina takut) Jawab Rina tangan bersidekap di atas meja
“Wedi ngopo nduk?” (Takut kenapa nak) kembali Mak bertanya
“Ajrih mboten pantes nyanding kanda Yuda” (Takut tidak pantas bersanding dengan kanda Yuda) Rina menjelaskan
“Nduk dalan tumuju tumindhak sing di Ridhoi Allah mesti akeh halangane. Terutama setan sing membo-membo. Setan mesti gudo sebab pernikahan iku di senengi Allah.” (Nak, jalan menuju pekerjaan yang di Ridhoi Allah pasti banyak halangannya. Terutama setan yang menyerupai apa yang dia mau. Setan menggoda sebab pernikahan disukai Allah) Jelas Mak Dayang berikutnya
“Nggih mak, Insya Allah Rina paham.” Rina menjawab
“Sampeyan sholat malam ya nduk, nyuwun petunjuk dening Allah” Mak mengelus punggung Rina kemudian beranjak menuju kamarnya
“Nggih Mak”
Rina juga bangkit dari kursi meja makan menuju kamarnya, ia merebahkan diri di kasur, merasa lelah dengan kejadian hari ini. Tak lama pun ia terlelap.
...…………………………...
“Tempatnya merakyat banget. Kita bebas melihat langit” Rendi berkomentar
“Heem konsep angkringan memang merakyat” Yuda menjawab
Dua mangkuk tutut tersedia di atas meja, dua gelas kopi dan dua botol air mineral.
“Serius makan ini? Kamu pernah makan ini sebelumnya?” tanya Rendi merasa aneh dengan hidangan di depannya
“Belum”
“Gimana cara makannya? Ini kenapa ada tusuk gigi juga?” tanya Rendi lagi
“Kita lihat di caktub” Jawab Yuda
“Bener-bener ya..baru kali ini mau makan lihat di caktub dulu!” Rendi berucap
“Sudah diam dulu….ow aku paham sekarang. Lihat caraku” Yuda sudah mengetahui cara makan tutut
“Pertama buka tutup mulutnya, pakai tusuk gigi ini, kemudian sedot sampai daging nya keluar”
Sruputttttt…srut…”Emmmm enak, kuahnya gurih pedas, coba Ren!”
“Apa gak ada efek samping?” Rendi sangsi
“Paling juga kenyang, kepedasan, paling banter bolak balik kamar mandi atau malah bentol-bentol!” Yuda malah menakut nakuti
“Gila yang bener aja, mau coba jadi gak berani nih!” Rendi berucap
“Iya jangan deh, buat aku saja semua. Kamu nikmati saja kopimu.” Yuda menjawab
Sruputttttt…srut…srut…”Hemmmmm…”
Rendi menelan ludah melihat cara makan Yuda.
(sepertinya enak) batin Rendi.
Akhirnya Rendi memberanikan diri mengambil satu tutut kemudian ia meniru cara makan Yuda. Ia coba tusuk daging tutut pakai tusuk gigi, buang penutup mulut tutut, sedot kuah di dalam cangkang.
Sruputttttt…srut…srut…Kunyah bentar daging dan merasakan kuah yang masuk gurih pedas, nikmat.
“Hemmmm benar, enak". Ia ambil lagi tutut kedua, ia bersihkan kembali dan memasukkan ke mulut nya.
"Ayo kita balapan!" Ajaknya kemudian
“Ayo siapa takut!” Jawab Yuda
Keduanya tampak seperti anak kecil yang sedang berlomba. Tanpa berbicara, tanpa menghiraukan suasana samping kanan kiri mereka terus memakan tutut sampai kuahpun mereka minum hingga tandas. Satu mangkuk tutut telah masuk ke dalam perut masing-masing.
“Mau tambah?” tawar Yuda
“Mau tapi satu mangkuk saja, kita join. Takut gak habis, nanti mubadzir." Rendi berucap
“Pak tambah satu” Yuda meminta penjual tutut menyiapkan
“Ehmm memang nikmat ya..” Rendi berucap
“Duduk lesehan beratap langit, seakan semua masalah sudah ada jawabannya di atas sana!” Yuda menjawab dan menyampaikan keluh nya
“Boleh tahu ada apa?” Rendi bertanya
“Aku merasa masih ada keraguan di hati Rina, dia masih bimbang”
“Ku sarankan minta petunjuk pada yang kuasa, kita hanya wayangnya Dia dalangnya. Kita berencana tapi Dia lebih berkuasa menentukan. Jadi mintalah petunjuk”
“Iya kamu benar sahabatku, terimakasih banyak” Yuda membenarkan nasehat Rendi
Kecepatan memakan tutut telah melemah, tidak secepat tadi. Sambil ngobrol duduk selonjor memandang suasana malam di kota J.
(akankah aku memang berjodoh dengan kota ini? Kota yang sepertinya nyaman untuk dipakai peristirahatan) batin Yuda.
Kemudian ia teringat sesuatu
“Kamu memperhatikan kah tanaman di daerah ini?”
“Kenapa” jawab Rendi
“Rata-rata berbatang keras dan besar. Sepertinya cocok untuk mengembangkan usaha bonsai kita. Prospek nya bagus.” Yuda menyampaikan analisanya
“Oke kita selidiki nanti. Permintaan dari pihak luar atas bonsai dari negara kita bertambah. Mereka kagum dengan karya kita.” Jelas Rendi
“Bagus”
...………………....
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, masuk kakanda, mas Rendi” Rina berjalan menghampiri keduanya
“Kamu sudah siap balik ke kota M?” tanya Yuda
“Sudah” jawab Rina
“Mana ibu dan bapak?” kembali Yuda bertanya
“Tunggu aku panggilkan mereka, silahkan duduk"
Rina berjalan menuju ke dalam rumah namun
“Stt…sst…ssttt…” Rendi mencoba menghentikan langkah Rina
“Apa?” Rina berhenti dan berbalik
“Mersi mana?” tanya Rendi
“Lha ya di rumahnya?”
“Dia gak ke sini?”
“Dia tahu kita akan balik hari ini!” jelas Rina
“Tapi Rina gak tahu dia akan ke sini atau tidak”
“Kamu kan bisa hubungi dia. Lagi pula dia juga sudah setuju untuk jadi translatter kalian kan?”
“Iya”
“Gak usah gengsi Pak Rendi yang terhormat, kalau mau ketemu dia panggil saja. Sapa tahu dia juga rindu” Rina meledek
“Ngaco saja kamu, siapa yang rindu! Tuh anak akan banyak menghabiskan beras!” Rendi beralasan, ia gengsi memperlihatkan isi hatinya
“Hah apa maksudmu!” tanya Rina lagi
“Sudah jangan hiraukan ucapanku, kamu panggil kedua orang tuamu. Kita pamitan” Rendi menyudahi
“Ishhh..siapa juga tadi yang menghentikan langkahku, hemmm..dasar..!”
Sementara Rina memanggil kedua orangtua, datang seorang dari arah pintu depan
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” Kedua laki-laki yang duduk di kursi tamu itu menoleh berbarengan
“Halo Mas Yuda dan Mas Rendi, Tuti datang kembali”
Kali ini Tuti datang dengan baju rumah tapi tidak kumal. Rok jeans warna biru muda, kaos lengan panjang biru navy dan kerudung segiempat motif dominan biru. Memperlihatkan cerahnya wajah Tuti.
“Hai bocil, bawa apa itu?” Rendi langsung sumringah melihat Tuti datang
“Kalian kan mau balik ke kota M, aku buatkan kue buat cemilan di dalam mobil nanti” Tuti menjelaskan
“Kamu juga pintar buat kue?”tanya Rendi
“Ya bisa lah, tidak pintar!” Tuti merendah
“Kapan kirim berkas berkas untuk keperluan lamaran kerja?” Rendi mencari info kapan bisa berjumpa kembali Tuti
“Lho masih perlu? Aku kira langsung jalur langit!” Tuti berucap
“Ya tetap prosedur lah…!”
“Hehehe..iya secepatnya aku kirim, aku belum bicara dengan kedua orang tuaku”
“Oke ini kartu namaku, segera hubungi aku ya” Rendi memberi kartu namanya
“Cieh..belum apa-apa sudah kangen sama Tuti ya”
“Hemmm…dasar bocil, bisaaaa aja tuh mulut jawabnya!”
Kedua orang tua Rina berjalan ke arah ruang tamu dan di belakangnya ada Rina yang membawa koper miliknya.
“Sampun siap sedoyo?”tanya Mak
(sudah siap semua)
“Nggih ibu ugi bapak, kami pamit!” jawab Yuda
(iya ibu dan bapak kami pamit)
“Hati-hati, tetap jaga diri. Kalian tetap belum sah, dan akan banyak godaan. Kalian harus teguh di jalan Allah” pak Joko berpesan
“Nggih bapak, Insya Allah.”
“Pamit ya Mersi” Rendi pamit kepada Tuti
“ishhh hati ku berdegup kalau kamu panggil Mersi mas Rendi!” Tuti malu-malu
“Dasar bocil!”
🥰🥰🥰
apakah readers pnya besti juga? outhor ingatkan yg saling ya
malaikat kah?
yg jelas malaikat yg bs dilihat dg mata, hnya saja bulannya blm dbantu matahari shingga wajahnya tampak samar
smoga d novel ke dua bisa tuntas.
semangatttttt!
readers yg baik, semoga sukaaa😘